Mohon tunggu...
frida ratri wahyuningtyas
frida ratri wahyuningtyas Mohon Tunggu... Guru - 1903016097

Mahasiswa UIN Walisongo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja: Pendidikan Karakter Perspektif Teori Ekologi Perkembangan

19 April 2021   13:58 Diperbarui: 19 April 2021   14:43 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

3. Pola asuh demokratis, karakteristik :

a. Orangtua mendorong anak untuk membicarakan apa yang diinginkan

b. Ada kerja sama antara orang tua dengan anak

c. Anak diakui sebagai pribadi

d. Ada bimbingan dan pengarahan dari orangtua

e. Ada kontrol dari orangtua yang tidak kaku

Pola asuh bisa mempengaruhi perkembangan karakter anak. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan koperatif terhadap orang-orang lain. Sedangkan pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri. Sementara pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.

Berdasarkan uraian tersebut membuktikan bahwa interaksi sosial secara langsung antara sub sistem keluarga sebagai bagian dari mikrosistem berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak. Berdasarkan kajian ekologi dalam pendidikan karakter maka karakteristik lingkungan dimana pendidikan karakter itu berlangsung(konteks), yaitu karakteristik keluarga akan menentukan metode pendidikan karakter dalam keluarga. (Mujahidah, 2015 : 178)

Tidak hanya orangtua, pihak sekolah juga memiliki peran penting dalam pendidikan karakter anak. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan remaja. Menurut Sumara Ada banyak hal yang bisa dilakukan pihak sekolah untuk memulai perbaikan remaja, di antaranya melakukan program "monitoring" pembinaan remaja melalui kegiatan-kegiatan keagamaan, kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah dan penyelenggaraan berbagai kegiatan positif bagi remaja. Remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku dalam sekolah. Di lingkungan sekolah, kepala sekolahlah yang berwenang dalam pelaksanan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam beberapa hal, guru juga berhak bertindak. Akan tetapi hukuman yang berat seperti skorsing maupun pengeluaran dari sekolah merupakan wewenang kepala sekolah. Guru dan staf pembimbing bertugas menyampaikan data mengenai pelanggaran dan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya. Pada umumnya tindakan represif diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis kepada pelajar dan orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala sekolah dan tim guru atau pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara waktu (skors) atau seterusnya tergantung dari jenis pelanggaran tata tertib sekolah. (Sumara, dkk, 2017 : 351). Dalam Teori Ekologi peraturan dari sekolah termasuk sub sistem dari ekosistem.

Selain keluarga dan sekolah, lingkungan juga memiliki peran dalam perkembangan karakter seseorang. Menurut Mujahidah Sub sistem budaya lingkungan bisa dijadikan sebagai pusat pendidikan karakter. Kelompok individu yang beragam yang beragam akan mempengaruhi tumbuh kembang karakter anak yang ada dalam lingkungan masyarakat. Idealnya pendidikan karakter dilaksanakan dengan berbasis budaya lokal dimana anak tinggal.Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan dan kebudayan saling berhubungan. Hasan Langgulung mengatakan bahwa pendidikan mencakup dua kepentingan utama, yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Artinya, kedua hal tersebut berkaitan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa itu masing-masing, kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling membutuhkan antara satu sama lainnya. Hasil penelitian Sumaatmadja yang menyatakan terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan kebudayaan, karena pendidikan merupakan akulturasi atau pembudayaan. Tanpa proses pendidikan kebudayaan tidak akan berkembang, dalam arti pendidikan merupakan transformasi sistem social budaya dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa budaya masyarakat merupakan bagian dari makrosistem yangtidak secara langsung berinteraksi denga nanak, tetapi anak mendapatkan warisan budaya itu dari generasi sebelumnya dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut sehingga menjadi karakter yang terpancar dalam perilaku sehari-hari. (Mujahidah, 2015 : 183) Menurut teori ekologi, lingkungan merupakan sub sistem dari makrosistem yang mampu mempengaruhi perkembangan seseorang.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun