Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Ini Dia Roti Jerman Pembawa Hoki di Tahun Baru

4 Januari 2019   16:56 Diperbarui: 5 Januari 2019   09:12 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Das Neujahrbrezel (dok.Sallys)

Liburan, hari berjalan begitu pelan. Ah, tak terasa sudah berada di tanggal terakhir bulan Desember, 31. Anak-anak sudah ribut soal hadiah apa buat mamanya. Pikir saya, semua sudah punya jadi hanya sehat dan bahagia saja butuhnya. Tetapi, suami tetap memaksa mau beliin hadiah. 

"Ayo, bilang, mau minta hadiah apa?" Suami saya bertanya. Senyumnya mengembang. 

"Ah, nggak mau hadiah ..." Sejak kecil memang nggak pernah dibiasakan dapat hadiah saat ulang tahun. Hanya sekali setahun dapat baju baru saat lebaran. Itu saja. 

"Harus... mumpung aku lagi nggak pelit" Namanya orang Swabia di Jerman Selatan, mereka terkenal sangat hemat dan tidak suka menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang nggak perlu. Dimulai dari hal-hal kecil, makanan misalnya. 

"Ya, udah tiket pesawat ke Norwegia, Swedia atau Portugal" Kesempatan dalam kesempitan, mumpung ada yang mau ngasih hadiah. Saya ngakak begitu sadar bahwa hadiahya kemahalan. 

"Yaaaa ... mahal amat hadiahnyaaaa. Lagian kalau kamu terbang, aku ditinggal. Nggak mau." Muka belahan jiwa saya bersungut-sungut. Kami pun tertawa bareng-bareng. Akhirnya kami mau jalan bareng sajalah, semua ikut. Hadiahnya, saya boleh jadi shopping queen, belanjaaaaa. Anak-anak protes karena bukankah hadiah harus jadi kejutan bagi yang ulang tahun? Kalau saya ikut, sudah nggak heboh lagi tanggal 1 waktu membukanya. Setuju, nggak setuju, berangkatttt. 

Waduh, banyak sekali orang yang belanja di penghujung tahun. Setelah sukses mencari tempat parkir, kami menuju pusat perbelanjaan di Villingen dengan berjalan kaki. Kebanyakan pusat kota di Jerman, seperti alun-alun, dibebaskan dari wira-wiri kendaraan bermotor kecuali pengirim barang. 

Kota yang masih menyisakan tembok tua yang mengelilingi kota tua jaman raja-raja, menara-menara dan bangunan-bangunan tua itu memang menawan. Coba semua kota tua di Indonesia dibuat seperti itu, pasti aset yang bagus untuk pariwisata.

Ohhh, dingin menggigit pipi, mulut kami sesekali mengepulkan asap saat bercakap-cakap dan rintik hujan membasahi bumi. Brrrr.. adem. Payung, mana payung?

Roti ini mirip Neujahrkranz tapi tidak manis (dok.Gana)
Roti ini mirip Neujahrkranz tapi tidak manis (dok.Gana)
Jimat tahun baru yang enak 

Kami melewati Baekerei, toko roti. Di etalase toko terpajang Neujahrbrezel dan Fruechte Brot. Kaki kami berhenti. Neujahrbrezel (neu=baru, Jahr=tahun, Brezel=roti khas Jerman yang biasa dimakan pada pagi hari untuk sarapan, ditaburi garam krasak atau irisan almon, kadang dibelah tengahnya lalu dilapisi mentega. Dengan membuat atau membeli dan menghadiahkan roti itu pada keluarga atau kerabat, orang Jerman percaya ada keberuntungan di tahun baru. 

Roti dipercaya akan menghindari sial, penyakit dan jauh dari bahaya kelaparan. Nggak kelaparan bagaimana, orang rotinya kadang segede gaban. Ok, yang jelas roti itu diakui banyak orang Jerman secara turun-temurun sebagai Gluecksbringer atau pembawa keberuntungan alias jimattttt. Selain berbentuk Brezel, rupanya ada juga yang dibuat berbentuk lingkaran alias Kranz

Kedua bentuk, baik Brezel yang mirip konde tekuk atau lingkaran, sama-sama punya arti ikatan yang baik, mempengaruhi kesehatan dan rejeki manusia.

Sedangkan Fruechte Brot, Fruechte=buah-buahan, Brot=roti. Jadi itu roti berwarna gelap (Dinkel) yang dicampur buah-buahan kering (aprikot, ceri, kurma), kacang-kacangan (almon putih) dan dibuat atau dijual untuk menyambut tahun baru. Konon, awalnya roti yang tahan lama itu untuk memperingati Andreas Tag, hari Andreas, saudara Simon Petrus, pengikut Yesus. 

Hmmm... Neujahrbrezel? Fruechtebrot? Mata kami berpandangan. Beli-tidak, beli-tidak. Kami nggak jadi beli. Alasannya, dengan ukuran raksasa, kami yakin nggak bakal mampu memakan sampai habis dan sisanya bisa mengeras alias rusak dibuang ke sampah pada keesokan harinya. 

Takut mubadzir. Sampah basah Jerman selalu disorot media karena banyak berisi makanan yang sebenarnya masih bisa dikonsumsi tetapi hanya kurang pengaturan saat mengkonsumsinya. Keluarga Jerman harus makin teliti mengatur persediaan bahan makanan dan minuman supaya nggak dibeli percuma dan berakhir di tong sampah. 

Hanya ada pada tanggal 30-31 Desember 

Singkat cerita, akhir tahun diakhiri dengan belanja untuk yang terakhir kalinya di tahun 2018. Kemudian hari begitu cepat berganti. Sehari setelahnya, yakni tanggal 1 Januari, saya ajak anak-anak ke kota, bapaknya titip Neujahrbrezel. Aih, girang bukan kepalang karena di depan toko roti terpampang papan menu apa yang dijual dan titipan suami tertera di sana. Kami pun masuk ke toko. Walahhhh, banyak sekali yang antri, pada lapar tentu. 

Sembari menunggu giliran dilayani, mata kami menerobos pandangan menuju etalase toko. Lah, kok banyak tempat kosong? Mana Brezel raksasanya? Yahhh, kami jadi ingat peribahasa nasi sudah menjadi bubur. Kami kembali ke papan di depan toko dan membaca menu yang tertulis di sana sekali lagi. 

Ah, ada tulisan kecil yang menerangkan kapan roti itu dijual. Hiks, pagi-pagi pengen makan roti tahun baru, nggak bakalan ada di meja. Sebabnya, roti hanya dijual pada tanggal 30-31 Desember saja. Lain kali, harus beli pada tanggal 30-31 Desember, meski tanggal 1-2 adalah tanggal-tanggal pertama di bulan Januari, tahun baru. Satu jam kemudian, kami kembali ke rumah. 

"Papa, kami dataaaang. Oh, mama beli sesuatu dari kota." Anak-anak langsung menghambur ke papanya yang malesan di sofa. 

"Haaa, pasti Neujahrbrezel untukku" Suami menghampiri saya di dapur. 

"Bukan, sepatu." Jawab anak-anak "Lho, kok sepatu?" Kening suami saya tambah satu kerutan. 

"Kalau roti sekali makan habis. Ini sepatu nggak bakal habis, meski sudah rusak. Awet, pak. Ini juga pembawa keberuntungan karena hari ini harganya diskon 60%." Saya meringis. 

"Tapi kan nggak bisa dimakan?" Suami menepuk jidatnya yang lebar.

"Tenang, hari ini aku ulang tahun." Di keluarga kami ada aturan kalau ada yang ulang tahun boleh berulah semaunya, seperti raja. Hahaha.

"Lho, kan kemarin sudah beli dua pasang? Kakimu hanya dua, kan?" Kepala suami menggeleng beberapa kali. 

"Satu untuk musim panas, satu untuk musim gugur dan satu untuk musim dingin, pak....." Saya berusaha menerangkan duduk perkaranya mengapa beli sepatu lagi dan nggak beli roti. Apalagi saya ingatkan tentang cerita mertua, waktu suami masih kecil disuruh beli sosis pulangnya bawa permen bukan sosis. Suami saya pun manggut-manggut. 

Nah, salah tanggal, ya nggak dapat roti. 

***

Itulah pengalaman kami hunting Neujahrbrezel. Akan saya ingat-ingat betul bahwa jika ingin membelinya untuk dikonsumsi atau dihadiahkan ke orang lain, harus pergi ke toko roti pada tanggal 30-31 Desember, bukan tanggal 1 atau 2 Januari. Sudah terlambat. 

Teman-teman Kompasianer, meski di tanah air nggak mengenal pembawa roti hoki seperti Neujahrbrezel atau kita nggak memakannya, saya yakin tetap ada semangat, energi dan ide baru untuk tahun baru. Yang jelas apapun keinginan, resolusi, impian kita, asal baik pasti akan membawa kebaikan dalam kehidupan. Selamat datang lembaran baru. Mari otpimis berjamaah.

Selamat tahun baru 2019, tetap sehat dan bahagia selalu. Salam hangat dari Jerman. (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun