Mohon tunggu...
Daud M Nur
Daud M Nur Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan

Menulis mengabadikan sejarah hari ini

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Korporat untuk Pejabat dan Para Intelektual, Derita untuk Rakyat

16 Januari 2020   21:41 Diperbarui: 16 Januari 2020   22:03 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi demonstrasi mengenai penyerobotan lahan Petani Desa Sungai Bela, Kecamatan Kuindra--dokpri

Jeritan rakyat petani bersenandung kembali, lagi dan lagi kasus penyerobotan lahan kembali terjadi di negeri hamparan kelapa julukan Indragiri Hilir. Rakyat merugi.

Petani menderita demi memenuhi hasrat mengejar devisa dari konsensi dan HTI sawit. Sementara kepentingan korporasi senantiasa difasilitasi dan dimudahkan oleh pejabat negeri ini.

Mereka menderita dan berderai air mata akibat ekspansi korporasi. Tapi kenapa mereka yg berkepentingan tidak peduli, apakah mereka bersekongkol menikmati hasil lestarinya pundi-pundi.

Bukalah sedikit nurani, rakyatmu yang sedang bergejolak memperjuangkan haknya untuk menghidupi anak istri. Jika ini terus dibiarkan, sudah pasti bukan prestasi membanggakan di tengah kesenjangan ekonomi.

Konflik agraria merampas lahan kumunal, lahan masyarakat semakin sempit sementara perusahaan-perusahaan besar menindas dan memburamkan kekuatan hukum atas tanah kepemilikan.

Aksi demonstrasi mengenai penyerobotan lahan Petani Desa Sungai Bela, Kecamatan Kuindra--dokpri
Aksi demonstrasi mengenai penyerobotan lahan Petani Desa Sungai Bela, Kecamatan Kuindra--dokpri
Bukan hanya lahan dan monopoli pendapatan, tidak jarang masyarakat petani dikambinghitamkan bersalah, sementara petani jarang mendapatkan keadilan dan kekuatan hukum di negeri ini.

Belum lagi masalah replanting yg berakibat ke perkebunan kecil petani. Dimana letak sila ke-5, pancasila hanya sekedar bualan anak sekolah di setiap upacara bendera senin pagi.

Keadilan sosial hanya ilusi, sebab jeritan petani kurang digubris. Yang ada hanya bahasa "Akan kita tindak perusahaan nakal", ternyata hanya angin segar dan bahasa nyenangkan hati petani.

Bahasa nyenangkan hati timbul dari mulut pemberi kebijakan, ternyata hanya omong kosong penghisap darah dan air mata petani. Korporasi hanya sekedar persoalan eksploitasi ekonomi semata, yang nikmati para pejabat dan para intelektual penghianat.

Harusnya pemerintah berkaca kepada kasus-kasus sebelum, jika tidak tertangani dengan baik, wajar saja petani bersikap skeptis terhadap pemerintah. Menikmati hasil bumi untuk dibagi-bagi tanpa memikirkan rakyat petani.

Hari ini petani menilai, industri perkebunan kelapa sawit belum mampu berkontribusi signifikan pada kesejahteraan rakyat yang merata. Tapi tak mengapa, rakyat tidak akan mengemis, setidaknya tidak menghadirkan derita pada rakyat atas kebijakan tidak memihak.

Penulis: Daud M Nur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun