"Pendidikan adalah kunci masa depan" (Anies Baswedan, 2018)
Saya setuju dengan pendapat bung anies di atas. Dan mungkin semua orang akan sepaham dengan bang Anies Ikhwal pendidikan sebagai modal berharga dalam rangka meraih masa depan yang cemerlang untuk anak-anak Indonesia.
Dalam konteks Sisdiknas ada tiga saluran pendidikan, yaitu informal, formal, dan non formal. Ketiganya sangat menentukan cara paradigma berpikir dan pola tingkah laku yang akan terejawantahkan dalam kehidupan sehari-sehari.Â
Satu bagian yang cenderung diabaikan adalah pendidikan informal atau keluarga. Pendidikan ini dalam konteks resmi lebih menitikberatkan pada aspek moral dan nilai-nilai pada anak.Â
Bapak dan ibu memiliki peran sentral sebagai pemberi ketauladanan anak. Pada usia anak-anak, mereka adalah imitator atau duplikat orang tua. Jadi sangat penting di usia krusial memberikan banyak waktu untuk mencurahkan segala perhatian kepada anak-anak.
Banyak yang memandang jika orang tua sudah menitipkan di pondok pesantren atau sekolah maka tanggung jawab orang tua soal pendidikan sudah selesai. Pandangan itu kurang tepat jika tidak mau dibilang keliru. Guru di sekolah memiliki banyak keterbatasan dalam membersamai anak-anak di sekolah. Perlu dukungan lebih dari pihak orang tua di rumah.
Selepas sekolah sudah menjadi tanggung jawab orang tua untuk selalu membersamai aktivitas anak-anak. Jangan pernah menyesali jika orang tua hanya menjadi orang tua genetik tetapi tidak bisa menjadi orang tua pendidik bagi anak-anaknya.Â
Memungut pendapat Munif Chatib (2015), seorang penulis buku "Orang Tuanya Manusia" orang tua merupakan penyelam kecerdasan anak. Kecerdasan yang dianut oleh Chatib lebih luas termasuk kecerdasan interpersonal dan intrapersonal yang berhungan dengan karakter anak.
Kita bisa mengajarkan doa sebelum makan serta etika makan menggunakan tangan kanan kepada anak-anak. Kehangatan keluarga dapat dimulai dari keintiman saat berada di meja makan.
Penanaman nilai akhlak harus didahulukan ketimbang muatan skill dan intelektual. Karena akhlak lebih diutamakan ketimbang ilmu. Kurtilas yang digembar-gemborkan oleh pemerintah tak akan berhasil jika pondasi dasar pendidikan keluarga tidak ditanamkan sejak dini. Jika kita menganut teori behavioristik Pavlov maka tingkah laku akan terbentuk karena adanya pembiasaan yang berulang-ulang.Â