Mohon tunggu...
Dipo Samudro (Vox Vulgaris)
Dipo Samudro (Vox Vulgaris) Mohon Tunggu... Guru

Buat asyik-asyik an aja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Aimo Koivunen: Tentara Perang Dunia II yang Bertahan Hidup karena "Sabu-Sabu"

9 Mei 2025   12:59 Diperbarui: 9 Mei 2025   12:59 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Aimo Koivunen dan Tentara Finlandia (Sumber: Mary Evans Picture Library)

Disclaimer: "Say No to Drugs" itu pesan saya untuk mengawali kisah ini. Tidak ada yang baik dari zat-zat yang ada pada methamfetamin.  

Pada era Perang Dunia II, methamfetamin atau yang sering kita kenal dengan sabu-sabu belum dianggap sebagai narkotika berbahaya. Bahkan pada 1938, methamfetamin dipasarkan dengan nama Pervitin sebagai stimulan bagi para prajurit Jerman demi meningkatkan performa bertarung di medan pertempuran. Obat ini tak hanya digunakan oleh tentara Jerman, tapi juga oleh sekutu mereka seperti Finlandia.  

Salah satu kisah paling ekstrem datang dari Aimo Koivunen, seorang tentara Finlandia yang secara tidak sengaja overdosis Pervitin saat berusaha melarikan diri dari kejaran tentara Soviet. Yang pada akhirnya tersesat, sendirian, di tengah dinginnya hutan salju Russia. 

Mari kita simak kisahnya. 

Kisah Aimo

Aimo Allan Koivunen lahir pada 17 Oktober 1917 di Alastaro, sebuah kota kecil di wilayah otonom Kekaisaran Rusia yang saat itu dikenal sebagai Grand Duchy of Finland. Ia merupakan anak sulung dari enam bersaudara, buah cinta pasangan Frans Vihtori Koivunen dan Aune Sofia Koivunen. Lahir di masa gejolak politik dan ketegangan dunia, Aimo tumbuh dalam lingkungan yang menuntut ketangguhan sejak dini. 

Pada tahun-tahun berikutnya, ketika Perang Dunia II mengguncang Eropa, Aimo bergabung dalam barisan militer Finlandia. Tepatnya pada 15 Maret 1944, ia ditugaskan dalam sebuah tim patroli ski---sebuah misi militer khusus yang mengharuskan para prajurit menyusuri medan salju yang ekstrem, dengan perlengkapan minimal, dan ketahanan fisik serta mental yang luar biasa. 

Namun, tiga hari setelah misi dimulai, tepatnya pada 18 Maret, segalanya berubah drastis. Aimo dan rekan-rekannya disergap oleh pasukan Soviet. Dikepung dan diserang secara tiba-tiba, mereka tak punya pilihan selain melarikan diri secepat mungkin ke dalam hutan lebat dan medan bersalju yang nyaris tak terjamah manusia. Dalam pelarian itu, mereka harus terus bergerak tanpa henti, siang dan malam, agar tidak tertangkap. 

Sayangnya, kelelahan mulai menggerogoti tubuh mereka. Aimo, yang saat itu kebagian giliran berjaga malam sebelumnya, mulai merasakan kantuk luar biasa yang tak tertahankan. Kelopak matanya berat, pikirannya mengambang---di tengah situasi yang justru menuntut kewaspadaan penuh. 

Dalam kondisi setengah sadar, Aimo teringat pada satu-satunya "senjata rahasia" yang ia bawa: Pervitin, pil stimulan yang biasa dibagikan kepada tentara untuk menambah daya tahan fisik. Pil itu hanya boleh dikonsumsi satu butir dalam satu waktu, dan bahkan itu pun harus hati-hati. Tapi panik membuat segalanya kacau. Saat mencoba mengambil satu pil dari wadah kecilnya, tangannya gemetar dan wadah itu malah tumpah---semua isi kapsul, 30 butir penuh, berhamburan di tangan. 

Dalam kondisi panik, mengantuk berat, dan dikejar musuh, Aimo membuat keputusan yang akan mengubah hidupnya. Tanpa sempat berpikir panjang, entah dengan logika macam apa, ia menelan semua 30 butir Pervitin sekaligus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun