Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Tempe, Baik untuk Wanita Menopause dan Anak Kurang Gizi

24 Oktober 2015   14:28 Diperbarui: 24 Oktober 2015   15:18 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Brownies Tempe rasa keju yang diproduksi 'Bu Noer' di Malang. (Foto: my-armae.com)

Brownies Tempe rasa coklat yang diproduksi 'Bu Noer' di Malang. (Foto: my-armae.com)

Oh ya, selain brownies tempe, ‘Bu Noer’ juga menawarkan Bakpia Tempe. Kalau tahu bakpia, ya tinggal membayangkan saja, ini diolah menggunakan tepung tempe. Harganya? Uuuupppsss … ini bukan jualan! Tapi, Ulfah menjawab, Rp 16 ribu untuk satu kotak yang isinya 10 bakpia.

Manfaat Tempe

Sewaktu reportase ke Rumah Tempe Indonesia (RTI) di Jalan Cilendek No.27, Bogor Barat, saya sempat dikasih informasi oleh pimpinan di sana, bahwa ada seorang ibu---pelanggan RTI---, yang memproduksi Tempe Sereal. Whohohohoooo … bagaikan dapat informasi ‘A1’ yang terpercaya, saya langsung mengeksekusinya di lapangan. Kebetulan, lokasi rumah yang bersangkutan enggak jauh. Dari Jalan Cilendek tinggal lurus ke Jalan Sumeru, belok kiri, terus cari deh Kompleks Menteng Asri.

Enggak susah cari Rumah Ibu DR Mien Karmini MS yang memproduksi tempe sereal. Di pos satpam, bilang saja: “Mau bertamu ke rumah Bu Mien”. Pasti satpam sigap memberitahu lokasinya. Tengah hari itu, suasana kompleks sepi. Termasuk halaman depan rumah Bu Mien, yang memang paling sudut.


Tidak berapa lama, muncul Bu Mien dari sisi kanan rumah. Senyum perempuan berusia 75 tahun yang berbusana batik coklat dan jilbab hijau tosca ini mengembang. Sambutan yang ramah. Melalui sisi samping rumah, saya dipersilakan menuju dapur proses pembuatan tempe sereal. Aroma adonan yang wangi dan crunchy semerbak ‘menyergap’ hidung. Terbayang suasana menjelang Idul Fitri, dengan aroma adonan kue kering yang dipanggang.

Proses pembuatan Tempe Sereal di rumah Mien Karmini di Bogor. (Foto: Gapey Sandy)

“Tempe itu makanan fungsional. Saya memanfaatkan hal tersebut. Sereal tempe ini saya inginnya menjadi makanan kesehatan. Tapi, karena untuk mengklaim sebagai makanan kesehatan itu masih perlu proses yang lain, maka tempe sereal ini menjadi makanan umum saja. Cuma perlu diingat, tempe sereal ini adalah hasil penelitian saya,” ujar Ibu Mien begitu lulus dari Akademi Pendidikan Nutrisionis di Bogor, pada 1963, langsung bekerja sebagai Ahli Gizi di RSCM Jakarta.

Menurutnya lagi, proses membuat tempe itu menjadikan kedelai mudah dicerna tubuh. “Dari sinilah saya memanfaatkan hal tersebut. Misalnya saja, banyak problem anak-anak kita menderita kurang gizi. Anak-anak yang kurang gizi mengalami saluran cerna yang rusak, kekurangan enzim, maldigestion (kelainan fungsi pencernaan), malabsorption (kelainan fungsi pencernaan), tidak bisa mencerna protein, sehingga semua asupannya harus dalam keadaan yang sudah tercerna. Disinilah saya memanfaatkan kebagusan dari tempe. Pada proses bikin tempe, protein kedelai itu di-hidrolisa sehingga tidak berbentuk protein utuh lagi. Kalau protein utuh, berat molekulnya besar, yang kalau diberikan kepada anak-anak kurang gizi, justru akan menimbulkan alergi atau sensitif. Beda, kalau proteinnya sudah tidak berbentuk utuh sebagai dampak dari proses pembuatan tempe. Karena, protein utuh tadi sudah dipotong-potong menjadi asam amino dengan berat molekul yang lebih kecil sehingga mudah dicernakan,” jelas Ibu Mien.

Mien menambahkan, mikroorganisme yang dimanfaatkan untuk membuat tempe akan mengeluarkan enzim, dan ini semua adalah enzim pencernaan karena membutuhkan energi untuk hidupnya atau untuk membelah diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun