Mohon tunggu...
Fuad Syahrudin
Fuad Syahrudin Mohon Tunggu... Freelancer - Totalitas, Aktivitas, Rutinitas

kebodohan adalah kehendak Tuhan agar ciptaannya mau belajar membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Peristiwa di Balik Lagu 12 November: Perlawanan Pertama PKI Kepada Penjajah di Indonesia Tahun 1926

12 November 2022   06:30 Diperbarui: 12 November 2022   06:33 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selingan Obrolan Di Warung Kopi

Bulan November tahun ini, daerah pesisir Jakarta di guyur hujan. Saya bersama 3 sahabat sedang asyik ngopi bareng sambil diskusi dan bincang santai. Tiga sahabat karib saya ini, dua lelaki namanya Dihar dan Unes serta satu yang perempuan bernama Sopi. Mereka bertiga dan saya sendiri punya corak masing-masing dalam menyikapi sesuatu hal. Saat sedang asyik-asyiknya ngopi, saya teringat bulan November ini ada peristiwa besar yang terjadi di Indonesia tepatnya tahun 1926. Lantas lagi serunya bincang ngalor-ngidul, saya pancinglah mereka untuk bicara peristiwa 1926 itu.

Saya memulainya dengan sepenggal lirik lagu yang tentunya saya nyanyikan begini "12 November hari peringatan perlawanan kita pertama-tama, ya ya ya itulah yang akan mendatangkan dunia kemerdekaan" sampai situ saya bernyanyi dari ketiganya yang merespon ternyata si Unes dia bilang kepada saya "wah kaya tau lagunya tuh" ucap si Unes sambil nyeruput kopinya. Selang si Unes berucap si Dihar ikut pula dan berkata "lagu apaan sih itu, kok saya baru denger, lagunya engga jelas gitu" ucap si Dihar sambil senyum ngeledek dan hisapan rokoknya di kebul-kebulkan. Ya maklumlah si Dihar ini sukanya sama obrolan yang lucu-lucu saja yang serius dia engga kuat gitu dengernya ha-ha-ha.

Sambil melirik si Unes sedikit dan diresponlah lirikan saya dengan anggukan, saya langsung menatap tajam si Dihar dan berkata "kamu engga tau ada peristiwa perlawanan kaum merah di tahun 1926" kemudian si Dihar menjawab "saya gatau, memangnya aku peduli PeKaI". Selesai si Dihar berucap lanjutlah si Sopi ikut nimbrung dan bertanya "memangnya bagaimana itu kok bisa PekaI dan kaum merah" tanyanya. Lalu si Unes menyambutnya "jadi di bulan November 1926, PeKaI pernah melakukan perlawanan fisik kepada Pemerintah Hindia Belanda dan itu perlawanan revolusioner pertamanya melawan penjajah karena pada waktu itu setau saya belum ada organisasi yang seberani PeKaI paska munculnya organisasi-organisasi modern ditahun 1908, yah meskipun perlawanannya menemui jalan buntu alias kalah telak".

Syahdan, si Sopi setelah menatap penuh keseriusannya ke wajah si Unes berucap "wah bagus banget tuh kayanya, coba dong dilanjut". Tiba-tiba si Dihar dengan ketus berucap "Kaga ada bagusnya, PeKaI tuh pemberontak negara yang namanya pemberontak negara tidak ada tempat lihat saja peristiwa Madiun tahun 1948 dan peristiwa 30 September 1965, penuh kepayahakan". Saya dan Unes bersamaan ingin merespon, lalu saya memegang pundaknya si Unes supaya saya diberikan ruang untuk menanggapi dan lagi si Unes memberikan anggukan supaya saya yang menanggapi.

Langsung saja saya berucap "peristiwa pemberontakan PeKaI Madiun tahun 1948 dan peristiwa 30 September 1965 dengan peristiwa tahun 1926 itu berbeda, karena di tahun 1926 pemerintah Hindia Belanda adalah penjajah dan menjadi musuh bersama para organisasi pergerakan waktu itu, dan setiap organisasi pada waktu itu mempunyai peranginya masing-masing dalam melawan penjajah termasuk PeKaI yang memilih jalan revolusioner melalui perlawanan fisik walaupun kalah, lain hal peristiwa Madiun tahun 1948 dan peristiwa 30 September 1965 karena saya tidak pernah setuju terhadap pemberontakan itu karena Indonesia sudah dipimpin oleh kaum atau bangsanya sendiri. Kemudian, si Unes menyambar dan langsung berkata "nah itu, karena kejadiannya memang berbeda dan tidak bisa disamakan".

Lantas si Sopi masih ingin terus berlanjut medengarkan percakapan di antara kami dan berkata "ayoo dilanjut masih mau dengar nih". Di susul juga oleh si Dihar dan berkata juga "iya boleh tuh, ceritain lain dong biar saya ikut mengerti". Setelah itu si Unes sambil tertawa menjawab si Sopi dan si Dihar serta berucap "silahkan kamu baca saja sendiri, he-he-he, baru kita lanjut obrolannya lagi". Kemudian kami-pun bubar barisan dan meninggalkan warung kopi menuju rumah masing-masing.

Syair Lagu "12 November 1926"

Lagu pada era pra dan paska kemerdekaan Indonesia memang menjadi media untuk mengenang berbagai peristiwa bersejarah, sebagai media mobilisasi massa dan media propaganda yang cukup ampuh. Seperti halnya Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan bendera warna merah dan logo palu dan aritnya memiliki sebuah lagu untuk mengenang peristiwa tahun 1926 yang merupakan peristiwa penting di dalam tubuh partai dan menjadi sejarah pergerakan yang mewarnai romantika menuju kemerdekaan Indonesia. Lagu yang berjudul "12 November" menyimpan kisah yang cukup menarik, entah siapa yang menciptakan lagu ini, namun syiir dalam lagu ini sangat sarat dengan makna. 

"12 November hari peringatan pemberontakan kita di Indonesia, 12 November hari peringatan perlawanan kita pertama-tama. Ya ya ya itulah yang akan mendatangkan dunia kemerdekaan, dari itu bersiaplah segera. Ayo rapat kawan kita semua, hancurkanlah pengkhianat dunia. Ayo rapat kawan kita semua. Berpuluh kawan di tiang gantungan, beratus-ratus melayang jiwanya, laki dan isteri dalam buangan, berribu-ribu di dalam penjara. Ya ya ya itulah yang akan mendatangkan dunia kemerdekan, dari itu bersiaplah segera. Ayo rapat kawan kita semua, hancurkanlah pengkhianat dunia. Ayo rapat kawan kita semua".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun