Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Membaca, Berproses, Menulis, dan Berbagi || Portal Pribadi: www.tafenpah.com www.pahtimor.com www.hitztafenpah.com www.sporttafenpah.com ||| Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Life Hack Pilihan

Powernya Aja, Pointnya Ngak Ada!

16 Juli 2021   21:04 Diperbarui: 16 Juli 2021   21:34 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kegagalan membawakan materi seminar kepada klien. Ngetrik.com

Salah satu kemampuan komunikasi yang harus dimiliki oleh setiap orang adalah menerangkan sesuatu kepada orang lain. Apalagi, yang kita terangkan itu berkaitan dengan bisnis, materi yang bertujuan untuk menarik minat investor atau pun dosen pengampu mata kuliah tertentu.

Topik pilihan Kompasiana "Teknik Presentasi" ikut membangkitkan memori saya 3 tahun silam. Di mana, saat itu, saya membawakan seminar Filsafat politik tentang "kebijaksanaan Dari Keputusan Kolektif."

Materi yang saya dapatkan dari dosen pengampuh filsafat politik Aristoteles adalah berbahasa Inggris. Parahnya, dosen pengampuh filsafat politik adalah tamatan dari salah satu Universitas yang berbasis di Frankfurt, Jerman. Negeri panzer adalah rahimnya filsuf berpengaruh di dunia. Terutama zaman kejayaan mazhab Frankfurt, khususnya Martin Heidegger, Anna Harendt, Freidrich Nietzsche, Adorno dkk.

Seminggu sebelum jadwal presentasi, saya mulai merinkas poin-poin penting yang ingin saya tampilkan di aplikasi power point.

Setelah saya meringkas materi dengan bersusah payah, tibalah hari presentasi saya di depan mahasiswa Filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang.

Awalnya saya merasa demam panggung. Akan tetapi, demi mengejar nilai, saya berusaha untuk mengibas demam panggung.

Saya mulai dari slide pertama yang menurut saya bagus jika dipandang dari audens. Rupanya, hasil presentasi saya dan seminar saat itu berantakan. Gegara satu dan hal lain dari dosen pengampuh yang membuat tensi darah saya meninggi.

Powernya Aja, Pointnya Ngak Ada!

Ilustrasi mahasiswa kecewa ketika selesai seminar. Hipwee.com
Ilustrasi mahasiswa kecewa ketika selesai seminar. Hipwee.com

Sobat, barangkali kamu pernah mengalami patah hati. Gegara hasil kerja kamu tidak dianggap oleh rekan ataupun dosen pengampuh mata kuliah tertentu.

Jika kamu pernah berada di posisi demikian, tentu apa yang kamu rasakan juga sama seperti yang saya rasakan.

Memasuki slide terakhir, dosen pengampuh filsafat politik tetiba menghentikan hasil presentasi saya. Karena menurutnya, powet point saya sudah bagus. Tapi, poinnya ngak ada!

Wah, saya merasa tersinggung saat itu. Akan tetapi, saya mencoba untuk memendamkan perasaan marah yang sudah membuncah, membanjiri aliran darah saya.

Rekan seminar saya juga melirik dan tertawa sinis. Wow keadaan batin saya langsung down dan rasanya tembok pertahanan saya seketika ikut runtuh dari pernyataan dosen pengampuh filsafat politik.

Dalam hati saya mengutuk dosen tersebut, dasar dosen killer! Emang ngak ada cara lain untuk menegur saya?

Begitulah disposisi atau keadaan batin saya saat itu. Akan tetapi, setelah beberapa tahun, saya baru menyadari bahwasannya apa yang dikatakan oleh dosen tersebut adalah benar adanya.

Karena stelah saya mengecek materi filsafat politik Aristoteles memang ada beberpa kekeliruan yang saya tampilkan di slide power point.

Saya pun merasa malu dengan diri sendiri. Lantas,  manfaat apa yang pembaca pelajari dari kisah kegagalan seminar saya?

Pertama: Apa yang kita anggap bagus dan benar, belum tentu diterima oleh pihak klien atau pun rekan kerja.

Kedua: Penilai subjektif akan sesuatu memang tak salah. Namun, akan menjadi masalah bagi kita, ketika kita sudah mengalami sesuatu yang sama sekali tak terbayangkan oleh kita.

Ketiga: Jika rekan kerja salah memaparkan materi kepada pihak klien, sebagai rekan kerja, tentu kita harus memahami dan mencari solusi lain untuk mengatasi kekeliruan tersebut. Bukannya menertwakan rekan kerja kita.

Keempat: Tiada manusia yang sempurna. Untuk itu, pengalaman kegagalan adalah hal yang berharga bagi kita untuk memperbaiki kesalahan kita di masa yang akan datang.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Life Hack Selengkapnya
Lihat Life Hack Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun