Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Membaca, Berproses, Menulis, dan Berbagi || Portal Pribadi: www.tafenpah.com www.pahtimor.com www.hitztafenpah.com www.sporttafenpah.com ||| Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kurangnya Manajemen Diri, Berakibat pada Kembang-kempis Tabungan

18 April 2021   16:31 Diperbarui: 18 April 2021   16:51 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurangnya manajemen diri, berakibat pada kembang-kempis tabungan.Foto dari Pixabay.

Pandemi kian tak menentu kapan berakhirnya. Mesin ATM anak rantau ikut merana, menjerit-jerit di tengah Pandemi.

Sebagai anak rantau, kita dituntut untuk hidup mandiri. Mandiri dalam manajemen diri, literasi dan finansial. Bagi saya manajemen diri yang masih kurang. Lalu berakibat pada kembang-kempis tabungan.

Hidup di tanah rantau, segala sesuatu itu tak pasti. Apa yang kita miliki kemarin, belum tentu dimiliki hari ini. Apalagi hari esok.

Tatkala masih kerja dan punya banyak penghasilan, segalanya kita bisa beli. Tanpa sadar kita masuk dalam budaya hedonisme dan konsumtif. Apa yang terlintas di pikiran, tanpa pertimbangan yang matang, kita langsung beli. Akibatnya, kita tak bisa menyiapkan dana darurat di masa depan.

Ilustrasi di atas adalah berangkat dari realita saya. Di mana ketika saya masih kerja dan punya penghasilan yang cukup bahkan lebih, saya tergerus ke dalam budaya konsumtif. Hidup boros, seakan-akan hari ini adalah hari terakhir.

Saya tak pernah menyimpan dana darurat. Setiap gaji yang saya terima, hanya numpang lewat. Terkadang saya juga menyesali apa yang saya lakukan. Tapi, penyesalan biasanya datang dari belakang. Kalau dari depan, berarti pendaftaran.

Bejibun seminar, webinar online bertebaran di media sosial. Bahkan saya dikelilingi oleh rekan-rekan yang bekerja Bank dan finansial lainnya. Jauh-jauh hari, mereka mendorong saya untuk ikut berinvestasi dana darurat. Tapi, keegoisan hati ini, mengasiangkan saya dari informasi yang sangat berharga dari rekan-rekan.

Logika angkuh anak muda yang ingin berfoya-foya. Tapi, menjerit di kala semuanya sudah ikut lenyap bersama penyesalan.

Belajar dari pengalaman yang sudah saya alami, sekarang saya selalu berusaha untuk manajemen diri, terutama keuangan yang lebih baik dan arif. Langkah kecil yang saya lakukan belakangan ini adalah selalu menyisihkan penghasilan sedikit untuk hari esok dan lusa.

Misalnya, uang seratus ribu, saya akan bagi menjadi tiga bagian yakni kebutuhan, tabungan dan dana darurat. Hal kecil ini mengajarkan saya untuk mulai manajemen finansial dari langkah kecil. Karena sesuatu yang kecil akan berdampak pada hal yang lebih besar.

Hidup adalah perjalanan. Apa yang sudah saya alami kemari, itu adalah pembelajaran yang sangat berharga bagi saya. Saya tidak mau tersandung lagi pada kesalahan yang sama. Meskipun saya tidak tahu hari esok dan lusa seperti apa, tapi seenggaknya, melalui cara sederhana ini, saya bisa survival di masa depan.

Selain mengelola finansial di tengah Pandemi, saya belajar untuk mengatakan cukup pada keinginan semu. Karena saya beli barang berdasarkan keinginan, bukan kebutuhan.

Keinginan dan kebutuhan beda tipis. Tapi perbedaan terletak pada barang yang benar-benar dibutuhkan dan berdampak pada omset. Sedangkan keinginan adalah barang yang dibeli, berdasarkan tren atau apa kata orang. Padahal hidup bukan tergantung dari produk apa kata orang.

Topik Samber THR hari ini saya anggap sebagai alarm bagi saya untuk meningkatkan softskill di bidang manajemen. Entah manajemen diri maupun manajemen kebutuhan dan finansial.

Kisah sederhana dari pengalaman saya di atas, jauh dari kesempurnaan. Tapi, seenggaknya menjadi pembelajaran bagi generasi milenial untuk berhati-hati dalam mengelola finansialnya. Karena kecenderungan kita generasi milenial adalah gengsi. Dari gengsi melahirkan harga diri.

Harga diri berujung pada penyesalan. Saya berharap, apa yang saya alami cukup untuk saya. Sedangkan anda semua belajar dari apa yang saya alami. Bahwa penyesalan selalu datang di saat-saat tak punya apa-apa.

Selamat menjalani ibadah puasa bulan Ramadan saudaraku umat Muslim di manapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun