Mohon tunggu...
Firman
Firman Mohon Tunggu... Freelancer - biasalah

Hanya akan menulis jika ingin. Lebih sering resah karena mendapati ukuran celana dan bajunya bertambah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dengkuran

10 Oktober 2019   11:56 Diperbarui: 18 Oktober 2019   14:46 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rama sama halnya dengan Jono, mahasiswa yang rela pergi jauh dari kampung halamannya demi melanjutkan pendidikannya di universitas di negeri dongeng. Ia dengan sangat berat hati terpaksa meninggalkan kedua orang tuanya yang saat ini ia ketahui salah satunya sedang menderita sakit keras.

Rama sedang menghadapi konflik batin yang sangat berat. Di satu sisi ia sangat ingin kembali ke kampung halamannya menjenguk orang tuanya, di sisi lain ia juga harus menempuh ujian skripsinya yang hanya tinggal beberapa hari lagi. Jono sebagai teman dekatnya hanya bisa diam, hanya bisa tetap memberi semangat, kekuatan supaya Rama tetap tabah, kuat, dan sabar.

*

Rama akhirnya selesai menjalani sidang skripsinya setelah ia disuruh dosen pengujinya mendongengkan para dosen pengujinya tersebut sampai mereka tertidur. Rama dengan kemampuan dongengnya yang memang tidak selihai Jono, akhirnya berhasil membuat pada pengujinya tertidur walau dengan waktu mendongen yang cukup lama, yaitu 32 jam nonstop.

Keluar dari ruang sidang, kabar lain menantinya. Orang tuanya meninggal. Jono dikabari kerabatnya. Awalnya Jono tidak tahu harus bagaimana. Ia tahu bagaimana rasanya mendongeng berjam-jam terus-menerus. Namun, pada akhirnya ia tetap memberitahu Rama hal itu. Karena memang bagaimanapun kabar itu memang ditujukan untuk Rama dan memang Rama harus tahu itu.

"Ram, aku turut senang akan keberhasilan ujianmu ini. Namun, kau harus tetap kuat kali ini. Orang tuamu baru saja kembali kepada-Nya."

Rama yang belum tidur sama sekali sejak 36 jam yang lalu hampir saja pingsan mendengar hal itu. Jono menyuruhnya agar istirahat dulu sebentar baru kemudian boleh pulang ke kampung halamannya. Namun, Rama bersikeras langsung ingin kembali ke kampung halaman saat itu juga. Jono yang tidak tega melepas Rama seorang diri akhirnya memutuskan untuk menemaninya kembali ke kampung halamannya.

Siang itu juga mereka berdua berangkat menuju ke kampung halaman Rama. Kembali ke rumah orang tua Rama. Sepanjang perjalanan, Rama yang kutahu sudah pasti sangat mengantuk tidak kunjung tidur. Entah memang tidak bisa tidur atau memang tidak mau tidur. Yang jelas dia sedang menanggung segala macam rasa, lelah, sedih, tegang, dan lainnya. Sesampainya di rumahnya, Rama langsung menghampiri jenazah orang tuanya yang sudah rapi terbungkus kain putih. Ia menangis sejadi-jadinya.

Baru kali ini Jono melihatnya menangis seperti itu. Ia merasa kasihan, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Selang beberapa saat kemudian, setelah Rama mulai tenang ia minta untuk segera membawa jenazah orang tuanya ke masjid untuk disalatkan lalu dimakamkan. Ia menjadi orang paling bersemangat sekaligus ingin berbuat yang terbaik untuk terakhir kali kepada orang tuanya dengan mengangkat keranda orang tuanya paling depan.

Setelah selesai disalatkan, dibawanya ke pkompleks pemakaman ia langsung turun ke dalam lubang makam untuk memeluk tubuh orang tuanya untuk yang terakhir kali. Sebelum ditutupnya dengan papan, ia mulai mengazani jenazah orang tuanya tepat di samping kepalanya. Terdengar parau suaranya. Jono paham Rama sedang meluapkan kesedihan yang ditahannya sejak tadi.

Setelah selesai semua proses pemakaman ia kembali ke rumah dengan perasaan yang mungkin sedikit lega. Sampai di rumah ia langsung menyambut tamu mulai dari kerabat, tetangga, teman, maupun orang yang mungkin kenal dengan orang tuanya namun ia tidak mengenalinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun