Mohon tunggu...
Fristian Setiawan
Fristian Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Sapere aude

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apa itu Cinta?

24 April 2023   20:02 Diperbarui: 24 April 2023   20:04 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebuah kata yang nampaknya selalu hangat diperbincangkan, khususnya di kalangan anak muda. Apalagi kalau bukan cinta. Mungkin banyak dari kita yang berbicara mengenai cinta. Entah itu pengalaman paling menyenangkan saat dicintai seseorang, atau pengalaman paling menyedihkan saat orang yang kita cintai ternyata tidak mencintai kita. 

Perbincangan soal cinta di kalangan anak muda seringkali dilandaskan pada tataran fenomenologis, alih-alih mendiskusikannya secara lebih serius ke tataran filosofis. Maka, dalam kesempatan ini izinkan saya sedikit mengupas arti cinta yang menurut saya penting untuk dipahami, termasuk dari tiga sudut pandang makna cinta berdasarkan para filosof. 

Jalaluddin Rumi, salah seorang tokoh terkenal dalam dunia filsafat Islam pernah membahas mengenai cinta juga. Menurutnya, cinta berkaitan dengan "perasaan universal". Perasaan dimana kita sebagai manusia dapat menyatu dengan semesta. Cinta juga merupakan obat dari tendensi kesombongan yang melekat dalam diri manusia. Cinta bisa dipahami ketika kita bisa mengosongkan hati dan diri kita, kecuali pada yang kita kasihi (Tuhan). 

Atau bila dimaknai dengan lebih sederhana, cinta bagi Rumi artinya "tiada aku selain Dia". Memang cukup berat untuk memahami makna cinta dari perspektif Rumi. Namun, kita bisa menyederhanakannya (lagi) dengan memahami bahwa cinta tak lebih dari perasaan menghilangkan ke aku-an, dengan menyatu dalam semesta. 

Sedangkan bagi Socrates, dalam dialognya bersama Diotima. Cinta merupakan upaya pencarian akan sesuatu yang tak hanya berhenti pada apa yang nampak, melainkan sampai kepada segala sesuatu yang berkaitan dengan yang dicintainya. Jadi bagi Socrates, cinta tak hanya berbicara mengenai kekaguman, atau perasaan takjub. Tapi proses menyelediki dan memahami segala sesuatu yang memiliki relasi dengan apa yang kita cintai. 

Tak berhenti sampai Socrates. Muridnya, Plato juga pernah mendefinisikan mengenai cinta. Menurutnya, cinta adalah eros. Eros yang lebih diasosiasikan sebagai kekuatan universal dari alam semesta ini, alih-alih sebagai hawa nafsu belaka. Eros yang akan menuntun kita sebagai manusia untuk menemukan apa yang baik sebagai tujuan utama cinta itu sendiri. Cinta yang baik, akan membuahkan kebahagiaan. Begitu kira-kira ujar Plato. 

Sudah tiga filosof yang kita pelajari buah pikirannya mengenai makna cinta. Sebetulnya masih terdapat puluhan bahkan ratusan filosof lain yang juga membicarakan mengenai makna cinta baik sepanjang sejarah filsafat barat, maupun timur. Namun dalam kesempatan ini mari kita mencukupkan pada tiga pemikiran tersebut. 

Pertanyaan selanjutnya setelah kita mencoba memahami makna cinta dari berbagai macam perspektif filosof adalah, adakah cinta yang selama ini kita jalani merupakan manifestasi/setidaknya penyederhanaan dari tiga hakikat cinta di atas? Atau jangan-jangan, cinta yang selama ini kita jalani tak lebih dari sekadar hawa nafsu yang membelenggu kodrat manusia dan kemanusiaan yang kita miliki?

Satu refleksi penting mengenai cinta yang saya kira perlu kita renungkan adalah, 'bagaimana aku bisa meyakini bahwa ini adalah cinta?' Apa yang menjadi justifikasi ketika aku merasakan hal yang baru dalam pengalamanku, yang kemudian bisa aku asosiasikan hal tersebut dengan konsep cinta? 

Jawabannya adalah, ketika kita mencintai hingga terluka. Ketika kita mencintai, namun saat ada orang lain bertanya mengapa kita melakukan hal tersebut, kita tidak bisa menjawabnya. Atau setidaknya, secara filosofis kita bisa menjawab bahwa kita mencintai orang tersebut dari sisi manusia dan kemanusiaannya secara holistik. 

Mencintai identik dengan mengasihi. Mari berhenti berbicara cinta, jika selama ini ternyata kita selalu mencintai atas dasar ingin dicintai juga. Karena pada dasarnya kasih tidak pernah mengenal syarat dan ketentuan. Selama ada syarat dan ketentuan dalam sebuah hal, bisa dipastikan itu adalah undian voucher/diskon dan give away. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun