"Kalau roti sekali makan habis. Ini sepatu nggak bakal habis, meski sudah rusak. Awet, pak. Ini juga pembawa keberuntungan karena hari ini harganya diskon 60%." Saya meringis.
"Tapi kan nggak bisa dimakan?" Suami menepuk jidatnya yang lebar.
"Tenang, hari ini aku ulang tahun." Di keluarga kami ada aturan kalau ada yang ulang tahun boleh berulah semaunya, seperti raja. Hahaha.
"Lho, kan kemarin sudah beli dua pasang? Kakimu hanya dua, kan?" Kepala suami menggeleng beberapa kali.
"Satu untuk musim panas, satu untuk musim gugur dan satu untuk musim dingin, pak....." Saya berusaha menerangkan duduk perkaranya mengapa beli sepatu lagi dan nggak beli roti. Apalagi saya ingatkan tentang cerita mertua, waktu suami masih kecil disuruh beli sosis pulangnya bawa permen bukan sosis. Suami saya pun manggut-manggut.
Nah, salah tanggal, ya nggak dapat roti.
***
Itulah pengalaman kami hunting Neujahrbrezel. Akan saya ingat-ingat betul bahwa jika ingin membelinya untuk dikonsumsi atau dihadiahkan ke orang lain, harus pergi ke toko roti pada tanggal 30-31 Desember, bukan tanggal 1 atau 2 Januari. Sudah terlambat.
Teman-teman Kompasianer, meski di tanah air nggak mengenal pembawa roti hoki seperti Neujahrbrezel atau kita nggak memakannya, saya yakin tetap ada semangat, energi dan ide baru untuk tahun baru. Yang jelas apapun keinginan, resolusi, impian kita, asal baik pasti akan membawa kebaikan dalam kehidupan. Selamat datang lembaran baru. Mari otpimis berjamaah.
Selamat tahun baru 2019, tetap sehat dan bahagia selalu. Salam hangat dari Jerman. (G76)