Mohon tunggu...
futihat nurul karimah
futihat nurul karimah Mohon Tunggu... Lainnya - menulis itu, ya menulis

lahir 16 tahun lalu

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

To My Mouth

18 November 2020   08:12 Diperbarui: 18 November 2020   08:19 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

 "Memang kami, berbuat apa? Toh, dari tadi kami gak melakukan kekerasan fisik apaapun. Kami, hanya membicarakan fakta. Betul teman teman?" Sautan terdengar riuh, "Tidak usah lah berlebihan. Memang fakta bukan? Kau ini memang pecundang, sampah, tidak ada yang bisa dibanggakan. Jangan bermimpi, bisa memiliki teman."

 Kata melempar rokoknya asal ke aspal jalan, lalu menginjak hingga padam apinya. Langkahnya tenang begitu hendak menghampiri segerombol remaja yang gila validasi ini, siulannya melembut seiring dengan jentikan jemarinya yang mampu membekukan waktu.

 Semua membeku, begitu pula dengan gadis kepang, yang terdiam dalam keadaan tertunduk murung. Kata tersenyum, meniup poni sang gadis berkepang, hingga ia terkesiap kaget. Mata bulatnya, tak bisa menyembunyikan kepanikan begitu sadar semua hal terdiam membeku kecuali dirinya dan pria asing ber jas hitam. 

Kata tersenyum miring, "Hai!" Gadis itu semakin tergagap, memundurkan langkahnya, cemas jika laki laki ini akan menculiknya. "si-siapa?" Kata menunjuk dirinya, "Saya?" ia lalu terkekeh kecil, "Saya orang yang bisa mengubah nasib kamu. saya tau, kata kata yang mereka ucapkan, menyakitkan bukan? Kamu bisa mengubah nasib, dengan memilih salah satu pilihan dalam kertas ini," Kata menyerahkan selembar kertas usang, halaman ke 13. 

Diambang batas percaya dan tidak, gadis itu menerima kertas usang pemberian Kata. Tangannya mengepal keras, memadang kumpulan penindasnya lalu beralih pada dua pilihan singkat yang tertera di atas kertas. Kata berdeham, memasukan kedua tangannya kedalam saku, menunggu keputusan gadis berkepang yang tengah berpikir keras. "Apa pilihan mu?" Gadis berkepang terdiam, memandang Kata lekat lekat, demi rasa sakit dari semua perkataan sialan yang hampir membuatnya putus asa hilang arah, ia berujar mantap. "Kata sebagai pembunuh."

 Kata tersenyum miring, "baiklah." 

-futihat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun