Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sandiwara Radio Siaga Bencana, Dari Telinga Jadi Sikap dan Budaya (#2)

26 Agustus 2016   10:43 Diperbarui: 7 Juli 2019   12:39 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sutopo Purwo Nugroho, Kapusdatin dan Humas BNPB. Sandiwara radio menjadi salah satu upaya sosialisasi siaga bencana dengan cara informal dan efektif. (Foto: Gapey Sandy)

Suprapto menambahkan, siaga bencana yang disisipkan melalui sandiwara radio ADB, pada prinsipnya adalah supaya masyarakat siap siaga menghadapi bencana, dalam kondisi apa dan bagaimana pun. “Sebenarnya, kita sendiri sudah punya program sosialisasi waspada bencana kepada masyarakat, tetapi dengan adanya program sosialisasi juga dari BNPB maka semakin menambah kuat program yang punya tujuan sama ini. Apalagi, kualitas rekaman sandiwara radio dan Iklan Layanan Masyarakat dari BNPB ini sangat baik. Sedangkan inti materinya yaitu seruan agar masyaraat senantiasa siaga menghadapi bencana. Apabila sudah siaga, maka akan dapat menyelamatkan diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat,” ujarnya.

Kru Radio Komunitas Kelud FM di puncak Gunung Kelud. (Foto: Radio Kelud FM)
Kru Radio Komunitas Kelud FM di puncak Gunung Kelud. (Foto: Radio Kelud FM)
Radio Komunitas Kelud FM tengah melakukan talkshow bersama pejabat daerah setempat. (Foto: Radio Kelud FM)
Radio Komunitas Kelud FM tengah melakukan talkshow bersama pejabat daerah setempat. (Foto: Radio Kelud FM)
Jangkauan siaran radio komunitas itu sesuai aturan adalah 5 km. Tetapi, kata Suprapto, karena posisi studio siaran Radio Komunitas Kelud FM berada di ketinggian atau di bawah kaki Gunung Kelud, maka jangkauan siaran dapat lebih jauh lagi, hingga 15-an km. “Paling jauh, siaran kami bisa disimak di ring 2 lokasi rawan bencana seperti di Kecamatan Wates juga Klaten. Artinya, kami bersyukur bahwa lokasi daerah yang paling rawan bencana dapat terjangkau oleh siaran radio kami,” paparnya.

Sewaktu erupsi Gunung Kelud pada 2014 lalu, imbuh Suprapto, pihaknya terus menyiarkan perkembangan aktual dari waktu ke waktu terkait kondisi bencana. “Informasi yang kami sampaikan berasal dari para kru yang berada di lapangan, juga dari aparat Kecamatan Ngancar, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Pos Pengamatan Gunung Kelud milik Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan sumber-sumber resmi lainnya. Disinilah, stasiun radio kami memainkan fungsi sebagai pihak yang menjalin informasi dari berbagai sumber-sumber resmi tadi untuk segera dan langsung disiarkan kepada masyarakat,” urainya.

Tower Radio Tetap Berdiri tapi Kabel Terbakar

Hingga 25 Agustus 2016 ini, pemutaran ADB sudah mencapai episode ketujuh. Pada awal masa pemutarannya, respon pendengar dirasa masih belum memuaskan. Tetapi ketika sudah memasuki episode ketiga dan seterusnya, semakin banyak respon positif yang muncul dari masyarakat pendengar. Demikian disampaikan Sukiman, pendiri Radio Komunitas Lintas Merapi FM yang berlokasi di Dusun Deles, Desa Sidorejo Kecamatan Kemalang Kota Klaten, atau hanya berjarak 4 km saja dari kawah Gunung Merapi. Selain itu, lokasi radio ini hanya kurang dari 2 km saja dari kediaman juru kunci Gunung Merapi yakni almarhum Mbah Marijan di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sukiman, pendiri Radio Komunitas Lintas Merapi FM. (Foto: Dokpri. Sukiman)
Sukiman, pendiri Radio Komunitas Lintas Merapi FM. (Foto: Dokpri. Sukiman)
Ya, karena di Lintas Merapi kaitannya dengan kebencanaan banyak didengar masyarakat. Sandiwara radio ADB yang disisipkan pesan pendidikan kebencanaan, menurut saya sudah cukup bagus. Ini juga yang sering kami lakukan dalam siaran untuk masyarakat, yakni menyisipkan pesan secara tidak nyata tetapi mengena kepada masyarakat. Sekilas memang nampaknya seperti hiburan tetapi terkandung pesan-pesan penting seputar kebencanaan. Respon pendengar sandiwara radio yang menjawab kuis, paling jauh berasal dari warga yang bermukim di perbatasan Klaten dan Sleman,” jelas Sukiman yang juga Koordinator JALIN MERAPI alias Jaringan Informasi Lingkar Merapi.


Pendek kata, JALIN MERAPI adalah kumpulan relawan yang peduli dan tanggap akan mitigasi bencana di area Gunung Merapi dan sekitarnya. Berdiri pada 2006, komunitas jejaring masyarakat pegiat media komunitas ini beranggotakan 8 radio siaran komunitas dengan dukungan banyak pihak, seperti Combine Resource Institution (CRI), Merapi Recovery Response UNDP, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) serta berbagai lembaga dan kelompok relawan yang bergiat di Merapi. Sejak 2012 lalu, dukungan penguatan kapasitas pengetahuan dan manajemen radio komunitas juga diberikan oleh tim Radio Komunitas FMYY dari Kobe, Jepang.

Sukiman menjelaskan, Radio Komunitas Lintas Merapi FM --- yang pada 2011 pernah meraih juara II reportase lingkungan dari RRI --- sudah banyak memproduksi dan memutarkan Iklan Layanan Masyarakat yang bertemakan bencana Gunung Merapi. “Misalnya, bagaimana cara masyarakat menghindarkan diri dari wedhus gembel atau awan panas, penjelasan awan panas, karakter gunung, mengapa bencana sampai terjadi, kesiap-siagaan seperti apa yang harus dilakukan masyarakat, bagaimana menghadapi abu vulkanik, apa yang harus dilakukan warga sebelum dan sesudah terjadi letusan Gunung Merapi, penjelasan mengenai Kawasan Rawan Bencana dan lain-lain,” urainya seraya menyarankan agar BNPB juga membuat Iklan Layanan Masyarakat yang lebih spesifik dan beragam varian.

Radio Komunitas Lintas Merapi yang sangat dekat jaraknya dengan Gunung Merapi. (Foto: astralife.co.id)
Radio Komunitas Lintas Merapi yang sangat dekat jaraknya dengan Gunung Merapi. (Foto: astralife.co.id)
Tower antena radio milik Radio Komunitas Lintas Merapi FM yang hanya berjarak 4 km dari puncak Gunung Merapi. (Foto: Dokpri. Sukiman)
Tower antena radio milik Radio Komunitas Lintas Merapi FM yang hanya berjarak 4 km dari puncak Gunung Merapi. (Foto: Dokpri. Sukiman)
Meski aturan formal menyatakan bahwa radio komunitas hanya boleh menjangkau siaran sejauh 5 km, tetapi karena studio radio kami berlokasi pada ketinggian 1.200 mdpl, maka jangkauan siarannya bisa dipastikan sanggup mencapai 10 km. “Tetapi, kalau untuk arah ke belakang studio yang berhadapan dengan Gunung Merapi, jangkauan siarnya tidak lebih dari 2 km. Sedangkan kalau turun ke bawah, jangkauan siarnya bisa mencapai ke dekat kota, seperti daerah Kalasan, Prambanan sampai ke Cangkringan,” ungkap Sukiman yang juga tinggal di Dusun Deles, Sidorejo, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah ini.

Bagaimana menjelaskan fakta di lapangan bahwa Radio Komunitas Lintas Merapi FM ini benar-benar didengar dan digemari warga masyarakat sekitar?

Pertama, kami meyakini bahwa apabila hiburannya bagus maka banyak warga yang akan mendengarkan siaran radio kami. Makanya, kami banyak memenuhi permintaan dari masyarakat yang meminta untuk diliput, direkam dan diudarakan acara hiburan yang mereka selenggarakan. Artinya, apabila ada warga yang hajatan dan mempergelarkan acara hiburan maka itu yang kami rekam, dan kemudian rekamannya kami udarakan di studio. Permintaan seperti ini banyak sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun