Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Memilah Kabel Ruwet

20 Juli 2013   04:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:18 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_276318" align="alignleft" width="300" caption="Kabel ruwet"][/caption] Pernahkah Kompasianer melihat kabel ruwet, bahkan sampai memilahnya? Ini ternyata bisa menjadi perumpamaan apa yang terjadi dalam hidup.

Banyak masalah yang dihadapi, seyogyanya bisa diatasi dengan kesabaran, ketekunan dan usaha sampai berhasil. Urai satu-persatu. Susah memang, tapi nyata khasiatnya.

***

Sudah lama kabel-kabel di sebuah laci berserakan. Saya hendak memilahnya satu-persatu. Suami saya geleng kepala, “Kalau aku, sudah tak potong satu-satu pakai gunting, buang, habis perkara.”

“Dibuang, yo sayang tho, Pak!” Saya menyanggah idenya. Sementara dua gadis kecil saya mendekat. Peri-peri kecil itu berusaha membantu mamanya. Namanya juga anak-anak, maksudnya baik tapi malah … merusak ! Prothol kabeh, putus semua earphone yang mereka tarik terlalu keras.

“Halah … wis-wisss, main sana.“ Anak-anak berhenti membantu, mulai menghitung satu-persatu kabel yang saya urai dan rapi. Tiga puluh kabel ! Ada yang dari earphone, ada pula charger : HP, kamera, baterei, laptop, mainan elektronik, video … komplit ! Ini milik orang lima, lho (orang tua dan tiga anak).

Hoppala ! Anak-anak begitu senang mengetahui saya berhasil mengurai semua kabel ruwet biang depressive itu. Semoga mereka memaknai bahwa dari awal, lewat kemauan dengan tujuan pasti (ingin menyelesaikan sesuatu, dalam hal ini kabel ruwet), everything will be fine. Nilai kesabaran, ketekunan dan usaha, ternyata benar membuahkan hasil. Kabel terurai satu- persatu !

***

Usai memilah kabel ruwet, saya termenung. Ingatan saya melayang kepada seorang tetangga. Ia ini mengeluh, mereka sudah 6 bulan kedinginan hingga musim panas ini. Pasalnya, tak ada air panas bahkan tiada hangat yang meluncur dari shower mereka. Apalagi acara kungkum alias berendam, jauuuuh!

Ya, mereka ini tak memiliki persediaan minyak lagi. Bahan bakar yang digunakan untuk menghangatkan air yang akan digunakan setiap harinya itu tentunya butuh uang banyak. Setidaknya untuk ukuran rumah 150 meter persegi, tiga lantai, menyedot 2000 euro (satu tangki mobil) untuk persediaan setahun. Si ibu yang sudah jadi janda 3 tahunan ini, mengaku pailit. Apalagi anak-anaknya sudah besar-besar (15, 19 dan 22 tahun), kebutuhannyapun tak hanya soal susu dan permen saja. Budgetnya tambah membengkak. Lebih besar pasak daripada tiang. Dunia seakan runtuh. Ubannya bertambah banyak.

Tetangga kami itu tak rela rumah besarnya dijual untuk ditukar dengan rumah yang lebih kecil dan sisanya untuk menyambung hidup. Alasannya, rumah dibangun atas nama cinta, dengan mantan suaminya dan tempat membesarkan ketiga anak-anak mereka bersama-sama. A sweet memory, sejarah hidup yang indah. Akibatnya, rumah yang belum lunas itu merobek kantongnya yang tipis. Belum lagi, proses perceraian, molor.

Belakangan, anak gadisnya yang kuliah di sebuah kota besar, bulan lalu kembali ke rumahnya dengan kondisi mobil ringsek separoh. Katanya, diserempet truk besar. Setelah diklaim asuransi, ternyata bea bengkel meledak. Akhirnya, pihak penanggung hanya mau membayarkan uang sesuai premi yang terbayarkan. Mobil mangkrak di depan rumah, tanpa plat nomor, alias tidak bisa digunakan lagi.

Sang gadis memakai mobil sang ibu. Si ibu, mengendarai mobil kuno Gogo mirip VW kodok, yang sering macet. Buat susah saja.

Lengkap sudah cerita tetangga kami itu; sudah jatuh tertimpa tangga.

Saya tak bisa membayangkan apa yang harus saya lakukan kalau mengalami kondisi hidup seperti ini. Masalah yang tumpuk-undung, saling tumpang tindih itu seperti kabel ruwet, penyelesaiannya sebaiknya satu-persatu dan sabarrrr.

Ini sama saja dengan kita yang pernah mengeluh soal pekerjaan dikantor, gaji yang kurang, fasilitas yang minim, penampilan yang tidak sempurna, sakit hati, menderita suatu penyakit, bosan dirumah dan entah apalagi masalah yang datang silih-berganti bahkan datang terus, tak mau pergi.

[caption id="attachment_276319" align="alignright" width="300" caption="Berhasil memilah kabel ruwet, satu-persatu"]

1374269057829373343
1374269057829373343
[/caption] Ughhhh ...  sekali lagi, tak mudah memang jika saya sendiri yang harus menjalaninya. Saya baru saja dalam tahap training memilah kabel ruwet dengan sukses hari ini. Selamat menikmati hidup dengan memilah-milah sendiri.(G76)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun