Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menjelang Pilkada, Masyarakat Kabupaten Malaka Perlu Belajar Spiritualitas Simon dan Stefanus

30 November 2020   21:52 Diperbarui: 30 November 2020   21:54 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Spirit yang sama juga dilakukan oleh Simon dari Kirene. Ia membantu memikul Salib Yesus, dan memikul semampunya. Selebihnya diserahkan kepada Yesus. 

Walaupun dalam Kitab Suci ditulis bahwa ia dipaksa untuk memikul Salib Yesus, tetapi sesungguhnya ia melakukannya karena rasa belas kasih dan rasa tulus.

Masih dalam nada yang sama, kita belajar dari Stefanus, Martir. Stefanus adalah salah satu Diakon dalam Gereja Perdana (Kis.6:5), yang dipilih untuk memberi perhatian khusus pada para janda dan mereka yang miskin. 

Stefanus dihukum mati dengan cara dirajam dan saat itu, Saulus yang kemudian berubah nama menjadi Paulus itu, ada di situ. Stefanus dihukum mati karena kecamannya yang keras dan menusuk terhadap orang-orang Yahudi (Kis.7:58). Stefanus, yang penuh iman dan Roh Kudus, berbicara penuh kuasa, serentak bersaksi akan imannya yang kokoh.

Dari perbuatan tiga tokoh di atas, jelas bahwa apa yang mereka lakukan adalah demi keselamatan orang banyak (para beriman Kristiani). Tatkala Simon Petrus mengakui, ia mengakui suatu kebenaran dihadapan Yesus. Tatkala Simon dari Kirene membantu memikul Salib Yesus, ia melakukan suatu kepedulian. Tatkala Stefanus mengecam, Ia menegakkan suatu kebenaran iman.

Dalam situasi politik Kabupaten Malaka, yang makin memanas akhir-akhir ini, hingga menimbulkan korban, dapatkah kita belajar dari spiritualitas ketiga tokoh di atas?

Kita perlu sadar, kalau masih ada kekerasan menjelang pilkada, bukankah itu, sama halnya dengan Simon Petrus yang kemudian menyangkal Yesus sebanyak tiga kali? 

Kalau masih ada praktek saling memaksa, bukankah itu, sama halnya dengan para algoju yang memaksa Simon dari Kirene? Kalau masih ada batu, kelewang, parang yang dibawa, bukankah itu, sama halnya dengan orang-orang Yahudi, yang bernafsu untuk mencelakakan Stefanus?

Wahai Masyarakat Kabupaten Malaka, yang tercinta, mari kita belajar dari spiritualitas ketiga tokoh di atas. Pilihan boleh berbeda, tetapi persaudaraan harus tetap bercita rasa. Visi-misi boleh berbeda, tetapi tujuannya untuk kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Malaka.

Antara Simon dan Stefanus, tidak ada problem. Mereka hidup pada zaman yang berbeda, namun dengan spirit yang sama, yakni datang dari Yesus Kristus, dengan tujuan tidak lain dan tidak bukan, adalah untuk kesejahteraan, keselamatan umat manusia.

Mari bermenung!!! Perdalamlah kasih terhadap setiap kata dan laku; apakah dengan itu, sesama dibawa pada keselamatan?

RD. Yudel Neno

Pastor di Paroki Santa Maria Fatima Betun, Keuskupan Atambua, Kabupaten Malaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun