Pernah merasa semua orang di sekitarmu sudah tahu arah hidupnya, sementara kamu sendiri masih sibuk bertanya: "Aku ini siapa, dan mau jadi apa?" Pertanyaan itu begitu akrab di usia 20-an masa pencarian jati diri yang penuh tuntutan, ekspektasi, dan perbandingan sosial.
Buku You Do You karya Fellexandro Ruby hadir sebagai pengingat bahwa sebelum mengejar impian, kita perlu terlebih dulu mengenal siapa diri kita sebenarnya. Di tengah dunia yang bising oleh validasi sosial, Mas Ruby mengajak pembaca untuk kembali ke dalam: mengenal kekuatan, kelemahan, dan ritme hidup diri sendiri.
Yang menarik, buku ini tidak hanya berisi teori. Mas Ruby menyisipkan jurnal pribadi yang bisa diisi pembaca sebagai latihan mengenal diri. Warna bab yang berbeda-beda juga membuat buku ini terasa segar dan tidak membosankan.
Salah satu hal yang paling saya sukai dari buku ini adalah konsep "jam pintar" dan "jam bodoh". Menurut Mas Ruby, setiap orang memiliki waktu produktif dan waktu lalai. Dengan mengenal pola itu, kita bisa merencanakan hari-hari dengan lebih efektif dan tidak terlalu keras pada diri sendiri saat tidak produktif.
Buku ini juga mengupas dengan jelas perbedaan antara talenta dan passion. Talenta adalah kemampuan bawaan sejak lahir---misalnya suara bagus tanpa perlu berlatih. Tapi talenta belum tentu menjadi passion. Sebaliknya, passion adalah perpaduan antara apa yang kita sukai dan apa yang kita kuasai. Mengetahui keduanya membantu kita lebih jujur dalam memilih jalan hidup.
Untuk kamu yang masih belum tahu mau jadi apa, Mas Ruby menyarankan untuk mengejar hal-hal yang membuatmu penasaran. Di usia 20-an, kita masih punya ruang untuk bereksperimen dan tanggung jawab yang belum terlalu besar. Rasa penasaran itu bisa menjadi petunjuk dalam proses mengenali diri lebih dalam.
Lebih jauh lagi, buku ini juga menyentuh aspek perencanaan keuangan. Ketika seseorang sudah memahami dirinya, keputusan finansial pun bisa lebih bijak dan sesuai prioritas hidup, bukan sekadar ikut-ikutan.
Pada akhirnya, You Do You bukan buku yang memberi semua jawaban. Tapi ia memberi ruang untuk berpikir, merenung, dan mengenal diri lebih baik. Bagi saya, buku ini sangat relevan untuk siapa pun yang sedang merasa "tersesat" di usia 20-an. Karena sebelum tahu mau ke mana, kita perlu tahu siapa diri kita sebenarnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI