Mohon tunggu...
Gabryella Sianturi
Gabryella Sianturi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Sedang mondar-mandir di Yogyakarta

Penulis lepas.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sejauhmana Media Online Membuat Nyaman Korban Kekerasan Seksual?

7 Oktober 2019   22:12 Diperbarui: 29 Juli 2020   15:50 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagaimana kekerasan seksual kerap terjadi di sekitar kita, begitu pula media massa yang getol betul memberitakannya. Ada dua mata pisau yang ditampilakan media ketika memberitakan kasus kekerasan seksual, media berada di pihak korban dan media malah membuat korban menjadi "korban" untuk kesekian kalinya.

Seperti riset yang telah dilakukan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) pada tahun 2015 berjudul "Sejauhmana Media Telah Memiliki Perspektif Korban Kekerasan Seksual?" , semakin memperkuat bahwa ternyata media belum beres dalam pemberitaan bab kekerasan seksual. 

Dalam riset yang dilakukan Komnas Perempuan tersebut, disimpulkan bahwa dari 9 media di Indonesia, untuk pemenuhan kode etik jurnalistik secara umum, masih mencampurkan fakta dan opini (38%), mengungkap identitas korban (31%) dan mengungkap identitas pelaku anak (20%). 

Angka tersebut berasal dari media yang lazim kita temui, seperti Indopos, Jakarta Pos, Jakarta Globe, Kompas, SindoNews, Pos Kota, Republika, Tempo dan Media Indonesia. Riset ini tentu membuat kita merasa miris ketika media yang seharusnya menjadi pilar ke-empat demokrasi setelah lembaga eksekutif, yudikatif dan legislatif ternyata masih tidak berpihak pada korban. 

Tetapi dalam kesempatan ini, saya tidak akan membahas hal tersebut karena sudah relatif banyak yang membahasnya. Saya ingin melihat bagaimana media memberikan ilustrasi visual dalam pemberitaan kekerasan seksual dan sejauh mana korban kekerasan seksual nyaman dengan ilustrasi visual yang sering dimuat media tersebut. 

Walaupun ilustrasi visual tersebut tidak melanggar 11 elemen Kode Etik Jurnalistik, tetapi saya mencoba berangkat dari perspektif saya sendiri lalu melihat pula bagaimana perspektif korban yang sebenarnya. 

Perlu diketahui bahwa ilustrasi yang hendak saya nilai yaitu berasal dari media online, karena aspek visual adalah salah satu aspek yang membuat jurnalisme multimedia menjadi berbeda dengan media konvensional. Aspek visual yang kerap kita temui dalam media online yaitu seperti infografis, ilustrasi, foto dan video. 

Hadirnya visual seperti infografis tidak menutupi kemungkinan membuat kita menjadi lebih cepat paham. Begitu pula dengan hadirnya ilustrasi yang menarik perhatian pembaca. Sering kali seseorang akan membaca isi sebuah artikel ketika tampilan ilustrasinya yang menarik.

Survey Sederhana

Melalui kuesioner yang saya sebar secara random lewat berbagai macam platform media sosial, terdapat 61 responden berjenis kelamin perempuan dan laki-laki yang mengisinya. 

Dari 61 responden, sebanyak 63.9% pernah mengalami kekerasan seksual baik secara verbal maupun non-verbal dan 36.1% lainnya tidak pernah mengalami kekerasan seksual.

hasil survey
hasil survey
Dalam analisis sederhana kali ini, saya hanya akan berfokus pada mereka yang pernah mengalami kekerasan seksual karena kembali lagi pada tujuan awal tulisan ini yaitu sejauh mana media online telah membuat nyaman para korban. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun