Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Duh, Kecantikan Petra Yordania Tercemar Kotoran Kuda

7 Maret 2020   01:52 Diperbarui: 14 Maret 2020   06:17 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di Treasury atau Al-Khazna, Petra, Yordania. (Foto: Thirza UTM)

Suku Nabatean membangun The Treasury sekitar abad pertama, dan para arkeolog percaya itu merupakan makam Raja Nabatean, Aretas IV (9 SM - 40 M). Masyarakat Nabatean menghias bagian depan makamnya itu dengan desain dan simbol penguburan. Semua terkait dengan akhirat dan kematian.

Pahatan dan ukiran cadas The Treasury sangat cermat dan jenius. Dua pahatan burung elang di atas bangunan dianggap sebagai simbol dewa laki-laki pemimpin Suku Nabatean, Dushara. Ada juga pahatan Dewi Mesir dan Dewi Nabatean Al-Uzza serta berbagai pahatan lainnya yang sudah kurang begitu jelas bentuknya.

Tempo doeloe, Petra pernah menjadi sentra perdagangan - sekaligus ibu kota Kerajaan Nabatean - yang menghubungkan jalur perdagangan China, India, dan negara-negara di selatan Arab, dengan Mesir, Suriah, Yunani, dan Roma. 

Pada sekitar 100 Masehi, Petra dikuasai Roma dan berlangsung 300 tahun sampai periode Bizantium hingga kemudian Kaisar Roma mengalihkan fokusnya ke Konstantinopel.

Suku Badui masa lalu yang melewati Petra. (Sumber: Sketsa David Roberts dalam bukunya Petra E La Terra Santa)
Suku Badui masa lalu yang melewati Petra. (Sumber: Sketsa David Roberts dalam bukunya Petra E La Terra Santa)

Lubang-lubang dibukit-bukit cadas Petra. (Foto: Ghifari Ramadhan)
Lubang-lubang dibukit-bukit cadas Petra. (Foto: Ghifari Ramadhan)

Sejak itu Petra mulai terbengkalai. Tambah lagi, gempa sempat mengguncang dan membuat Petra sempat ‘terkubur’.

Pada 1812, penjelajah Swiss, Johann Ludwig Burckhardt mengajak pemandunya untuk mencari kota yang hilang, Petra. Ketika itu, Burckhardt sempat membuat catatan dan sketsa yang terbukti benar. Ia menulis, “Sangat mungkin jika puing reruntuhan di Wadi Musa (nama lembah di sekitar Petra) adalah Kota Kuno Petra”.

Sementara itu, pada 1839, David Roberts pernah membuat 14 lukisan sketsa. Oh ya, waktu di toko suvenir Amman Beach Resort, Laut Mati, saya membeli buku berjudul “Petra E La Terra Santa” (Petra dan Tanah Suci) - Litografi oleh David Roberts R.A dan teks oleh Fabio Bourbon”. Isinya, ya antara lain tentang sketsa Petra tempo doeloe itu. 

Menurut saya, sketsa David Roberts itu membenarkan tulisan-tulisan tentang Petra yang bertebaran di internet. Bahwa, Petra sempat diguncang gempa, banyak karya pahatan agung runtuh, terlantar dan dibiarkan terlupakan. Hanya sejumlah masyarakat Arab Badui saja yang masih kadangkala melewatinya. Sketsa Roberts berhasil “mendokumentasikan” itu semua.

Lalu Buntaran asal Lombok, Nusa Tenggara Barat. (Foto: Fina Nov)
Lalu Buntaran asal Lombok, Nusa Tenggara Barat. (Foto: Fina Nov)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun