Mohon tunggu...
Galuh Iftita A.
Galuh Iftita A. Mohon Tunggu... Freelancer - Galuh Ifitita Alivia

Seorang mahasiswa perencana dari Universitas Jember, suka merencanakan termasuk merencanakan ingin menulis apa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bumi dan Bintang Jatuh

10 November 2019   10:10 Diperbarui: 10 November 2019   10:30 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada nyatanya kita hanya debu angkasa di semesta ini. Aku yang serpihan asteoroid hanya bisa berputar -- putar dan terbang di angkasa nan luas. Hanya mengikut gravitasi dan yang selalu membawaku pergi. Namun, sepertinya semesta ingin bercanda denganku. Terpisah dari orbit dan merubah diri menjadi meteoroid. Melupakan asalku dan kawan -- kawanku di sabuk asteoroid yang tenang. Rasa penasaran dan keingintahuan akhirnya membawaku pergi dari zona nyaman yang telah menendangku pergi menjauh

Ketika aku tengah terbang berkelana menyusuri ruang hampa. Gravitasimu menarik tubuhku yang lemah. Menggodaku untuk kian mendekat untuk sekedar menyapa. Namun , di satu titik terkuatmu dan terlemahku. Aku terperangkap. Keindahan gravitasimu seakan menarikku lebih dalam dan mendekat. Bahkan aku harus menyapa atmosfir yang menyelimutimu. Seakan tak ngin terjamah oleh orang asing sepertiku, kau bersembunyi di balik kilauan atmosfir yang melindungimu. Aku yang tak tahan akan daya tarikmu pun makin terjerumus dan menembus kilauan itu.

Menembus batas dan menerjang perlindunganmu bukan hal gampang. Aku pun harus berubah untuk menyesuaikan keadaan agar kian memuluskan langkahku. Diriku yang menjadi meteor ini hanya memiliki dua pilihan sulit.

Hancur olehmu atau menghancurkanmu.

Atmosfir perlindunganmu kian lama kian menyesakan. Menghanguskan tubuhku yang kian lama kian hancur. Namun, semesta masih bercanda denganku. Gravitasimu membuatku semakin jatuh, kian dalam dan kian menyakitkan.

Perjalanan yang menyakitkan ini seakan tak memiliki akhir. Aku yang hancur olehmu atau kau yang hancur olehku. Tubuhku makin terjerat dan terbakar tanpa ampun. Selapis demi lapis perlindunganmu  telah kulewati. Lebih banyak tubuhku yang terbakar dan makin lebar lubang yang kubuat. Hingga di satu titik ruang hampa. Suhumu yang mendingin dan tubuhku yang terbakar kian menyesakan. Hanya ada dua pilihan.

Kau atau aku?

Semesta kiranya tetap tak berbaik hati kepada kita. Setelah aku terluka sebanyak ini dan engkau yang tersakiti separah ini, rasa ini tak enggannya berubah. Aku yang masih bertahan kini siap menerjang tubuh lemahmu. Merubah diri menjadi meteorit yang telah berhasil melewati atmosfir perlindunganmu. Saat samudra birumu dan daratan hijau yang indah menyapa pandanganku, aku siap menghancurkan dirimu saat itu juga. Dengan sisa -- sisa tubuh yang tersisa, aku datang menyapa.

Semesta tak kiranya berbaik hati, dia mempertemukan kita untuk satu tujuan.
Saling menghancurkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun