Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ada Sherly di Balik Kecantikan Tari Nong Anggrek (1)

13 Agustus 2015   09:10 Diperbarui: 13 Agustus 2015   19:31 1420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soal aransemen musik pengiring Tari Nong Anggrek, bagaimana penggaliannya?

Setelah itu, mulailah didesain musik, yang kira-kira musiknya memang ditemukan di Tangsel. Ternyata, Tangsel itu adalah lingkar luar dari kebudayaan Betawi. Jadi, peta budayanya kita masih Betawi, walaupun menginduknya ke Provinsi Banten yang notabene pernah menjadi bahagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat. Secara administratif, Banten memang ‘pecahan’ dari Jawa Barat. Sedangkan Tangsel juga sama, ‘pecahan’ atau pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Memang, Tangsel ini paling luar atau paling Selatannya dari Tangerang, dan berbatasan langsung dengan Jakarta Selatan. Nah, peta wilayah paling Selatan dari Tangerang ini masih dalam area Betawi. Bahkan, dari sisi sejarah, tokoh legenda Bang Pitung, pernah disebut-sebut sempat bersembunyi dari kejaran pemerintah kolonial Belanda, hingga ke kawasan Pondok Cabe dan Serpong di Tangsel.

Lima penari Tari Nong Anggrek ketika tampil pada Pembukaan Acara Harganas ke-XXII di Lapangan Smartfren, BSD City, 29 Juli 2015. (Foto: Gapey Sandy)

Rok panjang yang terkembang mekar ketika penari melakukan gerakan swing, melambangkan riak air di situ-situ yang ada di seantero wilayah Tangsel, di mana situ merupakan salah satu potensi alam Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)

Dari fakta bahwa Tangsel masih kental dengan nuansa Betawinya itu, maka untuk musik pengiring tarian Anggrek itu, kita sepakat untuk mengambil musik Gambang Kromong asli Betawi, bukan musik tradisional Sunda, Jawa Barat. Ada hal unik yang saya temukan ketika pertama kali kita coba menciptakan musik Gambang Kromong untuk tarian Anggrek ini. Awalnya, saya mengundang para pemain musik Gambang Kromong langsung dari Betawi. Tapi, setelah beberapa kali kita perhatikan mereka main musik, ternyata saya menemukan fakta, bahwa antara musik Gambang Kromong Betawi dengan Gambang Kromong Tangsel ada sedikit perbedaan. Gambang Kromong Tangsel ini ternyata lebih chis atau agak miring sedikit, alias tidak sama dengan Gambang Kromong yang dimainkan di Betawi. Gambang Kromong Tangsel ini agak cenderung lebih ke irama Sunda. Tapi tetap, alat musiknya lengkap, ada Gambang, Kromong, Gong, Gendang, Suling, Kecrek, Sukong, Tehyan, Kongahyan dan lainnya, lengkap. Hanya nada pada Kromong saja yang agak berbeda. Akhirnya, kita sepakat untuk memainkan musik Gambang Kromong dengan ‘nada’ Tangsel.

Karena Tangsel adalah ‘lepasan’ dari Kabupaten Tangerang, di mana banyak etnik Chinese juga di dalamnya. Dulu, waktu zaman Belanda, ketika Kubilai Khan (cucu Jenghis Khan) dari Kekaisaran Mongolia itu datang ke Indonesia, ada empat alat musik yang biasa dimainkan, yaitu Sukong, Tehyan, Kongahyan dan Rebab. Tapi, untuk saat ini yang dipergunakan hanya tinggal dua saja, yakni Tehyan dan Kongahyan. Sedangkan untuk tarian Anggrek ini, kita malah hanya memakai Tehyan saja.

Gerakan penari tarinya gemulai nan cantik tapi gesit. Bagaimana menciptakan itu?

Dari sisi gerakan, tarian Anggrek yang saya kreasikan ini juga mengambil inspirasi dari beberapa gerakan tarian Chinese yang terkesan klasik. Lalu, karena kita adalah satu kota dari Provinsi Banten, maka kita tetap mengambil musik etniknya, yaitu Bedug Banten dan Terompet Pencak Banten. Untuk gerakan tarian Anggrek, kita menciptakan gerak tari yang original, artinya bukan gerakan yang baku lalu kita adopsi dan susun begitu saja. Justru kita menciptakan gerakan tari baru tetapi terinspirasi dari gerakan-gerakan dasar atau baku, yang ada di tarian Betawi, Sunda, dan Chinese. Nah, gerakan tarian baru ini kemudian kita susun untuk menjadi gerak tari yang original.

Tari Nong Anggrek melambangkan potensi alam dan wisata Kota Tangsel, menjadi ikon tarian Tangsel dengan fungsi sebagai tari penyambutan selamat datang kepada para tamu-tamu kehormatan. (Foto: Dok. Sherly Fatmarita)

Untuk masalah gerak, Tari Nong Anggrek memiliki tiga babak atau urutan gerak, yaitu low, medium, dan high. Jadi, diawali dengan gerakan yang tenang, lalu kemudian meningkat cepat, dan semakin cepat lagi, hingga akhirnya mencapai klimaks dengan mekarnya simbol Bunga Anggrek yang memang sengaja dipasang di atas kepala para penari. Gerakan awal yang tenang sengaja saya ambil inspirasinya dari pertumbuhan Bunga Anggrek yang tenang dan bermula dari bawah atau tanah. Begitu pula dengan iringan musik, yang sama tenangnya dengan gerak awal tarian ini, terutama dengan permainan Tehyan. Gerakan yang tenang, pelan dan melambai ini inspirasinya dari tarian Chinese yang ditonjolkan, begitu juga dengan gerakannya yang cenderung lebih modernis, atau ke arah balet. Bukankah ini juga sesuai dengan motto Tangsel, yaitu CMORE kepanjangan dari Cerdas Modern Religius. Makanya, saya berani memasukkan unsur modern dalam gerak tariannya.

Sedangkan pada urutan gerak yang speed-nya medium, ini adalah gerakan tradisi, yang saya ambil dari gerakan tari Betawi, Sunda, ada juga sedikit Melayu-nya, dan merupakan gerakan urban yang ada di Tangsel. Lalu terakhir, mulai dengan iringan musik Banten yang tempo iramanya cenderung cepat, di mana gerak tarinya pun masih campur antara gerakan tari Betawi dan Banten, kemudian pada klimaksnya, bunga mekar. Mekarnya ini menggunakan seutas tali yang kemudian ditarik oleh para penari sehingga kelopak bunganya mekar. Tadinya sih, kita berpikir untuk menggunakan remote control untuk memekarkan kelopak bunga di atas kepala para penari, hanya saja teknologinya belum kita temukan aplikasinya. Bisa jadi, ke depan menggunakan remote control.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun