Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Batik Jambi, Akulturasi Budaya Ciptakan Motif Kaya

2 Oktober 2021   20:44 Diperbarui: 4 Oktober 2021   07:15 2683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara peragaan busana Batik Jambi. (Foto: Instagram dekranasdakotajambi)

Grup Musik Slank, jelang Hari Batik Nasional 2021 membaca puisi tentang Batik. Lewat acara #VaksinUntukIndonesia di MetroTV (1 Oktober 2021), puisi itu mengingatkan seluruh anak bangsa untuk melestarikan Batik Nusantara.

Begini syair yang dibacakan Ivanka "Slank":

Dalam gemulai tangan kau tercipta.
Dibalut untaian warna penuh pesona.
Menjadi karya sarat filosofi nan unik.
Sebagai simbol karismatik yang penuh daya tarik.
Terlukis indah di atas kain yang penuh makna.
Menjadi salah satu Mahakarya Nusantara
Ragam motif dan corak warna menjadikanmu istimewa.
Layaknya mutiara kehormatan bangsa.
Lestari selalu batik Nusantara.
Akan ku jaga dengan segenap jiwa.

Batik memang harus dilestarikan. Apatah lagi, terngiang pepatah yang bilang, "Merawat lebih berat daripada menciptakan".

Secara ekonomi, batik terbukti mampu bertahan saat pandemi COVID-19. Tengok saja data ini. Sepanjang 2020, ekspor batik mencapai US$532,7 juta (Rp7,6 triliun). Pada triwulan I 2021, ekspor batik sudah menyentuh US$157,8 juta (Rp2,2 triliun).


Kementerian Perindustrian menyebut, ekspor Batik melanglang buana terutama ke pasar Amerika Serikat, Jepang, Jerman dan Australia.

Industri batik didominasi sektor mikro dan menengah. Tenaga kerja yang terserap di industri batik mencapai lebih dari 200 ribu orang dalam 47.000 unit usaha dan tersebar di 101 sentra.

Batik Jambi Motif Biji Timun. (Foto: budayaindonesia.org)
Batik Jambi Motif Biji Timun. (Foto: budayaindonesia.org)

Salah satu cara melestarikan batik adalah dengan meneruskan tradisi membatik, dan syukur-syukur mampu mencetak generasi penerus usahanya. Sejumlah merek Batik Nusantara kini sudah memunculkan generasi ketiga.

Contohnya Batik Oey Soe Tjoen (OST) yang telah ada di Kedungwuni, Pekalongan, sejak 1925. OST generasi pertama merupakan milik Oey Soe Tjoen dan Kwee Tjoen Giok Nio (Kwee Nettie). 

Dilanjutkan OST generasi kedua bersama Oey Kam Long danLie tjien Tien Nio. Dan kini, OST generasi ketiga diusung oleh Oey Kiem Lian (Widianti Widjaja).

Malah, Apip's Batik Pekalongan yang eksis sejak 1920, kini sudah dilanjutkan generasi keempat. Turun-temurun mulai dari Haji Balok, Haji Nawawi, H Sofah Syakur (Batik SS), dan H Afif Syakur.

Selain tuntutan untuk melahirkan pembatik generasi penerus, aspek pemasaran batik juga dituntut lebih bisa memanfaatkan kemajuan teknologi digital.

Dalam buku "Sejarah & Filosofi Ragam Motif Batik Jambi" yang disusun Ida Maryanti Syamsir, A Najiullah Thaib, dan Rozlinda Dewi dipaparkan bagaimana cara pemasaran Batik Jambi. Antara lain dengan mendirikan Balai Kerajinan Rakyat Selaras Pinang Masak di Kelurahan Mudung Laut, Kecamatan Pelayangan. Di Balai ini, para perajin Jambi rutin bertemu dan menggagas pemasaran karya-karya kreatif mereka, termasuk batik.

Ada juga pemasaran Batik Jambi di Sanggar Batik Sri Tanjung di Jalan Joesoef Singedekane no.13 Telanaipura. Lalu, ada juga di Gedung Pemasaran Dekranasda di Thehok, Jambi. 

Juga, di ArtShop Kembang Seri yang lokasinya di ruang kedatangan Bandara Sultan Thaha Saifuddin, Jambi. Lalu, ada juga di seputaran daerah Simpang Pulai Kota Jambi.

Memakai Batik Jambi, seorang perempuan pergi bertani membawa Keranjang Ambung. (Foto: FB Anak Melayu Jambi)
Memakai Batik Jambi, seorang perempuan pergi bertani membawa Keranjang Ambung. (Foto: FB Anak Melayu Jambi)

Menurut penyusunnya, A Najiullah Thaib, buku tersebut ditulis melalui proses panjang. Bermula dari pernyataan satu dosen batik di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang menyebutkan, Batik Jambik sangat otentik dan orisinil. Sebagai mahasiswa, Najiullah terus memikirkan pernyataan itu sambil bertekad hendak membukukan Sejarah Batik Jambi.

Gayung bersambut, bersama dua penyusun lainnya, diupayakanlah rencana panerbitan buku tersebut. Hanya dalam tempo sembilan bulan (Januari hingga September 2021), buku setebal 152 halaman ini pun sampai di tangan pembaca. Penerbitnya Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) yang digawangi Kompasianer Thamrin Dahlan.

Buku ini diberi Kata Pengantar oleh Irjen Pol (Purn) Drs H Syafril Nursal SH MH, selaku Ketua Umum Badan Musyawarah Keluarga Jambi Nasional (BMJN).

Rencananya, pada Sabtu (9 Oktober 2021) nanti, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jambi bersama BMKJN akan secara resmi merilis buku ini secara virtual. Sejumlah tokoh akan hadir, seperti Menparekraf Sandiaga Uno, Ketua Yayasan Batik Indonesia Yanti Erlangga, dan Ketua Asosiasi Pengusaha Pengrajin Batik Indonesia (APPBI) Komarudin Kudiya.

Buku berwarna sampul dominan hijau tosca ini benar-benar bisa merepresentasikan keinginan tiga penyusunnya, yang sama-sama alumni SMA Negeri 1 Jambi. Apa itu? 

Membukukan Sejarah Batik Jambi. Terdiri dari enam bab, buku ini diawali dengan mengulas Latar Sejarah Batik Jambi. Hebatnya, buku ini mampu mendokumentasikan Sejarah tersebut, mulai sejak Pra hingga Pasca-Kemerdekaan.

Batik Jambi Motif Batik Angso Dua. (Foto: koranjambi.com)
Batik Jambi Motif Batik Angso Dua. (Foto: koranjambi.com)

Aktivitas masyarakat Jambi dalam hal membatik sudah dimulai sejak masa kerajaan (Melayu Kuno) pada abad ketujuh di Desa Kampung Tengah (Jambi Seberang) dan daerah sekitarnya. (hal. 3)

Pada masa kolonial Belanda, informasi tentang Batik Jambi marak kembali dengan munculnya berbagai artikel karya penulis berkebangsaan Belanda. Salah satunya B.M. Gosligs yang dalam artikelnya mengatakan bahwa atas persetujuan Prof. Vam Eerde dia meminta residen Jambi Tuan H.E.K. Ezermenn untuk meneliti Batik Jambi. 

Sekitar Oktober 1928 datang tanggapan dari Ezernann, bahwa di dusun Tengah pada waktu itu memang sesungguhnya ada perajin batik dan menghasilkan karya-karya seni batik nan indah. (B.M Goslings halaman 1411)

Tulisan itu mengartikan, hasil kerajinan tangan Batik Jambi sudah berkembang sejak zaman nenek moyang dahulu. Secara turun temurun tradisinya kemudian diwariskan kepada generasi penerus. 

Hal ini terutama berlangsung di kalangan penduduk Kampung Tengah atau kampung yang berdekatan dan terletak di Seberang sungai Kota Jambi.

Meski begitu, sama seperti Batik-batik Nusantara lainnya, Batik Jambi juga dipengaruhi proses akulturasi budaya. Terutama, Jawa dan Arab. Tak heran, selain didominasi motif flora dan fauna sebagai representasi kekayaan hayati Jambi, muncul pula corak kaligrafi bernuansa Islami. 

Bukti bahwa pelabuhan dagang Jambi benar-benar memainkan peran sentralnya dalam lalu-lintas orang dan barang, hingga terjadi pula percampuran budaya.

Pada 1875, ahli batik asal Jawa Tengah yaitu Haji Mahibat beserta keluarganya menetap di Jambi. Mereka mengerjakan pembatikan dengan menggunakan pewarna alami dari tetumbuhan. Motif yang ditampilkan antara lain ukiran yang biasa ada di rumah adat dan busana pengantin Jambi.

Pada abad 16, Islam masuk ke Jambi. Praktis, Jambi dikuasai Kerajaan Islam yang dipimpin Raja bernama Shekh Ahmad Salim asal Turki. Ia bergelar Datuk Paduka Berhala, dan diketahui mendorong perkembangan Batik Jambi. 

Motif yang bermunculan kemudian adalah ornamen flora dan non-figuratif. Sentuhan Islami terlihat pada letak pola batik dan pola pinggir atau papan (khas Timur Tengah, Persia dan India). 

Pola pinggir ini biasanya ditujukan untuk menguatkan batasan kefungsian seperti untuk permadani, sajadah, busana muslim dan lainnya. Pada masa masuknya Islam ini, motif fauna pada Batik Jambi mulai ditinggalkan.

Burung Kuau juga jadi motif Batik Jambi. (Foto: JalanBlog)
Burung Kuau juga jadi motif Batik Jambi. (Foto: JalanBlog)

Pasca-Kemerdekaan, satu laporan penelitian yang dilakukan Michael Hitchcock dan Fiona Kerlogue menuturkan cerita bertajuk Tourism, Development, and Batik in Jambi. 

Laporan itu dimuat dalam jurnal "Indonesia and the Malay World" volume 28 nomor 82 tahun 2000, dan berfokus pada peran perempuan dan industri Batik Jambi. Kedua penulis menyebutkan, industri Batik Jambi bangkit kembali sejak 1979. Ada dua isu yang paling berkaitan pada masa itu, yaitu isu feminisme dan bisnis.

Buku ini semakin diperkaya dengan menampilkan repro motif batik kuno yang merupakan koleksi Museum Siginjei, Jambi. Sebutlah misalnya, Motif Melati, Teratai, Bungo Cengkeh, Bungo Fatola, Jeruk Bercabang, Burung Ponik, Merak Ngeram, Motif Riang-riang dan lainnya.

Batik Jambi semakin kaya karena dari setiap kabupaten/kota juga punya motif khas tersendiri, lengkap dengan filosofinya.

Batik Kota Jambi misalnya, ada Motif Biji Timun yang merupakan koleksi Sanggar Batik Sri Tanjung. Buah Mentimun, salah satu buah yang sering dimakan misalnya sebagai lalap. 

Mentimun berkhasiat dan baik untuk kesehatan. Termasuk bijinya yang meskipun kecil tapi punya manfaat besar. Filosofi Batik Biji Timun ini adalah dalam kehidupan sehari-hari berbuatlah kebaikan walaupun sekecil Biji Timun. Kebaikan yang kecil sekalipun bisa bermanfaat bagi orang banyak.

Dari Kota Sungai Penuh, ada Batik Motif Daun Sirih koleksi Sanggar Batik Rindani. Daun Sirih bermanfaat untuk kesehatan dan menguatkan gigi serta pencernaan. 

Filosofi motif batik ini adalah hendaklah kita selalu hidup dan bermanfaat bagi sekitar, serta selalu memberikan pertolongan bagi siapa saja yang membutuhkan.

Sedangkan di Kabupaten Kerinci ada Motif Batik Bungo Kopi. Ya, kopi banyak ditemui di Kerinci, bahkan jadi matapencaharian pokok. Mengolah kopi berawal dari bunga kopi, menjadi putik lalu menjadi buah yang keras dan kokoh. Biji kopi dijemur, digongseng lalu ditumbuk atau digiling, barulah kemudian disajikan. Filosofinya, diperlukan perjuangan panjang untuk meraih keindahan dan membuat orang menjadi mencintai kita.

Batik Jambi Motif Durian Pecah. (Foto: batikmentarijambi.blogspot.com)
Batik Jambi Motif Durian Pecah. (Foto: batikmentarijambi.blogspot.com)

Batik Kabupaten Batanghari, salah satunya bermotifkan Burung Punai. Dulu, burung ini banyak ditemukan di hutan-hutan Batanghari. Seorang perajin mengabadikan keindahan kicau Burung Punai menjadi motif batik. Filosofinya, keindahan nasehat yang diberikan kepada sahabat untuk membangun akhlak yang baik, selalu akan diingat.

Buku ini juga memuat bab tentang Teknis Produksi Batik Jambi. Mulai dari proses pembuatan Batik Tulis, Batik Cap, dan Kombinasi Tulis dan Cap. Juga tentang proses pewarnaan batik, baik yang sintetis maupun pewarnaan alam.

Ada juga bab yang menjelaskan Fungsi dan Ciri Batik Jambi. Dijelaskan di buku ini, fungsinya antara lain fashion, dekoratif, dan cinderamata.

Dalam hal pewarnaan, pada umumnya Batik Jambi menggunakan warna biru tua, hitam, kuning, merah marun. Tapi kini sesuai permintaan, lahir pula kreasi Batik Jambi dengan warna cerah dan warna-warni pastel.

Buku Sejarah & Filosofi Ragam Motif Batik Jambi. (Foto: A Najiullah Thaib)
Buku Sejarah & Filosofi Ragam Motif Batik Jambi. (Foto: A Najiullah Thaib)
Sedangkan ciri khas motif Batik Jambi, buku ini mengutip pendapat budayawan setempat, Junaidi T Noor yang menyebutkan, "Motif Batik Jambi memiliki karakter dan corak motif ceplok-ceplok, artinya setiap motof itu berdiri sendiri, memiliki nama sendiri, dalam penerapannya tidak berangkai, tetapi dipadukan antara motif satu dengan yang lainnya, atau motif pokok dengan motif isiannya."

Kalaulah ada yang harus disempurnakan dari buku ini adalah, kesalahan-kesalahan ketik penulisan kata (typo). Bukan sesuatu yang pokok, hanya membuat mata jadi kurang nyaman saat membaca, akibat cukup banyaknya typo tersebut.

Jadi, makin tertarik dong dengan Batik Jambi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun