Mohon tunggu...
gabriele richard
gabriele richard Mohon Tunggu... Wiraswasta - Komponis,arranger,musisi,penulis

Lahir di kota Purbalingga 15 Mei 1966 Ayah mantan TNI yang pensiun dini untuk mengabdi di dinas Kabupaten Purbalingga,wafat tahun 1981 Ibu seorang wanita desa biasa ,wafat tahun 2016 Satu keluarga terdiri dari sembilan bersaudar,yang bungsu telah wafat di jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Malam-malam Terpanjang bagi Kartono (Makar Sa Sentono)

28 Januari 2019   23:16 Diperbarui: 28 Januari 2019   23:20 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Tentu...jika nantinya ada pelanggaran saat kerja atau indikasi kecurangan,bahan fakta itu bisa untuk interpelasi"

Beberapa hari kemudian...
Disebuah aula pertemuan, bebetapa wartawan merubung seorang caleg wanita.Yang terdepan bertanya
" Bu...jumlah pemilih di dapil ibu sebanyak 500 000 pemilih.
Menurut keyakinan ibu,sudah terhimpun beraoa persen pemilih?" tanya wartawan itu
" Oooh pertanyaan bagus..Menurut timses saya, kira kira 60 persen dari jumlah pemilih telah menjadi pemilih saya. " jawab caleg provinsi wanuta itu mantap
" Tapi...saya bertanya hal serupa kepada 49 caleg provinsi di dapil ibu,jawaban mereka sama..Masing masing merasa sudah punya pemilih 50 persen...Kalau dihitunf kan tidak selaras sama sekali..Bagaimana ibu menanggapinya?"

Caleg wanita itu pucat pasi,sebab ia tahu bahwa pembicaraan kali ini akan dimuat pers.Padahal kalau hal klaim jumlah pemilih tersiar..orang akan tahu ia tukang bohong..selain itu akan ada kemarahan rivalnya yang merasa sudah mantap masa pemilihnya
Ia berfikir sejenak...lalu menjawab
" Ach..begini saja...
Biasanya saya memanggil wartawan untuk wawancara,dan saya membayar perorang..
Nah ,untuk saat ini biarlah saya membayar kalian untuk tidak menayangkan pembicaraan barusan,bagaimana?dea"
Caleg wanita itu kemudian tampak bersalaman dengan para wartawan itu,hanya saja telapak tangan berisi amplop tebal tebal

Dipinggir kota,pak Kartono mencuci sepeda motor tuanya.Tiba tiba ringtone hp nya berdering

" Halo...siang bolong nelphone,nggak ada kerjaan kantor..?" tanya pak Kartono.

" Nggak ,mas...saya cuti ..
lha situ sedang apa dirumah? katanya mau bantu saya cari kader ?"  suara wanita itu terdengar  balik bertanya

" Kan aku nggak punya sangu..kamu tahu duitku ludes buat kamu yang janji menangkan aku di pilbup kemarin kan?"
pak Kartono balik menyerang..

" He..he...iya ding..
Tapi duit itu kan nggak habis buat kampanye..buat obatin suamiku yang migran nggak sembuh sembuh..
Ach..sudahlah ..nggak usah dibahas..
Oh ya..aku mau mundur saja..percuma aku maju..
Di daerah tandemnya pada mbelot..
yang diatas;sama saja modal dengkul dan mencurigakan mau ngajak saya bisnis narkoba nggak modal .." jawab suara wanita itu 

"Jadi kamu hanyut to?..Saya pikir kamu betul betul darah dingin,numpang politik bisnis yang lain...oalaaah... lupa jati dirimu to?" kata pak Kartono agak masam..
" Memang..saya memang nggak peduli sama sekali apa itu kebangsaan..penduduk..apalagi Pancasila..Saya hanya puas jualanku laku terus aman
..nggak ada yang kutak kutik...Tapi sejak sering ketemu ..itu lho yang suka fotonya tak kirim..difikiranku seperti menghadapi problem negara sungguh sungguha..ha..ha..:
Wanita itu berbahak..
" Nah ..itu yang benar..masa, nggak kenal diri sendiri.." pak Kartono menyela
"Siapa yang mau peduli orang yang bukan apa apanya..mereka juga nggak peduli apa apa..yang nyangkul ada.yang curi beras gabah juga nggak sedilit.Masih mending aku..jualan yang bust enak orang..apa saja...tentu segala kesempatan kupergunakan baik baik.. " jawab wanita itu....
Mereka berdua tidak sadar bahwa saat mereka bercakap cakap  melalui HP ,seseorang yang dianggap tidak mengerti apa apa,turut mendengar.
Seorang pedagang keliling kelelahan sedang bersandar di dinding ,tepat disebelah pak KArtono berdir i bagian luar.
Dan hal itu sekaligus akhir karier kejahatan pak Kartono dan rekanannya.

Disebuah kamar tahanan,pak Kartono berbaring memelas.
Mata menatap langit langit hatinya memandang hari hari yang ia lewati bergelimang dosa.
Ia relakan sedikit harta memikat wanita partai yang bersedia meloloskan dirinya sebagai cabup.
Ia beroleh investasi dari beebagai sponsor yang yakin kemenangannya.
Investasi itu cukup mengembalikan harta nya yang keluar sedikit.
Dan iapun beroleh lahan penjualan narkoba tanpa di curigai petugas.

Iapun .memiliki kebebasan dari kalangan dinas pendukungnya untuk mensuplai tenaga kerja kontrak di lingkungan dinas kabupaten,dan keseluruhannya menjadi pengedar narkoba miliknya bersama wanita partai itu...
Sunggug dahsyat penderitaan kaum lurus akibst pembulian mafia narkoba miliknya..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun