Awalnya pelaku akan bersikap manis untuk mendapatkan kepercayaan si korban. Jika sudah terperangkap, baru beraksi dan ada tekanan-tekanan verbal yang akan diberikan kepada korban.
- "Kamu juga senang, kan?"
- "Kamu menikmatinya, kan?"
- "Awas, jangan bilang siapa-siapa"
- "Kalau kamu mau, kita ulangi lagi. Kamu mau hadiah apa?"
Siapa korbannya?
Kebanyakan korban pelecelahan seksual di Jerman adalah anak perempuan, namun tidak menutup kemungkinan ada korban anak laki-laki. Rata-rata korban berumur 6-13 tahun. Selain itu ternyata bayi sampai anak kecil juga ada yang jadi korban.
Mereka ini pada akhirnya justru merasa bersalah, padahal kenyataannya pelaku lah yang bersalah. Ada pula yang ketakutan bertemu dengan pelaku. Jadi trauma. Yang paling parah adalah jika tidak ada satu orangpun yang mempercayai apa yang baru saja ia alami (pelecehan seksual) dan sangat butuh bantuan. Menganggap remeh kasus pelecehan seksual menambah beban batin anak/korban.
Padahal ada cara jitu untuk mengetahui telah terjadi pelecehan seksual, misalnya visum atau ketika anak terbukti mengalami penyakit kelamin. Bukankah penyakit kelamin hanya terjadi bagi pasangan yang telah melakukan hubungan?
Tanda-tanda lain yang terlihat bisa saja seperti sakit perut secara terus menerus. Kebanyakan anak-anak kami akan sakit perut kalau sedang stress.
Anak yang mengalami pelecehan seksual pun pasti juga mengalami tekanan mental tingkat tinggi. Ia akan mengalami sakit perut yang hebat dan reguler.
Selain itu juga tidak bisa tidur karena banyak pikiran. Pikirannya merasa dihantui beragam perasaan; sedih, takut, marah. Ada pula yang menjadi menarik diri dari orang lain atau bahkan sebaliknya, agresif atau suka menyerang orang karena gampang terpancing.
Jika ada anak yang menunjukkan tanda-tanda tersebut, sebagai orang tua atau orang terdekat kita harus waspada dan memanggil bantuan.
Bantuan apa yang bisa diberikan kepada korban untuk pertama kalinya?
Dalam training pertolongan pertama pada kecelakaan, saya belajar bahwa untuk menolong anak-anak apalagi balita, harus ada 4 S:
- Sag - dass du da bist atau katakan bahwa kita ada di sisi anak untuk membantu
- Sprich und hoere zu atau bicara dan dengarkan si anak.
- Suche vorsichtig Koerperkontakt atau usahakan hati-hati melakukan kontak dengan tubuh anak.
- Schirme den Verletzen von Gaffern ab - lindungi anak dari kerumunan atau yang mengganggu.