Mohon tunggu...
Irfani Zukhrufillah
Irfani Zukhrufillah Mohon Tunggu... Dosen - dosen

seorang ibu dua anak yang sedang belajar mendidik siswa tak berseragam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ia, Remaja Penjual Permen Jahe

4 Oktober 2017   11:14 Diperbarui: 4 Oktober 2017   11:36 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

aku terharu.. melihatnya...

ia, seorang remaja lelaki yang pagi itu menjajakan permen jahe di antara para penumpang bus antarkota. 

ia yang nampak masih berusia belasan tahun.

ia yang mungkin seharusnya pagi-pagi berangkat sekolah, alih-alih berada di bus antarkota demi berjualan. 

ia yang semangatnya tinggi.

ia yang memiliki harga diri tinggi.

seperti biasa dalam perjalananku menuju Malang. awalnya kantuk cukup menderaku. aku samar-samar tertidur-terbangun selama 30 menit perjalanan awal. lantas seorang penjual menawarkan permen jahenya. belum lengkap mataku membuka, tapi entah mengapa, dia, yang baru melewatiku sambil masih membagikan permen jahenya membuatku tertarik. ada sebuah dorongan untuk memperhatikannya.

ah.. permen jahe.. berapa banyak orang yang masih menyukainya. aku sendiri sudah sejak dulu tak menaruh minat padanya. 

tapi ketertarikanku pada si penjual memaksaku membuka mata dan memperhatikannya.

setelah dia melewati seluruh bangku penumpang, kembali ia ke depan. dan nampaknya dorongan hatiku tadi benar. aku masih sangat yakin bahwa ia tidak berupaya menarik minat penumpang dengan melakukan drama. ia pun nampak tidak berupaya keras mempertahankan langkah kakinya. karena tentu akan sulit berjalan dengan sebelah telapak kaki kaku dalam posisi berjinjit. terlebih dengan sebelah tangan bersedekap tanpa bisa diluruskan. dan bicaranya cadel di mulut bagian kanan. iya, seluruh organ tubuh yang nampak tidak biasa itu berada di bagian kanan.

aku terenyuh memperhatikannya. ku awasi dia sembari menyiapkan uang untuk membeli permen jahenya. betapa aku sadar, masih banyak orang di luar sana yang memiliki semangat tinggi untuk sekedar mengisi perut yang kosong. ia rela berpeluh dengan kesulitan fisiknya yang mungkin saja sewaktu-waktu dapat membuatnya terjerembab di lorong bus. apalagi bus antar kota terkenal dengan gaya berkendara yang ugal-ugalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun