Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Beda dengan Indonesia, Seperti Inilah Proses Membuat SIM Internasional di Jerman

17 Juli 2017   17:07 Diperbarui: 18 Juli 2017   07:57 2311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SIM Internasional keluaran Jerman 2017 (dok.Gana)

Kamis pagi. Hari masih dingin, padahal sudah Juni. Bukankah Juni milik musim panas? Jerman salah musim, yoooo. Malas, malaaaas sekali mau ngapa-ngapain but life must go on. Mengerjakan pekerjaan rumah tangga jalan terosss....

Tak berapa lama, suami datang, ngompori saya buat bikin SIM internasional karena sebentar lagi masa liburan. Untuk keliling EU saya biasa pakai SIM Jerman yang dulu errrrr ngabisin duit 2000 itu. Kalau di luar itu pasti butuh SIM internasional, dong. Kemarin dulu sudah dibujuk, sih tapi karena cuaca selalu buruk, saya nggak mau. Brrrr. Enakan di rumah sajah.

Suatu hari, ngalah. Ya, sudah, berangkat bikin SIM internasional. Bukankah SIM itu untuk saya dan jaga-jaga kalau suami capek nyetir. Sudah bagus ada yang kasih motivasi bikin SIM dan pakai diantar lagi. Hahaha ... manja.

Beberapa surat penting yang diperlukan sudah siap di map. Itu sesuai penjelasan suami yang sudah sering bikin dalam hidup.

Apa saja surat penting yang harus dibawa saat membuat SIM internasional di Jerman?

  • Fuehrerschein (SIM Jerman/EU)
  • Reisepass (paspor)
  • Aufenthaltstitel (KITAP-ijin tinggal tetap )
  • Foto biometri ukuran 4x6 satu lembar (nggak harus pakai blaser atau dasi)
  • Uang 15 euro

Kami tiba di kantor Landratsamt, pemda setempat sepuluh menit sebelum jam 9 pagi. Kantor tampak sepi, hanya beberapa orang asing di ruang tunggu.


Pertama, saya harus ngambil tiket di ruang tunggu. Memencet tombol di mesin tunggu. Nomor 5! Display layar di kantor masih kosong. Dua menit kemudian, nomor saya muncul. Tertulis nama petugas dan nomor pintu 63 yang harus dimasuki. Horeee, hari itu nggak banyak orang antri bahkan nggak ada sama sekali di bagian SIM. Nggak heran kalau cepet banget.

Pintu segera saya ketuk. Kami masuk. Ada rasa deg-degan karena menurut pengalaman selama ini, biasanya petugas kantoran Jerman, tuh mukanya rata-rata serius-serem, ditekuk. Apalagi kalau musim dingin. Untungnya, waktu itu sudah masuk musim panas.

Saya sapa perempuan bernama Frau Buller dengan bahasa Jerman:

"Guten morgen...." saya ucap selamat pagi padanya. Jerman sangat nasionalis dan menjunjung tinggi bahasa Jerman, sangat penting untuk fasih berbahasa itu. Barangkali si ibu paham bahasa Inggris tapi pasti lebih respek kalau saya pakai bahasa mereka. Tanpa ba-bi-bu, saya utarakan maksud kedatangan. Si ibu yang nggak terduga, balik nyapa dengan ramah, mengangguk. Oh nein, permen karet masih melekat di gigi-geliginya.

Tanpa menunggu perintahnya, saya serahkan semua surat penting; SIM, paspor, KITAP dan foto. Masih dengan berdiri, kami menunggu. Di dalam kantornya, nggak ada kursi untuk tamu. Kantor bentuknya seperti bar, dengan meja setinggi dada. Berdiri!

Petugas melakukan pengecekan data di komputer. Apakah surat-surat saya asli, valid dan terdeteksi?

Oh jeee, ya ampun ... si ibu berdecak, ada masalah! Nggak ada nama keluarga pada SIM yang dibuat 11 tahun yang lalu di Jerman, sedangkan paspor (terbaru 2017) yang dibuat di Semarang pakai nama keluarga suami. Ya, orang Jawa nggak punya nama keluarga dan saya baru ganti nama keluarga, mengikuti nama keluarga suami demi mempermudah pengarsipan dokumen di Jerman, beberapa tahun setelah punya SIM Jerman.

Lantas pijimana, dong? Solusinya, nama panjang saya jadi nama keluarga (seperti SIM Jerman/EU lama), itu tertera dalam SIM internasional. Weleeehkayak kereta! Terus, si ibu punya ide buat nambahin catatan penting pada halaman terakhir SIM internasional bahwa nama keluarga saya sudah diganti sesuai paspor terbaru. Artinya, meski SIM Jerman dan SIM internasional datanya nggak persis, tetap bisa berlaku. Syukurlah!

Si ibu kasih saran; kalau mau SIM internasional langsung dengan nama keluarga, SIM Jerman lama harus diganti. Aduh, sudah bayanginribetnya ganti.

Catatan berikutnya di halaman terakhir SIM internasional adalah bahwa saya harus pakai kacamata (rabun jauh) selama mengendara.

Masalah data sudah clear. Kami diberi sebuah kartu seperti kartu ATM dan disuruh menuju ATM khusus di luar ruangan demi membayar bea pembuatan SIM internasional. Tertera, 15 euro. Kwitansi keluar dari mesin begitu kartu debit dimasukkan (bisa juga cash). Tertulis 1 euro untuk bea lain-lain dan 14 euro untuk SIM internasional. Total 15 euro atau Rp 225.000,00.

Langkah kami kembali menuju ke ruang petugas dan tangan saya segera nyerahin kwitansi. Sebagai gantinya, si ibu memindahtangankan sebuah buku warna abu-abu, SIM internasional dari Jerman. Beliau minta saya menandatanganinya dan bilang bahwa masa berlakunya 3 tahun saja dan harus diperpanjang jika diperlukan lagi.

"Vielen Dank, Frau Buller. Ich wuensche Ihnen einen schoenen Tag." Merasa happy kwadrat, saya pamit. Berharap si ibu akan bahagia pada hari itu seperti ia membahagiakan saya dengan SIM internasional.

Buku SIM Internasional di Jerman mencantumkan terjemahan dalam bahasa Inggris, Rusia, Italia dan Perancis.

Kenapa SIM internasional di Indonesia Lebih Mahal dan pakai foto kopi?

Dari proses pembuatan SIM internasional di Jerman yang kira-kira hanya 10 menit itu,  sebagai masyarakat, seneng kalau dilayani dan dipermudah, nggak dipersulit. Kalau bisa dibikin cepat, kenapa musti lelet? Kalau bisa murah, kenapa harus mahal? Intinya, seperti kata orang Jerman "Der Kunde ist Koenig" atau pembeli adalah raja, bahwa pelayananan kepada masyarakat Jerman harus dilakukan dengan maksimal dan sebaik-baiknya tanpa pandang bulu.

Dan lagi, koneksi bagus dan terkonfigurasi antar biro seperti biro SIM lokal (kantor TUV) dan SIM internasional (kantor Landratsamt) Jerman sangat mendukung proses pelayanan masyarakat.

Bikin SIM B (mobil) Jerman sangat lama, nggak mudah dan mahal harganya. Itulah sebabnya, kalau sembarangan di jalanan, mikirnya berkali-kali.

Teman saya yang pindahan ke Jerman pernah bikin SIM internasional di Jakarta. Cepat dan murah lewat agen. Sebenarnya menurut aturan Jerman, dia nggak perlu bikin SIM internasional tapi pakai SIM di Indonesia yang bisa berlaku selama 6 bulan dari masa tinggal tahun pertamanya. Kalau habis, HARUS bikin SIM Jerman yang bikinnya bisa stress jiwa-raga. Nah, belum tentu punya jam terbang nyetir 30 tahun di Indonesia bisa langsung dapat SIM Jerman.

Oh, ya, pembuatan SIM internasional di Indonesia (yang kabarnya berlaku se-ASEAN), syaratnya hampir mirip seperti di Jerman, cuma lebih banyak lagi dokumennya dan harga sedikit lebih mahal jika kurs ada di Rp15.000/euro:

1. KTP asli & Foto copy (1 lembar). Untuk WNA, bawa KITAP (Kartu Izin Tinggal Tetap) asli & Foto copy, 1 lembar (KITAS nggak dilayani)

2. SIM Nasional asli yang masih berlaku & Foto copy (1 lembar).

3. Passport asli yang masih berlaku & Foto copy (1 lembar)

4. Pas Foto berwarna terbaru ukuran 46 warna latar belakang Foto biru (untuk Pria berdasi & Wanita menggunakan Blazer) (4 lembar)

5. Materai Rp 6.000,- terbaru (1 lembar)

6. Berdasarkan PP 50 Tahun 2010, Pembuatan SIM Internasional Baru : Rp. 250.000,-. Perpanjangan SIM Internasional : Rp. 225.000,-

7. Bagi WNA Staff kedutaan wajib disertakan KITAP atau KTP atau ID Korps Diplomatik serta melampirkan surat rekomendasi dari kedutaan.

Kalau diperhatikan persyaratan di atas, kok banyak foto kopinya, nggak Umweltbewusst (nggak ramah lingkungan) kalau orang Jerman bilang. Dengan UMR yang ada di bawah Jerman pun, harga SIM internasional Indonesia masih tergolong mahal dibanding SIM internasional di Jerman. Bagaimana menurut pendapat Anda?

Semoga artikel ini bermanfaat bagi yang pengen belajar atau kerja di Jerman, menetap di Jerman dan suka traveling. Salam Sommer, musim panas dari Jerman. (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun