Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Begini Cara Meminjam Alat Pengeruk Tanah Milik Orang Jerman

6 September 2020   04:44 Diperbarui: 6 September 2020   05:50 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kami pun janjian dengan teman suami dan istrinya. Kami berangkat untuk makan malam di caf malam ini.

Pesan coklat hangat manis dan salat kentang dan ikan. Jelas kombinasi yang nggak matching. Mata saya mengerjap karena rasanya asam. Ah, mana udara di luar makin menyambit kulit. Saya yakin masuk angin akan menyerang meski sudah pakai jaket dan syal. Dan benarlah, akhirnya saya banyak buang angin. Nasib.

Usai makan kami pindah ke cafe bagian dalam. Kursi-kursi merah segera kami duduki. Ah, hangat. Kami pun pesan kue sebagai pencuci mulut. Ada kue plum sama kue Mohn. Sayang perut sudah kekenyangan. Jadinya hanya memandangi suami dan kawan-kawannya melahap gunungan kue yang lebih dari 300 gram per potong. Karena kata orang Jerman, kalau kurang dari berat itu disebut kek, bukan kue.

Piring sudah kosong, ketinggian minuman dalam gelas turun mili demi mili. Teman suami menyapa pemilik cafe dan menanyakan apakah ia punya waktu sebentar. Setelah si empunya duduk, si teman mulai mengenalkan kami.

"Ini teman dekat kami ... tinggal di ... mereka sedang membangun pagar dan ..." jelas teman suami saya. Si bapak adalah teman baik orang tua si teman.

"Mereka mau pinjam alat pengeruk tanahku..." sambung si pemilik caf.

"Hahaha ..." Kami ngakak. Si bapak sudah tahu udang di balik rempeyek, menebak apa maksud kedatangan kami.

Setelah itu, dengan enteng si bapak pengekspor kayu ke China untuk dibuat triplek, mengizinkan kami meminjamnya. Padahal kami baru kenal hari itu. Luar biasa.

Syaratnya ia sebut; satu jam dihitung 10 euro/jam. Penghitungannya dipercayakan kami dan ditulis berapa jam perhari, tinggal dikalikan. Kedua, tidak ada asuransi jika kecelakaan terjadi. Kecelakaan ditanggung peminjam. Ketiga, jangan merusak alat. Keempat, alat transportasi saat mengangkut alat seberat 3 ton itu harus diatur sendiri.

Geleng kepala. Alat mahal itu begitu saja dipercayakan untuk dipinjamkan pada orang tidak dikenal? Padahal selama ini, mindset saya lebih pada anggapan orang Jerman itu sangat berhati-hati dalam meminjamkan benda atau harta miliknya. Lah ini beda?

Dari pengalaman hari ini, saya belajar sesuatu bahwa lobi-lobi dengan cara makan-makan yang menghabiskan budget 85 euro hari ini bisa ditiru. Suasana cair setelah perut kenyang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun