Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Orang Jerman Heran, Orang Indonesia Bisa Kuat Puasa Ramadhan

6 Juli 2014   10:16 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:17 2380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14045912621360628059

Hari Kamis. Biasanya saya hanya mengajar satu jam (@45 menit) saja seminggu. Tapi kali itu, saya dapat tiga jam. Ada tambahan mendadak.

Sembari menyiapkan materi yang difoto kopi di sebelah meja sekretaris, saya mengobrol dengan si ibu. Ibu yang menikah dengan orang Belanda itu bertanya apa saya sudah memeriksa folder milik saya karena di sana ada undangan pertemuan makan-makan. Juli adalah bulan terakhir kami mengajar. Istilahnya, perpisahan dan evaluasi untuk September nanti. Libur anak sekolah berarti libur pula mengajar di bimbel. Dari akhir Juli sampai minggu kedua September.

[caption id="attachment_346486" align="aligncenter" width="607" caption="Buka dan sahur, perbanyak buah dan sayuran."][/caption]

"Sudah diperiksa? Bisa datang?“ Tangannya menunjuk ke rak depan.

"Aduh, nanti saya tanya suami, apa di rumah tidak. Soalnya anak-anak kalau tidak ada yang menjaga, saya khawatir.“ Kening saya berkerut. Saya memang paling tidak suka meninggalkan anak-anak lama-lama tanpa pengawasan orang dewasa.

“Tolong dikonfirmasi secepatnya, ya?“ Kepalanya mengangguk.

“Oh, pakai makan-makan, ya?“ Kertas saya baca.

“Iya, kalau bisa bawa salat. Bahan untuk makanan besar akan disiapkan kantor.“ Si ibu berambut pirang tapi sudah memutih itu membetulkan kacamatanya.

“Semoga saya sedang datang bulan hari itu, soalnya kalau puasa jadi lucu semua makan saya sendiri yang bengong.“ Wajah saya lucu, nyengir.

“Ah, yaaa ... Ramadan. Kamu puasa, ya?“

“Ya, dari jam 03.00 tadi pagi. Baru buka nanti pukul 21.29. Masih ada 7,5 jam lagi.“ Saya menceritakan kebiasaan yang sudah biasa bagi umat Islam. Bahkan sejak kecil anak-anaks udah dilatih. Ada beberapa orang yang dibebaskan untuk tidak menjalankannya.

“Haaah ... tidak makan, tidak minum ... kuat? Saya tidak habis pikir. Kok, bisa ya? Sebulan? Saya bisa langsung pingsan tuh.“ Si ibu melepas kacamatanya. Ia kaget dengan penjelasan saya. Ia memang pernah berpuasa. Sebagai umat Katholik Roma, ia biasa berpuasa sebelum paskah selama 40 hari. Itu saja bukan puasa seperti kita, hanya mengurangi saja. Misalnya yang manis-manis tidak, yang daging dijauhi, porsinya lebih mini dan seterusnya. Masih tetap bisa makan dan minum. Lain ladang lain belalang.

Oh, ya ... tanpa minum selama 18-19 jam, dianggap sebagian besar masyarakat Jerman yang saya kenal sebagai sebuah penyiksaan karena tubuh membutuhkan cairan yang hilang dari keringat dan buang air kecil/besar. Makanya, saya senang menambah porsi buah segar, sayur dan air putih saat berbuka dan makan sahur. Meski agak haus kalau hari agak panas, tetap nyaman karena merasa sudah ada persiapan di dalam tubuh. Dan makanan yang dipilih lebih berserat biar tahan lama. Tak enak rasanya kalau sedang mengobrol dengan orang lain, bunyinya "kukuruyuk...." si perut keroncongan ... tanda lapar tingkat tinggi.

Nah, bau mulut juga menjadi sebuah pertanyaan kebanyakan orang Jerman. "Kok, baunya apek? Begitu protes mereka. Haha. Saya bisa ngakak dengan posisi satu tangan menutupinya. Saya katakan ini seperti parfum, minyak kasturi. Haruuum.  Herannya, saya sudah sikat gigi lho ... tapi tetap bau. Mau sikat gigi lagi takut batal karena tertelan air kumurnya. Mereka masih saja geleng kepala. "Gana ... oh Gana, kamu aneh. Bau apek dibilang parfum" Saya jelaskan, saya tidak sendiri. Masih banyak jutaan orang bermulut bau di bulan puasa. Tetap semangat. Hehe.

Kalau saja mereka pernah berpuasa Ramadan pastilah mengerti. Itulah gunanya makan sahur. Mempersiapkan diri untuk menjalani tidak makan, tidak minum dan pantangan lainnya. Kalau kelewatan, pasti tidak ada sumber energi yang ditandon di dalam perut. Selamat sahur dan berpuasa bagi yang menjalankan. Selamat malam. (G76)


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun