Nagari Simpang Kapuak -- Matahari belum sepenuhnya condong ke barat ketika Balai Nagari Simpang Kapuak mulai dipenuhi kursi plastik yang disusun rapi. Warga, khususnya para ibu dari Kelompok Perempuan Ruhama, datang satu per satu. Dengan senyum malu-malu tapi penuh harap, mereka menyambut kedatangan tamu dari kampus yang katanya akan membawa ilmu dan semangat baru bagi usaha teh gambir mereka.Â
Hari itu, ada suasana yang berbeda. Tidak sekadar ramai seperti biasanya saat pertemuan nagari. Ada semacam denyut harapan yang perlahan tumbuh. Meski kegiatan molor cukup lama karena masyarakat sedang melaksanakan Shalat Istisqo sebuah doa kolektif memohon hujan akibat kemarau panjang yang bahkan sempat membakar bukit-bukit sekitar tidak satu pun wajah terlihat murung. Justru, semuanya terasa lebih sakral dan bermakna.Â
Hari itu, sosialisasi Program Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Kemitraan Tahun 2025 resmi digelar. Di bawah pendanaan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, tim dari Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh hadir untuk memperkenalkan program yang akan mereka jalankan di nagari ini.
Ketua tim pengabdian, Amri Syahardi, berdiri di hadapan warga dan membuka pertemuan dengan hangat. Tak ada bahasa yang kaku, tak ada kalimat yang berjarak.
"Kami merasa sangat beruntung karena program ini lolos didanai kementerian. Tapi lebih dari itu, kami merasa sangat bahagia bisa hadir di tengah masyarakat Simpang Kapuak. Kami ingin mengenalkan Teh Gambir ke lebih banyak orang, dan kami percaya, dari desa ini, produk lokal bisa menembus pasar global," ujarnya dengan suara yang menggugah.
Amri menambahkan, pihaknya punya harapan besar: suatu saat nanti, Simpang Kapuak bisa menjadi Nagari Binaan Politeknik Pertanian. Harapan yang bukan hanya basa-basi, tapi lahir dari keyakinan bahwa ilmu pengetahuan hanya akan bermakna bila dibagikan.Â
Kehadiran Kelompok Perempuan Ruhama adalah kisah tersendiri. Mereka bukan sekadar kelompok usaha biasa. Mereka adalah hasil dari perjuangan panjang masyarakat nagari---dimulai dari 14 kelompok tani yang sepakat membentuk satu kelompok khusus untuk mengelola daun gambir menjadi teh. Dibantu oleh Warsi, organisasi konservasi yang selama ini mendampingi nagari dalam menjaga hutan dan alam, lahirlah Ruhama, sebagai simbol kolaborasi antara alam, perempuan, dan pengetahuan lokal.Â
Selama ini, gambir dikenal sebagai tanaman berkhasiat tinggi. Diolah dari daun Uncaria gambir Roxb., produk ini kaya akan katekin---zat antioksidan yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Biasanya digunakan dalam industri farmasi, kecantikan, bahkan minuman herbal. Namun sayangnya, produk teh gambir yang dikelola Ruhama belum banyak dikenal di luar wilayah mereka.Â
Inilah yang membuat kehadiran tim dari Politani menjadi sangat relevan. Mereka tidak hanya datang membawa teori, tapi juga alat bantu, pelatihan, dan strategi. Hari itu, materi awal tentang Digital Marketing disampaikan langsung oleh dosen yang datang bersama 12 orang anggota tim lainnya. Perjalanan mereka menembus perbukitan sejauh 22 kilometer, menempuh waktu sekitar 45 menit dengan dua mobil, demi satu tujuan: menghubungkan desa dengan dunia digital.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!