Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bandros, Si Bus Cantik di Bandung

24 Oktober 2014   18:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:53 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_368946" align="aligncenter" width="560" caption="Suasana memasuki Bandros di Taman Kandaga Puspa"][/caption]

“Awaaas, ranting, awaaas kabel,” teriak Apri pemandu bis Bandros yang siang itu menemani kami. Harap maklum ya karena di Bandung ranting pohon dan kabel listrik berseliweran cukup dekat dengan atap bus. Penutup atap yang tersedia juga tidak bisa dipakai karena akan bertabrakan dengan kabel dan ranting pohon. Jadi selain berwisata, bisa jadi berwisata dengan bus Bandros ini menguji keahlian halang rintang. Bus Bandros adalah bus wisata unik yang dibuat untuk berwisata keliling Bandung. Dengan tiket Rp 10.000,- kita bisa berkeliling Bandung dan mengenali beberapa spot bersejarahnya. Bis ini melayani rute yang sangat panjang dan jauh. Karena akan melewati berbagai pulau dan propinsi. Tak percaya? Haaaaai, seru mereka gembira. Bus ini dapat dinikmati pengunjung mulai dari jam 10 - 15  pada hari Sabtu sampai Kamis. Rute Bandros yang merupakan singkatan dari Bandung Tour on The Bus meliputi beberapa daerah bersejarah kota Bandung seperti Jalan Diponegoro, Sulanjana, Dago, Merdeka, Lembong, Asia Afrika, Braga, lembong (lagi, dan menuju), Sunda, Sumbawa, Flores, Riau. Benar-benar jauh kan? Ketika saya mencoba naik bus ini, ternyata sudah banyak yang menunggu. Kapasitas yang cuma 40 orang itu mengharuskan saya ikut di trip kedua. Padahal sudah antri dalam panas dan terik matahari. Nah ada masukan nih dari pengunjung agar disediakan shelter dan tempat tiket agar naik bus ini jadi lebih nyaman dan tidak berebutan. Suasana di atap sebelum hujan... Akhirnya saya menunggu giliran di Taman Kandaga Puspa sambil melihat-lihat keindahan Taman Kandaga Puspa yang saat ini terlihat sangat merana. Padahal ketika dibuka beberapa bulan lalu saya menyebut taman ini sebagai taman terindah di Kota Bandung. Banyak bunga yang mati kekeringan karena tidak dirawat. Demikian juga anggrek-anggrek yang ditempel di pohon. Padahal di antara anggrek-anggrek yang ditempel itu adalah anggrek yang langka. Kabarnya memang pengelolaan taman ini berdasar sukarela saja dan tidak ada pembiayaan dari Pemda. Setelah menanti sekitar satu jam, akhirnya trip dua datang. Mereka juga senang... dan akan berbasah-basahan Saya naik pertama kali, namun karena pada ingin ke atas saya persilahkan yang datang dari jauh untuk di atas. Pengguna bus memang bukan dari Bandung saja. Ada yang dari Jakarta dan Makasar yang sengaja datang mencoba bus ini. Saya duduk di tangga padahal ada tulisan “Dilarang duduk di tangga”. Indonesia banget ya. Setelah mengambil beberapa foto di bagian atas sambil mendengar Apri berteriak-teriak mengingatkan penumpang agar terhindar dari ranting dan kabel, saya turun lagi dan mendekat ke arah supir. Dadaaah kata mereka Di tiap jalan yang dilewati, bus merah menyala ini berhasil mencuri perhatian orang. Banyak orang yang mengambil foto, melambaikan tangan atau sekedar melongok takjub. Bus Bandros ini memang baru beberapa bulan diluncurkan (Januari 2014). Rencananya nanti akan ada tiga bus Bandros dengan tiga warna. Merah, kuning dan biru. Warna itu disesuaikan dengan perusahaan yang memberikan mobil ini. FYI, mobil ini beroperasi tidak menggunakan APBD jadinya penumpang musti bayar agar operasional mobil ini lancar. “Kan mobil ini perlu bensin, oli dan pemeliharaan suku cadang,” kata Apri. Suasana di bagian bawah Bus Bandros berjalan mengikuti aliran lalu lintas Bandung yang cukup padat hari itu. Apri juga dengan lancar menjelaskan beberapa hal sekitar Bandung. Cukup untuk yang baru namun kurang mendalam. Mungkin karena mobil Bandrosnya berjalan terus memaksa Apri untuk menjelaskan hal lainnya berkaitan dengan tempat, padahal penjelasan yang sebelumnya belum begitu lengkap. Misalnya saja ketika lewat jalur Asia-Afrika yang sarat dengan peninggalan bersejarah. Apri tak bisa menjelaskan semuanya karena mobil berjalan terus. Apri hanya menjelaskan Bandung KM 0 dan Gedung Asia Afrika saja. Padahal di situ ada banyak yang bisa dijelaskan. Mulai dari hotel preanger, human, kantor PR, PLN, Mayestik termasuk Mesjid Raya Bandung. Menurut saya sebaiknya di titik itu (dan beberapa titik) mobil berhenti dahulu sehingga pemandu bisa menjelaskan secara lebih detail tentang Kota Bandung. Apri sang pemandu setelah turun hujan deras. Horeee ember tumpah.. Mengenai rute juga saya mengusulkan agar jangan berbelok langsung ke kanan dari Gedung Asia Afrika. Setidaknya belok dari kantor pos baru belok Banceuy dan menuju Braga. Cukup banyak spot bersejarah yang sayang kalau dilewatkan. Perjalanan dengan Bandros trip kali ini memang lengkap dengan bajigurnya. Hujan sangat deras mengguyur Bandros yang tak beratap. Yang di atas segera turun menjejali bagian bawah. Jadinya sangat padat. Di tengah kepadatan seperti itu muncul celetuk-celetuk ringan dan menyegarkan udara yang sudah dingin. “Wah selain halang rintang, kita juga dapat bonus ember tumpah nih…” kata pengunjung. “Bener” kata yang lain. “Kalau mau bajigur ambil aja di jalan,” timpal wanita di sebelahnya sambil menunjuk air hujan yang coklat keruh. Habis berenang atau naik Bandros? Memang hujan yang deras membuar aliran air dari atap seperti ember tumpah di waterboom. Beberapa anak SD dan ibu-ibu yang terpaksa mendapat bagian belakang mesti berbasah-basah seperti habis berenang. Setiba di Halte Taman Kandaga Puspa, hujan masih saja menyiram kota. Cukup untuk menyiram taman-taman kota yang memang memerlukan penyiraman. Walaupun agak lama turun menanti hujan agak reda, perjalanan menggunakan Bandros ini diakhiri.

Dari Twiter @bandros

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun