Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berburu Jambu dan Berbagi dengan Penderita Kanker

12 Mei 2019   22:47 Diperbarui: 12 Mei 2019   22:57 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berburu manakan untuk takjil puasa memang seru. Secara pribadi saya tak terlalu mencari-cari makanan untuk takjil Apa yang tersedia di rumah saya rasakan sudah cukup. Apalagi saya mencoba untuk lebih simpel dalam berbuka puasa. Dengan pisang saja sudah dirasa cukup. Kalau ada yang lain juga alhamdulillah. Kemudian karena saya mempunyai pohon jambu yang cukup banyak di kebun Pesantren Al Musthafa Cijapati, maka pasokan jambu batu cukup stabil di beberapa bulan ini. Hal itu kemudian membuat hampir setiap berbuka selalu tersedia. 

Bagi saya di saat saat seperti ini, makanan apa saja ok untuk dimakan. yang lebih saya pentingkan adalah makan bersama siapa? keluarga jelas menjadi pilihan pertama untuk berbuka. Tanpa mereka, makanan seenak apapun menjadi kurang mantap. bersama keluarga, makanan sederhana bisa memberikan rasa dan makna yang mendalam. Makanan enak juga menjadi lebih enak saat dibagi bersama dengan teman lainnya. 

maka dari itu, saya membawa jambu yang sengaja dipetik di kebun ke Rumah Singgah Cinta Anak Kanker di Jl. Bijaksana Dalam No.11, Pasteur, Sukajadi, Kota Bandung. Biasanya setiap kamis saya membawa sayuran organik hasil kebun sendiri ke rumah singgah ini. Ambu, sebagai pengelola mengatakan bahwa, makanan untuk para penderita kanker harus lebih selektif. tidak boleh yang diproses dari kebun yang disemprot pestisida, harus fresh dan juga tak boleh yang mengandung MSG. 

dokpri
dokpri
Pagi hari ahad 12 Mei 2019 ini saya memacu motor saya ke area perkebunan di Cijapati. jalan berkelok di daerah Cidegdeg dilewati dan tinggal beberapa ratus meter menaklukan jalanan berbatu hingga sampai ke kebun Pesantren Al Musthafa. Setelah istirahat beberapa saat akhirnya saya berburu jambu yang masak. Kebanyakan jambu-jambu itu tak terlalu tinggi sehingga mudah untuk dipetik. Untuk jambu yang tinggi maka tugas Mang Pipin memanjatnya. Jika tak terjangkau juga, maka tongkat bertindak. Tongkat yang sudah diberi jaring dipergunakan untuk menjangkau jambu yang jauh letaknya. Karena dilakukan berdua, maka 20 kg jambu dapat dikumpulkan dalam 30 menit saja. Saatnya dibawa ke RCAK.

Motor kemudian turun perlahan. Terantuk-antuk pada batu-padu besar jalanan yang belum mendapat nasib untuk diperkeras. beberapa kali motor oleng dan susah dikendalikan di jalanan seperti itu. Masih untung sehari sebelumnya tak hujan jadi jalanan sangat kering dan mudah untuk manuver. Sampai di daerha Soekarno Hatta, hujan menyambut dan saya segera memakai jas hujan hingga sampai ke RCAK.

sampai di sana, saya segera bertemu Ambu, pengelola RCAK, dan menyerahkan jambu-jambu hasil petikan pagi tadi. alhamdulillah. Saya juga meminta izin untuk dapat buka bersama dengan anak anak yang masih melakukan pengobatan. Saya diizinkan dan rupanya ada juga rombongan lain yang akan buka bersama. kira kira 15 orang. Acara dipandun oleh Kakak Wawa Gajah yang sangat cair dan komunikati plus humoris. Acara jadi tambah seru. 

Nah inilah reportase memetik jambu untuk takjil dan juga berbagi dengan penderita kanker di RCAK Bandung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun