Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Barter Hadiah Ala Jerman

5 Agustus 2012   12:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:13 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap saat, ada pengumpulan barang bekas di lingkungan kami. Entah itu dari Samaritan, Caritas, Palang Merah atau yang lainnya. Mereka ini biasanya menitipkan wadah berupa ember, keranjang yang diletakkan didepan rumah atau lipatan plastik besar yang diselipkan dalam brosur belanja yang disebarkan para Zusteller (red : loper koran, brosur dan majalah).

Batas waktu suka rela yang diberikan kira-kira tiga hari untuk mengisinya. Tak perlu gelisah jika tak bisa mengejar setoran ini karena beberapa dari lembaga sosial itu memiliki depot untuk memasukkan barang donasi kita.

Barang yang diberikan bisa berupa pakaian pantas pakai, sepatu dan sandal, jaket, selimut dan barang yang bisa digunakan lainnya. Perlu diingat bahwa yang diberikan ini bukan sampah, jadi tak boleh ada flek, rusak, usang apalagi bolong.

Itu one way, satu arah  …

Yang two way, dua arah, lebih seru lagi.

Namanya Austauschbörse alias barter barang. Biasa dipasang di majalah atau koran setempat layaknya iklan kecik. Atau ada yang memasang di tempat pengumuman beberapa swalayan.

Sistemnya adalah memberi dengan imbalan tak seberapa. Misalnya saja sebuah sepatu olah raga merek terkenal warna putih ukuran 39 bisa ditukar dengan sebatang coklat merek tertentu (kesukaan sang pemilik), sebuah rumah-rumahan anak dari plastik untuk dipasang di kebun yang bisa diambil ke pemiliknya setelah memberikan satu kg biji kopi.

Nah … yang ingin saya sharing ini lagi trend di sekitar kota kami. Give box julukannya.

[caption id="attachment_204765" align="aligncenter" width="325" caption="Give-Box Spaichingen "][/caption]

Give-box berwarna kuning segar dengan gambar yang cantik itu menyapa diantara mobil-mobil bagus. Tertera pendiri, penyumbang dan pendonor pada masa awal. Gambaran orang take and give hadiah menempel disana-sini. Yang terpenting adalah Hausordnung alias aturan permainan GB ini. Bahwa prinsip GB ini adalah schenken (red: memberi). Contohnya sebuah vas cantik dirumah yang tak terpakai, bisa dibawa ke GB agar bisa dibawa bagi yang lebih memerlukan. Mainan anak-anak yang sudah tak bermanfaat lagi karena mereka sudah beranjak dewasa. Jika dalam 14 hari barang yang kita taruh tetap ada disana, segera dijual oleh LSM untuk memenuhi dana amal. Yang terpenting dari semuanya, aturan ini mengingatkan bahwa barang-barang di GB bukanlah sampah!

[caption id="attachment_204766" align="aligncenter" width="364" caption="Anak-anak menyerbu garasi berhadiah"]

13441692067757638
13441692067757638
[/caption] [caption id="attachment_204767" align="aligncenter" width="290" caption="Aturan main Give-Box"]
13441693361711035593
13441693361711035593
[/caption]

Ya. Sebuah box atau kotak seperti garasi rumah terbuat dari papan, berisi hadiah dari warga jerman yang sudah tak memerlukannya lagi. Kondisi barang loak ini masih tampak bagus dan layak dipakai.

[caption id="attachment_204768" align="aligncenter" width="317" caption="Karena kecil, masuknya antri. Sabar ya, Nak?"]

13441693841557305672
13441693841557305672
[/caption]

Misalnya saja dekorasi rumah, peralatan memasak, gelas, tas sekolah anak, buku-buku (roman, novel, biografi, pelajaran sekolah, kamus, ensiklopedia dan sebangsanya), sepeda anak, kursi kecil, sepatu, tas, jaket, pakaian dan sebagainya.

[caption id="attachment_204769" align="aligncenter" width="333" caption="Take and give ... saling memberi saling menerima"]

1344169463204270675
1344169463204270675
[/caption]

Mengapa ada Givebox?

NGO ini sudah lama berdiri dan disukai puluhan ribu orang. Lalu Spaichingen yang notabene adalah sebuah kota kecil 15 menit dari rumah kami ini tiba-tiba mendukung program mereka, menyediakan warung barter hadiah.

Lokasi GB ini ada di sebuah tempat parkir umum depan sebuah rumah panti jompo Altenheim St. Josef. Tempat yang ramai dikunjungi orang itu juga sangat strategis dekat dengan balaikota, apotik dan toko-toko swalayan terkemuka, pom bensin dan perumahan penduduk serta kantor.

Konsep Give-Box ini berasal dari Berlin, Jerman lalu menyebar ke kota besar lainnya didunia seperti San Francisco, Paris atau Kingston, Jamaica.

[caption id="attachment_204770" align="aligncenter" width="317" caption="Buatlah orang lain bahagia dengan hadiah kecilmu ...."]

13441695421165207003
13441695421165207003
[/caption]

Biasanya selain menyumbangkan pada tiga LSM pada paragraf pertama, warga Jerman juga membuang barang yang sebenarnya masih bagus dan bisa digunakan oleh orang lain yang membutuhkan, hanya tidak tahu siapa jadi memang lebih gampang masuk tong sampah.

Itulah mengapa prinsip GB ini dianggap amat bermanfaat dan membuat barang tidak mubadzir dan namanya hadiah, menyenangkan orang yang mendapatkannya. Apalagi hadiah bisa diambil dan dipilih sendiri tanpa ada yang memata-matai atau marah sama sekali.

Inspirasi yang membuat hubungan persaudaraan, persahabatan semakin kuat, membantu sesama, memanfaatkan barang yang tak terpakai ini saya pikir amat menyenangkan apalagi untuk anak-anak. Yang ada dalam pikiran mereka amat sederhana, mendapatkan sesuatu sekecil bijipun sudah happy. So innocent.

Saya juga maklum bahwa kadang saat ada hadiah berupa barang seken, muncul perasaan tidak enak baik yang memberi ataupun yang diberi. Dengan GB ini, orang dengan lebih enjoy untuk melakukannya, tanpa perasaan khawatir dan malu sekalipun.

Sebenarnya ini bisa jadi proyek percontohan di tanah air. Masalahnya, seseorang bisa jadi lupa untuk membawa barang pengganti sebagai barter barang yang ingin dipunyai dari GB (egoismus), atau parahnya tidak hanya mengambil barang yang diperlukan saja tetapi semua barang yang ada hilang tak berbekas … wahhh …

Box yang kecil itu bisa juga rusak atau raib tak ubahnya tong-tong sampah di depan rumah atau disekitar jalan raya.

Mungkin memang budaya dan tradisinya belum siap untuk kesana. Semoga suatu saat saya bisa melihat Give-box ini di tanah air dan membuat anak-anak Indonesia gembira …. (G76)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun