Mohon tunggu...
Frid gato Ma
Frid gato Ma Mohon Tunggu... Nelayan - KEA

ULTRAMEN _ VOLUNTARISME

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketahanan Budaya Lokal Masyarakat Diaspora Ngadha di Kampung Bhoakora

12 Juni 2018   18:19 Diperbarui: 12 Juni 2018   19:14 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Salah satu hal yang menarik berhubungan dengan anak ini ialah; pemberiaan nama anak. Menarik cara pemberian nama anak yang dilakukan oleh masyarakat diaspora Ngadha. Sesaat setelah tali pusat jatuh, ketika anak sudah boleh berbaring di depan ibunya ketika ibunya memasak nasi, maka sudah tiba saatnya untuk memberikan nama. 

Kakek atau nenak, dan jika mereka telah tiada maka ayah dan ibu atau salah seorang perempuan dari keluarga menyebut nama salah seorang leluhur. Leluhur dari ibu, apabila ibu masih tinggal di rumah orang tuanya, atau leluhur dari pihak ayah, jika belis sudah lunas, dan istri sudah berpindah ke rumah suami. Sesudah itu, semua orang menanti dalam keadaan tegang, entah anak itu memberikan suatu reaksi, misalnya bersin, kencing dan lain-lain. Kentut dipandang sebagai suatu yang tidak patut, hal ini berarti nama harus diganti. Jika anak hanya diam, maka diberikan nama leluhur lain secara berulang-ulang hingga anak itu memberikan suatu reaksi. Lalu disambut dengan tawa-ria para perempuan sebagai petanda proses tersebut sudah berjalan dengan baik dan lancar, nama tersebut sah diberikan kepada anak.

Permainan Tradisional

Berbicara tentang permainan tradisional, hampir tidak ada yang nampak di masyrakat diaspora Ngadha. Selain alasan perkembangan teknologi, permainan tradisional juga menghilang karena semakin sulitnya memperoleh bahan-bahan untuk membuat alat/permainan tersebut. 

Namun ada satu permainan yang sekali-kali masih dipermainankan oleh anak-anak di kampung ini, yakni permainan kucing dan tikus.

[25] Konon katanya permainan ini melambangkan perjanjian antara raja kucing dan manusia. Dimana manusia memberi makanan kepada raja kucing, untuk menjaga hasil panen manusia dari gangguan tikus. Bila ada tikus yang ingin memakan hasil panen, maka kucing harus meremukan kepala tikus dan memakannya. Ada yang berperan sebagai tikus dan kucing, keduanya berlari di dalam dan luar lingkaran yang dibuat oleh beberapa orang, dan lingkaran tersebut berfungsi menjaga agar tikus tidak dimakan oleh kucing, dengan tidak membiarkan lingkarannya ditembusi oleh para kucing. Sungguh menarik

Pemimpin

 Semua pemimpin dinamakan dengan satu sebutan umum, yakni mosa laki. Dalam artian asli , mosa kira-kira menyatakan laki-laki, yang jantan, besar dan kuat, sudah bertumbuh dewasa. Kaba se mosa berarti kerbau jantan yang besar. Lalu dalam kiasan berarti terhormat, kaya, berpengaruh, berkuasa.

[26] Mosa laki adalah  semua laki-laki yang menduduki posisi pimpinan dalam kehidupan umum. Yang pertama-tama cocok untuk jabatan ini adalah keturunan laki-laki dari bapa asal atau ibu asal dari ili bhou dalam garis lurus atau anggota-anggota keluarga terdekat  yang laki-laki, apabila keturunan garis lurus sudah mati punah. Jadi disni berlaku semacam hak warisan.[27]

Apabila tidak ada pengganti atau tidak ada yang lebih mampu dari keturunan garis lurus yang menggantikan maka para mosa laki yang lain memilih seorang yang lebih cakap dari keluarga, yang mempunyai hak warisan untuk menjadi pemuka kampung perserikatan kampung. Selain mosa laki, nama yang lazim dan umum dipakai, dalam kesempatan-kesempatan yang resmi, dalam sapaan-sapaan resmi, dalam perundingan, doa-doa serta di beberapa wilayah dipakai juga nama-nama lain: mosa meze nee laki lewa, tuan-tuan besar dan mulia.

[28] Namun setelah diwawancara melalui via telepon nara sumber mengatakan bahwa sistem atau yang menjabat sebagai  mosa laki tidak ada, sebab menurut mereka mosa laki hanya ada di rumah besar dan itu hanya ada di kampung (nua). Akan tetapi peran kepala suku di kampung Bhoakora biasanya  di ambil alih oleh sesorang yang lebih tua atau telah lama menetap di kampung ini. Orang yang dipercayakan ini, biasanya seorang yang terpelajar atau yang lebih berwibawa dari yang lain. Sosok yang dipercayai ini mengambil tugas dan peran penting dalam memperhatikan dan mengayomi kehidupan sehari-hari masyrakat diaspora ini. Keperadaan orang-orang berwibawa ini sangat dihargai, persis seperti mereka mengahargai kepala suku mereka di kampung (nua) mereka berasal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun