Mohon tunggu...
Dipo Samudro (Vox Vulgaris)
Dipo Samudro (Vox Vulgaris) Mohon Tunggu... Guru

Buat asyik-asyik an aja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Aimo Koivunen: Tentara Perang Dunia II yang Bertahan Hidup karena "Sabu-Sabu"

9 Mei 2025   12:59 Diperbarui: 9 Mei 2025   12:59 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Aimo Koivunen dan Tentara Finlandia (Sumber: Mary Evans Picture Library)

Dalam kondisi panik, mengantuk berat, dan dikejar musuh, Aimo membuat keputusan yang akan mengubah hidupnya. Tanpa sempat berpikir panjang, entah dengan logika macam apa, ia menelan semua 30 butir Pervitin sekaligus. 

Tubuhnya seketika bugar kembali. Ia menggunakan papan luncur ski menerobos hutan bersama dengan teman-teman seperjuangannya. Hingga akhirnya, Aimo dan kawan-kawannya dapat melarikan diri untuk bersembunyi dari tentara Soviet. Tapi ada yang janggal, Aimo teler.   

Saat yang lain berhenti dan menyusun strategi, Aimo malah berseluncur ke sana kemari dan tidak bisa diam --- dalam bahasa Inggris disebut "agitated"---. Komandan Aimo pun sadar akan hal itu. Ia berusaha memberi perintah padanya untuk diam dan ikut menyusun strategi, tapi omongannya malah ngelantur. Sang Komandan pun mengosongkan suplai peluru yang Aimo bawa, begitu pula membuang peluru yang ada di magasin Aimo karena takut Aimo berulah dan mungkin bisa membahayakan regunya sendiri.

Peleton itu pun diperintahkan untuk bubar dan berkumpul di titik lain oleh sang komandan. Aimo, yang teler setengah mati, malah berpisah dari regu jauh-jauh. Komandan hendak mengejar tapi ia juga bertanggung jawab atas nyawa regu yang lain. Maka ia terpaksa harus meninggalkan Aimo sendiri, berharap Aimo akan kembali sadar dan berkumpul di titik yang sudah ditentukan. 

Beberapa jam setelah ditinggal regunya, Aimo mulai siuman... sedikit. Ia membuka mata, menatap langit abu-abu yang menggantung di atas hutan salju. Napasnya memburu. Tubuhnya masih bergerak, skinya masih meluncur, tapi otaknya? Sudah tinggal di dimensi lain. 

Dalam kondisi setengah sadar dan 30 butir Pervitin mengalir dalam darah, Aimo tiba-tiba menoleh ke samping dan berbisik pelan: 

"Mereka datang dari selatan... pasukan Soviet. Kita harus segera pindah posisi." 

Masalahnya? Tidak ada siapa pun di sampingnya. 

Ya. Aimo sedang berbicara dengan... angin. Atau mungkin bayangan temannya yang hanya ada di kepalanya. Entah. Yang jelas, Aimo benar-benar yakin saat itu bahwa dia masih bersama regunya. Dia bahkan mengangguk-angguk serius setelah bicara. Barulah perlahan-lahan ia sadar bahwa ia sendirian. Sudah 100km dari titik awal ia benar-benar bertemu regunya kala itu. 

Ia mulai siuman perlahan-lahan. Lalu, ia mulai memiliki tujuan; pulang. Ia menyiapkan kompas dan mencari jalan pulang ke markas sekutunya. Ia bergerak hingga tenaganya habis semalaman.   

Ketika matahari terbit, ia pun mulai lelah. Ia mencari tempat untuk tidur tapi tidak ketemu. Ia akhirnya tidur di bawah pohon cemara ditemani oleh dinginnya salju dan api unggun kecil. Ia merebus pinus untuk ia minum sebagai teh, paling tidak cukup untuk menunda laparnya.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun