Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mengapa Ada Tradisi Mewarnai dan Menyembunyikan Telur?

13 April 2020   05:06 Diperbarui: 13 April 2020   13:24 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Telur plastik di ranting pohon Jerman (Dok.Gaganawati)

Anak-anak kami paling semangat mewarnai telur. Bagi mereka, pekerjaan itu mirip percobaan, kegiatan aktif-kreatif yang bagi anak-anak itu sesuatu. 

Nggak pakai lama karena begitu pewarna dimasukkan ke air dan diaduk, warnanya mampu membuat kain jadi berubah warna. Untuk telur butuh waktu beberapa menit di dalam air berwarna tadi. 

Jika dirasa sudah cukup, angkat, keringkan dengan kertas dapur yang menyerap, lumasi dengan sedikit minyak supaya mengkilat. Setelahnya, nggak lupa saya ingatkan supaya mereka merapikan dapur yang berantakan. Hahaha.

Cara ketiga dengan pewarna alami seperti Roter Bete, Kurkuma atau daun bawang Bombay. Panci berisi air dididihkan, campuri salah satu bahan alami tadi, masukkan telur dengan jumlah yang sesuai keinginan. Itu banyak dilakukan oleh oma-opa Jerman zaman dulu ketika belum ada pewarna buatan diciptakan orang. 

Bahkan, untuk pewarna alami ini, rasanya beda seperti ada bumbunya. Saya sudah mencoba dengan kulit bawang bombay. Setelah kering, ambil pisau atau silet untuk mengukir cangkang dengan gambar sesuai pilihan. Kerikan alat akan mengikis cangkang dan membentuk gambar sesuai keinginan kita.

Pilih telur cangkang putih (dok.Gaganawati)
Pilih telur cangkang putih (dok.Gaganawati)
Pewarna makanan (dok.Gaganawati)
Pewarna makanan (dok.Gaganawati)
Tambahkan cuka ke dalam air (dok.Gaganawati)
Tambahkan cuka ke dalam air (dok.Gaganawati)
Jelek tapi buatan sendiri (dok.Gaganawati)
Jelek tapi buatan sendiri (dok.Gaganawati)
Meniup telur (dok.Gaganawati)
Meniup telur (dok.Gaganawati)
Dilukis dengan cat air, cat minyak atau spidol (dok.Gaganawati)
Dilukis dengan cat air, cat minyak atau spidol (dok.Gaganawati)
Gambar bunga juga boleh (dok.Gaganawati)
Gambar bunga juga boleh (dok.Gaganawati)
Menyembunyikan Telur

Telur sudah diwarna, sudah dihias. Apa lagi, coba? Disembunyikan! Penyembunyian telur paskah pada Oster Sonntag atau paskah hari minggu adalah tradisi yang kata suami saya sudah ada sejak ia masih kecil. Jadinya sekarang ia turunkan kepada anak-anak kami.


Biasanya jika musim hujan atau cuaca buruk seperti angin lesus, badai, hujan lebat dan sejenisnya, kami mengadakan di dalam rumah. Tahun ini, musim semi kering, cuaca bagus sehingga anak-anak harus mencari di luar rumah alias di kebun.

Kami sebagai orangtua yang menyembunyikannya, anak-anak yang berlarian mencari. Kata-kata "kalt" alias dingin, berarti arah pencarian salah.

"Heiss" sama saja panas atau sangat dekat dengan tempat persembunyian. Lucu, ya? Dulu beberapa hotel Indonesia yang mengadakan penyembunyian telur untuk keluarga ekspatriat. Tinggal di Jerman, kami melakukannya sendiri karena tradisi itu lestari.

Sejarah Telur Sebagai Lambang Tradisi
Telur diwarnai, telur dihiasi, buat apa, sih? Mengapa demikian? Menurut Gelino, zaman dulu pula, orang sudah menjadikan telur sebagai simbol kesuburan, kehidupan dan kelahiran kembali. 

Bahkan bangsa Mesir kuno pernah menyembah telur. Beberapa leluhur bangsa-bangsa di dunia telah menjadikan telur sebagai sesaji di kuburan, dengan harapan akan membangkitkan arwah dalam kubur. Bangsa Romawi dan Yunani menggantungkan telur pada peringatan-peringatan tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun