Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pengalaman Shalat Jumat di Qom, Iran

4 November 2017   13:11 Diperbarui: 5 November 2017   00:06 10271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Shalat Jumat Qom (Foto : Farsnews.com)

"Marg bar amrika, marg bar Israil, marg bar munafik..."

(hancurlah Amerika, Hancurlah Israel, Hancurlah Kaum Munafik)

Demikian teriakan-teriakan anti imperialisme amerika dan zionis sering terdengar di sela-sela khutbah jumat Qom. Hal ini tentu berbeda dengan khutbah-khutbah di tanah air yang menjadi milik mutlak pengkhutbah sementara pendengar diam membatu bahkan tidak boleh berbicara.

Ya pada tanggal 3 November 2017 kemarin, saya melaksanakan shalat jum'at di kota Qom Iran. Shalat jumat kota Qom, dilaksanakan di sebuah tempat yang dinamakan Mushalla Al Quds. Mushallanya mirip dengan Al Quds di Palestina dan dinamakan seperti itu, karena tempat itu memang didedikasikan kepada gerakan pembebasan Al Quds di Palestina.

Mushalla Al Quds adalah satu-satunya tempat jum'atan di kota Qom. Menurut madzhab Syiah, di setiap kota hanya boleh didirikan satu tempat jum'atan.  Hal itu terkait dengan "syarat dan ketentuan berlaku" dalam kerangka fiqih. Setiap madzhab bisa berbeda. Misalnya saja, mengenai jumlah yang shalat. Imam  Syafii menyebut angka minimal 40 orang bagi yang mau melaksanakan shalat jum'at sementara Imam Ja'far Shadiq menyebut angka 5 orang saja.

Foto : Irna.ir
Foto : Irna.ir
Yang termasuk 'Syarat dan ketentuan berlaku" adalah mengenai lokasi jum'atan. Madzhab Syi'ah mengatakan bahwa satu kota hanya boleh mendirikan satu tempat jum'atan. Jadi jangan heran kalau di Iran, anda tidak akan menemukan shalat jum'at di tiap mesjid kota atau kampung. Apalagi anda mencarinya di bandara.  

Hal menarik lainnya dari Jum'atan di Qom adalah banyaknya kaum wanita yang menghadiri shalat jum'at. Walaupun tidak diwajibkan namun para wanita ini ikut menghadiri shalat jum'at. Untuk wanita disediakan lantai 2 Mushalla Al Quds. Hal ini berbeda dg di  Indonesia. Sangat sedikit mesjid yang menyediakan ruangan untuk kaum wanita yang mau jum'atan. Kata salah satu teman saya, dulu mesjid Salman Bandung menyediakan tempat untuk para wanita melaksanakan shalat jum'at. Entah kalau sekarang. 

Nah kalau mau jumatan di Mushala Quds itu, sebelum masuk sudah ada pemeriksaan. Badan dan tas diperiksa agar tak ada benda-benda yang membahayakan. Kamera termasuk yang tak diijinkan masuk ke area jum'atan. Saya yang membawa air minum saja disuruh minum airnya. Mungkin dikhawatirkan yang saya bawa adalah semacam cairan berbahaya. Memang saya dengar sebelumnya pernah ada orang yang membawa air keras ke area jum'atan dan menyiramkannya pada khatib jum'at.

Setelah keluar dari area pemeriksaan saya memasuki ruangan mushalla. Gedung yang mampu menampung 4000 orang itu, memang luas sekali. Setelah mengambil plastik untuk tempat sandal, saya bergegas ke arah shaf depan. Azan sudah berkumandang dan khutbah sedang berlangsung.

Saat itu, Ayatullah A'rafi menyampaikan khutbahnya. Khutbah yang pertama lebih cocok didengar oleh para jomblo. Isinya tentang anjuran untuk segera menikah dan membangun keluarga yang baik. Keluarga, kata Ayatullah A'rafi merupakan sendi penting sebuah negara.

dihadiri para pelajar dari berbagai bangsa (Foto : Hawzah.Ir)
dihadiri para pelajar dari berbagai bangsa (Foto : Hawzah.Ir)
Khutbah beliau mengingatkan  saya pada Ayatullah Ibrahim Amini, seorang ulama sekaligus seorang psikolog  yang selalu saja menyampaikan anjuran menikah pada masyarakat. Mengapa. Rupanya di Iran banyak orang-orang yang terlambat menikah. Hal ini terkait dengan budaya memasang tarif mahar yang sangat tinggi. Maharnya bisa ratusan juta hingga mencapai milyar rupiah. Saat itu saya berpikir betapa bahagianya lelaki nusantara yang bisa nikah dengan mahar seperangkat alat shalat dan Al Qur'an. Karena problem mahar itu pula, kata teman saya, tak heran kalau di Iran maharnya tidak dibayar kontan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun