Kefanatikan berarti memuaskan segelintir orang. Lalu mengorbankan orang lain. Padahal founder fathers mendirikan wadah dan negara ini dengan visi dan misi yang jelas yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjauhi permusuhan.
Apakah ini sebagai semi diskriminasi zaman digital? Entahlah, mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang. Kata Ebiat G ade di salah satu penggalan lirik lagunya.
Pemikiran founder father melampui metafisika. Sementara, penerusnya dibutakan oleh ambisi. Antara metafisika atau sesuatu yang melampaui batas sosial dan ambisi bertalian erat dengan superego dalam teori psikoalisa Sigmund Freud.
Selagi masih ada waktu, mari kita bersyukur karena adanya perbedaan. "Pelangi itu indah karena banyak warna. Manusia itu sempurna karena banyak karakter. Indonesia itu ada karena banyak budaya, bahasa dan ras. Yang terpenting bagi pelangi, manusia dan Indonesia adalah kerjasama." (Kutipan dari novel Terjebak, karya perdana saya).