Mohon tunggu...
Funpol
Funpol Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tumbuh dan Menggugah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memasuki Usia 71 Tahun, Gusdur: "Orang yang Paling Ikhlas untuk Rakyat itu Prabowo"

17 Oktober 2022   16:52 Diperbarui: 17 Oktober 2022   17:12 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Instagram Prabowo

Letnan Jenderal TNI (Purn) H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo kini menginjak usia yang ke 71 tahun. Namanya sudah tak asing lagi di telinga anak muda dan umumnya masyarakat Indonesia. 

Popularitasnya terus melejit sejak usia masih belia sebagai komandan muda, belum keikutsertaannya beberapa kali dalam kontestasi pilpres. Meskipun mengalami kegagalan, namun keinginannya untuk mengabdi kepada bangsa dan negara tak pernah surut.

Prabowo lahir di Jakarta pada 17 Oktober 1951. Anak ketiga dan putera pertama dari pasangan Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar ini banyak menghabiskan waktu kecilnya di luar negeri. 

Tak heran jika Prabowo sendiri saat ini, bisa menguasai setidaknya empat bahasa asing yaitu Prancis, Jerman, Inggris, dan Belanda.

Walaupun masa kecilnya banyak dihabiskan di luar negeri, tapi sosok jendral yang dimiliki Indonesia ini tak pernah melupakan kulitnya sebagai bagian dari rakyat Indonesia. Ia kemudian memilih hidup menjadi seorang prajurit TNI.

Minatnya pada dunia militer memang tak bisa dilepaskan dari sosok pamannya yaitu Soebianto Djojohadikusumo yang gugur dalam Pertempuran Lengkong. Ia terinspirasi dari pamannya yang secara totalitas memberikan nyawanya untuk bangsa dan negara.

Pengabdian Prabowo kepada negara juga tak bisa dielakkan. Sosoknya sebagai seorang negarawan tergambarkan dalam buku yang ditulis oleh Femi Adi Soempeno dengan judul "Prabowo dari Cijantung Bergerak ke Istana."

Masa tugas seorang Prabowo Subianto memang banyak dihabiskan di medan tempur. Karena itu, ia banyak belajar tentang bagaimana membela harkat, martabat, dan kehormatan bangsa dan negara. 

Tugas pertamanya sebagai seorang prajurit hampir membawa dirinya menghadap kepada sang ilahi. Saat itu ia menjadi Komandan Peleton Grup 1 Kopasandha (sekarang Kopasus) pada tahun 1976, kemudian naik menjadi Komandan Kompi di lingkungan Grup 1, Kompi Nanggala 28 hingga 1980.

Ia tiba di Timor Timur pada 1976, yang saat itu baru saja ditinggalkan oleh bangsa Portugis dan diduduki oleh Indonesia. "Kami keluar dari Dili selama dua, tiga minggu untuk patroli dengan jangkauan panjang. Sekali, kami dikepung ratusan grilya. Pada waktu itu, kami tidak mempunyai banyak helicopter dan cuaca tidak bagus sekali. 

Saya ingat berharap: Kalau saya tertembak, biarkan saya tertembak pada pagi hari. Karena kalau tertembak sesudah jam 2, tidak ada helicopter yang akan datang dan menyelamatkan," kata Prabowo.

Selain itu, ia juga pernah menjadi Komandan Kompi 112 dengan kode Nanggala 28. Ia pernah bekerjasama dengan beberapa anggota Batalyon 744. Bersama anak buahnya dan tim gabungan itu, ia berhasil menewaskan Presiden dan Menteri Pertahanan Fretilin Nicolao Dos Reis Labato di Timor Timur.

Mungkin banyak yang belum tahu, setelah perkawinannya dengan Siti Hedijati Harijadi (Titiek), anak keempat dari Presiden Indonesia Kedua Soeharto itu ia lantas bertugas kembali ke Timor Timur untuk mengepung Fretilin. Di sana, Prabowo sempat terkepung oleh pasukan Fretilin dan hampir membakarnya. 

Namun kemampuan militernya yang teruji, membuat Prabowo bisa keluar dari kobaran api yang dibuat oleh pasukan Fretilin. Prabowo menyelamatkan diri dengan cara masuk ke sebuah lobang dan tak menampakkan dirinya, 12 jam Prabowo sempat dinyatakan hilang.

Di tahun 1990-an ketika gonjang-ganjing soal kebijakan Timor Timur, Prabowo pernah bernegosiasi untuk memberikan otonomi pada Timor Timur. Tentu saja, memberikan kebijakan otonomi daerah kepada Timor Timur akan bersebrangan dengan Presiden Soeharto, mertuanya sendiri yang ingin Timor Timur menjadi bagian dari Indonesia.  Hal tersebut dibenarkan oleh Duta Besar Indonesia Francisco Lopez da Cruz dan mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas.

Prabowo berkata "Dalam keadaan pemberontakan selalu harus ada pemecahan yang bersifat politis," katanya. "Dan saya pikir bahwa suatu daerah otonomi khusus akan ideal. Tetapi tentu saja siapa yang akan mendengarkan seorang letnan dua, letnan satu atau seorang kapten?"

Ia meneruskan, "saya selalu menentang diteruskannya peperangan tersebut. Pada akhirnya terbukti kebenarannya. Beberapa orang yang berkedudukan tinggi punya ide gila bahwa bila dapat meneruskan peperangan ini akan merupakan hal bagus."

Namun, apalah daya, statusnya sebagai menantu Soeharto tak memberikan perbedaan yang signifikan antara dirinya dan orang lain. Pak Harto tetap kekeh ingin Timor Timur menjadi bagian dari Indonesia, sedangkan Prabowo tidak.

Mungkin itulah coretan kecil dari catatan pengabidan seoarang Prabowo Subianto untuk negara Indonesia. Dulu sebelum wafat, almarhum KH. Abdurrahman Wahid atau Gusdur pernah ditanya dalam sebuah wawancara di salah satu stasiun televisi, tentang orang yang paling diterima oleh rakyat Indonesia. 

Gusdur menjawab "Kalau orang yang paling ikhlas kepada rakyat Indonesia itu Prabowo. Yah banyaklah yang saya pikir itu menunjukkan betapa dia ikhlas betul kepada rakyat Indonesia," kata Gusdur.

Terakhir, selamat ulang tahun Jenderal TNI (Purn) H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo yang ke 71 tahun, semoga segala urusanmu dimudahkan dan langkahmu diberkahi oleh Tuhan yang menguasai langit dan bumi ini. Tatap menjadi pelita dan harapan bagi bangsa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun