"Mereka tidak minta dikasihani, yang dibutuhkan adalah beri mereka kesempatan, beri mereka kesetaraan"
Kalimat Ganjar ini tegas, lugas, menegaskan posisi dan sikap seorang pemimpin yang turun langsung mengatasi masalah kaum berkebutuhan khusus, difabel begitu kita semua menyebutnya.
Akses dan kesetaraan, menurut Ganjar itulah dua komponen yang sangat dibutuhkan kaum difabel. Sebab selama ini, pembangunan yang tidak merata, penyediaan akses yang inklusif belum berpihak pada orang-orang yang berkebutuhan khusus.
Ganjar sendiri memang terkenal sebagai sosok gubernur yang dekat dengan mereka yang berkebutuhan khusus. Tak jarang momen kebersamaan antara ganjar dan kaum difabel ramai di media sosial.
Salah satunya adalah ketika ia bertemu dengan Clarissa Kusumaning, bocah tunanetra asal Rembang yang curi perhatian Ganjar dengan bakat yang ia miliki.
Pertemuan keduanya terjadi pada tahun 2019 silam. Kala itu, kedatangan Clarissa membuat suasana ruang kerja Ganjar di Puri Gedeh jadi meriah. Mereka bernyanyi bersama, bersenda gurau, saling bertukar cerita.
Begitulah satu dari sekian banyak momen kegembiraan dan kedekatan Ganjar dengan kaum difabel. Tentu, Anda yang membaca narasi ini akan sangat mudah menemukan momen tersebut di berbagai platform media sosial.
Sebagai seorang Gubernur, kaum disabilitas Jawa Tengah adalah tuannya. Sebagaimana prinsip yang ia tanam selama menjabat sebagai orang nomor satu itu, melayani kaum berkebutuhan khusus bernilai sangat penting bagi Ganjar.
Memimpin Jawa Tengah selama hampir 10 tahun membuat Ganjar paham betul apa yang harus ia lakukan untuk membantu mereka yang berkebutuhan khusus ini dengan tujuan, terwujudnya kesempatan dan akses yang merata.
Keseriusan Ganjar memberikan hak hidup yang layak bagi kaum difabel telah ia mulai sejak awal memimpin Jawa Tengah. Mulai dari membangun fasilitas umum yang inklusif, hingga membuka lapangan pekerjaan di pemerintahan untuk kaum difabel.
Memang, secara hukum kaum difabel harusnya mendapat hak yang sama di mata negara. Namun faktkanya di banyak daerah kadang abai, sehingga masalah yang dialami masyarakat berkebutuhan khusus ini tak kunjung teratasi.