Sepak bola selalu menghadirkan beragam seni permainan. Seni tiki-taka La Furia Roja (Spanyol), seakan tak mempan untuk menembusi strategi Janne Andersson yang menerapkan permainan parkir bus di fase grup E Piala Eropa 2020.
Pasukan Luis Enrique semakin cemburu kepada Alexander Isak dkk. Pemain Real Sociedad ini sudah lama merumput di negeri Matador. Alexander telah mengetahui gaya permainan Spanyol yang indah dan penguasaan bola, demi menekan lawannya.
Baca juga:Â Penyebab Kekalahan Rusia Dari Belgia (0-3)
Kunci kekalahan Spanyol
Alexander menjadi kunci kegagalan Spanyol di pertandingan fase grup E Piala Eropa dini hari tadi. Janne Andersson berutang budi kepada Alexander.
Spanyol melihat Alexander sebagai mata-mata yang harus diwaspadai. Ia dianggap sebagai pembangkang oleh Spanyol.
Ya, inilah sepak bola. Tiada aturan baku bagi pemain Swedia untuk kembali merumput di klub-klub Spanyol, pasca berakhirnya Piala Eropa.
Swedia menyulutkan api cemburu
Dari sisi kostum, Swedia didominasi oleh warna kuning. Kuning identik dengan warna cemburu.
Benar adanya. Sebab Spanyol, meskipun menguasai jalannya pertandingan, mereka semakin kesulitan untuk membongkar benteng pertahanan anak asuh Janne Andersson.
Swedia telah menebar aura mistis dari segi kostum dan strategi. Pasukan Luis Enrique makan hati. Gegara impian mereka untuk memenangkan laga dengan mudah tak kesampaian.
Strategi berbeda yang terpenting hasil akhir
Filosofi Swedia di pertandingan dini hari tadi adalah bertahan. Semua pemain wajib mempertahankan mahkotanya dari keganasan Spanyol.
Swedia tak peduli komentar media massa dan Sergio Ramos dkk. Strategi bertahan, bukan berarti mereka tak mampu meladeni anak asuh Luis Enrique. Namun, tujuan akhirlah yang mereka harapkan.
Hasil seri (0-0) ini telah memberikan bukti kepada negeri Matador untuk lebih peka dan jeli dalam menerapkan strategi dengan siapa mereka harus menghadapinya.
Spanyol kecewa
Spanyol yang tampil dihadapan jutaan pendukungnya sendiri tak mampu memberikan kemenangan.
Berkali-kali mereka mendapatkan peluang emas di dalam kotak penalti. Namun, penyelesaian terakhir masih belum maksimal.
Tentu ini akan menjadi bahan evalusia bersama. Luis Enrique tak berkutik saat anak asuhnya menjamu Swedia di kandang La Cartuga, Sevilla, Spanyol.
Air mata kekecewaan terasa di wajah suporternya dari tribun. Hasil seri tidak menjamin Spanyol untuk melangkah lebih jauh di Piala Eropa (Euro 2020).
Swedia telah memberikan tanda bagi Spanyol bahwasannya teknik "tiki-taka" sudah ketinggalan zaman.
Swedia tersenyum sumringah
Swedia meski tak diperkuat bintang utamanya, Zlatan Ibrahimovic yang masih cidera pertengahan Mei lalu. Namun, mereka berhasil menahan imbang Spanyol (0-0) di negeri Matador.
Hasil seri ini telah memberikan kepuasan batin bagi rakyat Swedia di tengah Pandemi. Pemain, pelatih, kru dan semua orang ikut hanyut dalam euforia ini.
Swedia menebar senyuman sumringah di kandang La Cartuja  seusai pertandingan. Sementara, pemain Spanyol menyesali dan cemburu dengan warna kostum milik Swedia yang dianggap sebagai salah satu penyebab dari hasil seri di fase grup E Euro 2020.
Hasil seri ini menjadi pelajaran bagi kedua tim untuk lebih percaya diri dalam melakoni pertandingan lainnya yang tak kalah menarik dan seru di grup E Euro 2020.
Salam sport