Mohon tunggu...
Frozen Shane
Frozen Shane Mohon Tunggu... -

...Hatiku t'lah membeku seiring pengkhianatanmu...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Bioskop

11 September 2012   11:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:37 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerbung Sudut pandang Dee “Gie..aku males ke bioskop!” Aku mulai merengek, yach jurus satu-satunya untuk Gie. Mama beranjak masuk, meninggalkan kami berdua di teras. ”Kan kamu sendiri yang bilang pengin nonton Madagascar 3” ”Lain kali aja……..”  

Kalau aku boleh menebak, dan siapapun juga pasti begitu, Gie kecewa berat. Tapi aku benar-benar malas jalan dengannya. Aku tahu, dia bukan pemuda yang kurang pekerjaan, atau jenis cowok yang main tampang dan suka kluyuran nggak jelas, jadwal Gie padat. Itu yang aku tahu, jadi untuk menyempatkan kesini, sudah dijamin, dia telah mengcancel beberapa janji atau mengundur beberapa pertemuan. Diluar jadwal kuliah Gie yang super padat karena dia juga salah satu anggota senat, Gie juga aktif melanjutkan bisnis orang tuanya mengelola beberapa minimarket,  dan dia selalu turun tangan dalam berbagai jenis penyediaan barangnya. Wajahnya tampan, orang tidak normal sepertiku saja memberinya nilai tujuh apalagi yang normal? Hampir sempurna mungkin. Dia temanku dari kecil, dan kekurangannya dimataku Cuma satu,  dia tetap tidak menyadari ketidaknormalanku.

”Kalau begitu aku pulang…” Gie memalingkan muka, melihat kedalam rumah dan hendak memanggil mama-ku untuk pamit pulang, dan hatiku tidak setega itu membiarkannya pulang membawa kekecewaan. ”Ayo jadi …. jadi … jadi… aku udah nggak mabok hehe…” Aku bergelayut manja di salah satu lengannya, membuatnya mengurungkan niat memanggil mama. ”Aku tidak mau pergi kalau kau terpaksa” ”Nggak…nggak….nggak….aku nggak terpaksa Kakakkuuuuuuuuu….” Entah sudah berapa kali aku menangkap ekspresi tidak suka saat aku menyebutnya ’Kakak’ tapi aku tetap saja begitu, dan akan terus begitu. Aku berpamitan pada mama, lalu beranjak pergi, menempatkan diri di jok motor Ninja berwaran hijau kepunyaan Gie. Gie bilang motor ini Cuma boleh ngeboncengin aku, kalau dia janji pergi dengan orang lain pasti dia memilih memakai motor bebeknya. Spesial? Bagi Gie mungkin ini perlakuan spesial, tapi bagiku, ini bukan apa-apa. Aku tidak merasa terspesialkan dengan cara ini. Aku memeluk pinggang Gie, bukan karena aku ingin dekat dengannya, tapi aku takut jatuh, kebiasaan buruknya memang salip sana salip sini. Apa ini kebiasaan yang dia lakukan hanya bila denganku? Aku tidak tahu, juga tidak mau tahu. Lima belas menit kemudian, aku sudah berada di depan gedung bioskop, mengamati poster-poster film yang terpampang, sementara Gie pergi mengantri tiket lalu kembali dengan langkah setengah berlari, kemudian menarik tanganku. Tapi  mataku tidak fokus pada Gie melainkan pada sosok yang ada dibelakangnya. Ada Rhey disana, dengan seorang cewek bertubuh sexy bergelayut dilengannya, keluar dari bioskop dan melintasiku tanpa rasa bersalah bahkan seolah tidak melihatku. ”Ayo…film udah mulai”

Langkahku terasa semakin berat, ada rasa nyeri di dadaku.”Ini Cuma permainan Dee…dari awal kau sudah tahu itu”. Sepertinya film Madagascar 3, Dee’s Most Wanted akan membuatku menangis, tidak akan lucu seperti biasanya.

-to be continue-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun