Mohon tunggu...
Firdaus Tanjung
Firdaus Tanjung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memberi dan mengayuh dalam lingkar rantai kata

"Apabila tidak bisa berbuat baik - Jangan pernah berbuat salah" || Love for All - Hatred for None || E-mail; firdaustanjung99@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sehat Itu Mudah dan Mandilah Sebelum Subuh

23 September 2016   23:13 Diperbarui: 23 September 2016   23:45 931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar (sumber ; muhammdfath.tumblr.com)

Sebagian orang mungkin akan enggan melakukan mandi di waktu pagi, apa lagi di pagi buta (waktu Subuh). Mandi pagi biasa setelah temaram pun mungkin masih sulit untuk bangun. Alih-alih mau bangkit dari tempat tidur, mungkin memeluk bantal guling. Suasana pagi yang dingin tentu akan membuat nikmat tidur di dalam selimut. Penulis memang pernah merasakan demikian. Begitu juga barangkali pembaca pernah juga mengalaminya, bukan ?

Kita bisa melihat dan berkaca kepada para orang tua dahulu atau bisa jadi kepada kakek dan nenek kita. Mereka bisa berusia panjang dan masih bisa melakukan aktifitas di usia senja mereka. Berangkat pagi sehabis Subuh adalah rutinitas mereka dalam mencari nafkah. Penulis masih menemukan orang-orang tua yang sampai sekarang masih tetap sehat meskipun keriput wajah sudah menampakkan di rona wajahnya. Biasanya ini lazim kita temukan banyak di perkampungan. Para orang tua di kampung-kampung kebanyakkan petani.

Bahkan diantara mereka masih kuat ke ladang atau bercocok tanam. Mereka ternyata sudah senang hidupnya dengan rutinitas demikian. Mungkin dikarenakan udara masih segar disana dibandingkan di perkotaan. Barangkali bisa jadi iya. Bila kita lihat dari dekat diperkampungan ini pola hidup sehat dan kebugaran mereka ternyata mereka sudah terbiasa bangun diwaktu sebelum Subuh.
Berikut pengalaman penulis dalam mendapatkan tips sehat dari kaki gunung di Sumatera Barat.

Ngarai Pariangan dengan latar belakang Gn. Marapi (2891 mdpl), Kab. Tanah Datar, Sumbar (sumber ; www.skyscrapercity.com)
Ngarai Pariangan dengan latar belakang Gn. Marapi (2891 mdpl), Kab. Tanah Datar, Sumbar (sumber ; www.skyscrapercity.com)
Beranjak dari mendaki gunung.

Sebagai orang yang punya hobby penggiat di alam bebas (petualang) dulunya, penulis mendapatkan pengalaman tentang resep hidup sehat dari seorang bapak tua yang tinggal di kaki gunung di Sumatera Barat. Ketika itu sekitar tahun 2002, penulis dan beberapa teman (5 orang) pergi mendaki gunung yakni Gunung Marapi (2891 mdpl) di Sumatera Barat. Ada 2 (dua) jalur pendakian di gunung ini. Pertama, dari Nagari Koto Baru (jalan raya antara Kota Padang Panjang – Bukittinggi). Jalur ini adalah jalur umum untuk pendakian. Jalur ini selalu ramai oleh para pendaki gunung tiap minggunya. Kedua, jalur dari Nagari Pariangan atau Nagari SImabur, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Nagari yang dijuluki sebagai Nagari Tuo (negeri tua) yang disebut-sebut sebagai asal-usul penduduk Ranah Minang dalam legendanya. Jalur ini jarang di daki oleh pendaki gunung. Mungkin karena jalur tersebut terlalu jauh dan treknya panjang.

Penulis bersama teman di Gn. Marapi (2891 mdpl), Prov. Sumbar. Terlihat latar belakang Gn. Tandikek (kiri) dan Gn. Singgalang (kanan) (dokpri ; F. Tanjung)
Penulis bersama teman di Gn. Marapi (2891 mdpl), Prov. Sumbar. Terlihat latar belakang Gn. Tandikek (kiri) dan Gn. Singgalang (kanan) (dokpri ; F. Tanjung)
Dari jalur ke dua itulah penulis dengan teman menempuhnya untuk turun gunung. Sesampainya di bawah di suatu perkampungan hujan turun dengan intensitas sedang. Saat itu sudah menjelang sore. Kami memutuskan untuk menumpang istirahat sementara di salah satu rumah penduduk. Dan Alhamdulillah, rumah yang kami tuju itu seorang perempuan paruh baya bersedia memberikan izin pelataran teras rumahnya sebagai tempat istirahat. Tak lama seorang bapak tua datang ke rumah itu. Yang ternyata adalah pemilik rumah. Kami pun berkenalan dan bercerita singkat tentang pendakian ini.


Setelah basa-basi,  datang hidangan ringan dengan teh hangat yang diantarkan oleh anak perempuannya. Inilah salah satu bentuk keramah-tamahan penduduk di kampung-kampung. Sementara hujan pun turun makin deras. Akhirnya melihat kondisi cuaca demikian, tuan rumah menyarankan untuk menginap semalam dulu. Dan mengatakan juga bahwa jam segini mobil yang ke Padang sudah tidak ada lagi. Belum lagi jalan kaki menuju jalan besar memakan waktu 1 jam lebih kurang.

Akhirnya kami memutuskan menerima tawaran yang baik hati itu untuk menginap semalam. Kami pun diajak makan malam oleh keluarga yang sangat ramah ini. Sehabis makan malam, beberapa teman sudah ada yang tertidur pulas. Disamping hujan belum reda ditambah lagi dengan hawa dingin di kaki gunung membuat tidurnya semakin lelap, heheheheh.....saking letihnya habis turun gunung.

Penulis masih bisa menahan kantuk saat itu. Untuk mengurangi kantuk penulis dan seorang teman perempuan yang juga masih belum mau tidur menemani bapak tua itu bincang-bincang. Sementara udara semakin dingin menggigit membuat jaket dibadan harus ditutupi lagi dengan selimut. Sang bapak itu memaklumi demikian. Sesudah menyeruput kopinya, bapak itu memberikan tips / saran kalau mau tetap segar dan tidak kedinginan seperti ini, bawalah mandi di waktu Subuh atau kalau dapat sebelum Subuh.

Kami pun awalnya sedikit tercengang mendengar penjelasan bapak tua itu. Betapa tidak, apa lagi di kaki gunung mandi di pagi-pagi buta itu apa sanggup ? Di kota saja belum tentu ada yang mau. Bapak yang murah senyum ini memberikan alasannya. Begini kira-kira uraiannya (redaksional kalimatnya penulis seting tanpa mengurangi essensi penyampaiannya) ;

“Bahwa hal ini sudah turun temurun diterapkan oleh orang-orang kampung. Banyak diantara mereka yang sampai saat ini masih hidup dan berusia panjang. Dan masih kuat pergi ke sawah atau ke ladang. Mandi di pagi-pagi buta waktu Subuh atau sebelumnya memang awalnya terasa dingin. Tetapi setelah disiram dengan pelan dan berurutan dari kaki terus ke badan dan selanjutnya langsung diguyur ke seluruh tubuh, dingin itu akan seperti rasa dingin biasa. Setelah selesai maka akan terasa suasana kesegaran yang beda dari biasanya kita mandi setelah matahari terbit. Justru mandi setelah matahari terbit akan membuat tubuh akan cepat terasa dingin kembali. Berbeda dengan saat kita mandi di waktu Subuh. Karena setelah matahari terbit menuju siangnya, tubuh akan terasa ringan dan ada tumbuh semangat. Mau hari panas atau hujan, tubuh akan tetap stabil. Dan kita pun tidak cepat lelah”. Begitulah kira-kira penjabaran dari bapak tersebut (penulis lupa namanya) dengan panjang lebar.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun