"Indonesia." Jawab saya singkat.
Hahahaha. Sepertihalnya Anda, jika datang ke Jerman, pasti sulit membedakan mana yang dari Jerman, mana yang dari Italia dan mana yang dari Rusia. Itu berbeda, jika kalian sudah lama tinggal di Jerman seperti saya, bisa langsung menebak dari bentuk hidung atau wajahnya. Sama saja dengan orang Eropa, mereka nggak tahu dari negara mana kita. Pikirnya, baik dari Thailand, Indonesia, Philipina, China, Korea, Jepang, semua sama, dikira orang China. Siapa suruh datang ke Jerman?
Waktu berjalan dengan pasti. Pada kamera sebelah kiri, alat kedua, mata kami disuruh melihat gambar balon udara di tengah-tengah kamera. Di saat itu, saya tidak boleh berkedip karena ada semprotan dengan tekanan angin ke mata secara bergantian. "Wusss..."
Saya selesai, suami selesai, kami keluar kamar periksa dan duduk di ruang tunggu lagi. Nggak sampai 10 menit, dipanggil lagi ke kamar lainnya, untuk ketemu dokter, membicarakan hasil pemeriksaan.
Seorang dokter yang pasti dari aksen Bahasa Jermannya, bukan orang Jerman, segera menyuruh saya duduk di depan alat periksa. Lady first lagi, baru suami. Periksa mata dengan cara, mata kami disuruh melihat ke telinga kanan si ibu untuk cek mata kanan saya dan melihat telinga kiri si ibu untuk cek mata kiri saya. Posisi dagu di penampang putih. Posisi lurus, focus pada lensa kamera.
Kemudian, perempuan baik itu menerangkan hasil pemeriksaan. Dari pemeriksaan barusan dan data dari kamar sebelumnya, kami dinyatakan sehat alias tidak berpotensi menjadi penderita glukoma. Alhamdulillah. Selain itu, dijelaskan tidak ada tembak laser untuk mata yang plus. Hanya untuk yang minus saja. Tapi saya nggak mau. Toh saya hanya pakai kacamata kalau menyetir saja karena wajib. Kata teman saya, mata jadi sangat sensitif setelah dilaser. Itupun ditempuh karena sang teman sudah minus 9, tebal banget dan berat. Jadi, harap maklum.
Hanya saja mata kami agak kering. Bisa saja penyebabnya adalah musim salju yang dingin dan atau dari terlalu banyak bekerja dengan display komputer, laptop, HP dan sejenisnya. Mata jadi jarang berkedip karena konsentrasi bekerja dan radiasi. Kami pun diberi resep untuk membeli tetes mata yang cocok. Tinggal pilih mau yang tetes atau gel? Kami pilih tetes saja, 2-3 kali sehari.
Selain disuruh dokter untuk banyak minum air putih, makanan dan minuman yang mengandung vitamin A untuk mata, harus rajin dikonsumsi. Wortel, omega3, brokoli, susu, telur, hati ayam, tomat, bayam, mentega, pepaya, ada lagi?
Apa itu glukoma?
Bagi Kompasianer yang sudah pernah baca artikel tentang glukoma di internet, koran, majalah atau brosur, pasti sudah tahu apa itu glukoma. Namanya cantik, sayang, menyeramkan. Orang Jerman menyebutnya mata titik hijau, jika di mata kita ada titik warna hijaunya. Ngeri.
Glukoma adalah salah satu penyakit mata yang bisa mengakibatkan kebutaan. Melalui proses kaburnya penglihatan dalam jangka waktu lama ini, tentunya harus ada pengecekan secara berkala. Kami disarankan 1-2 tahun lagi untuk periksa. Iya, kami berdua di atas 40 tahun. Anda?