Keberadaan militer Rusia yang semakin bertambah setiap hari di perbatasan Timur Ukraina semakin mengkhawatirkan Eropa dan Amerika Serikat.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden berinisiatif untuk mengakhiri gelombang kecemasan dari pasukan Rusia di perbatasan Ukraina. Biden berencana untuk mengadakan pertemuan dengan presiden Rusia, Vladimir Putin.
Baca juga : 30 Anggota NATO Sulit menerima Ukraina
Melalui komunikasi via Telepon pada Selasa malam, Joe Biden meminta Putin untuk menarik pasukannya dari perbatasan Ukraina.
Sebagai imbalan dari penarikan pasukan Rusia, Joe Biden berjanji untuk memperbaiki hubungan bilateral kedua negara yang sempat renggang beberapa bulan terakhir ini.
Gegara sikap Biden yang terlalu keras kepada Putin, bulan lalu Putin menarik  Duta Besarnya dari Amerika Serikat untuk berkonsultasi lebih lanjut mengenai hubungan kedua negera adikuasa ini.
Gelombang kecemasan bukan hanya dirasakn oleh Putin. Melainkan pemimpin negara-negara yang tergabung dalam NATO semakin takut dan khawatir akan agresi Mmiliter Rusia di perbatasan tetangganya Ukraina.
Juru bicara kepresidenan Ukraina, Yulia Mendel mengatakan bahwa Minggu ini, penambahan pasukan militer Rusia mencapai 40.000 tentara di perbatasan dengan Ukraina Timur dan 42.000 tentara di Kremia. (bbc.com).
Lagi-lagi Putin membantah tuduhan tersebut. Ia menganggap penambahan pasukannya sebagai masalah internal dan mereka tak mau intervensi dari pihak manapun. Termasuk NATO dan Amerika Serikat.
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei shoigu kemarin mengatakan penambahan pasukan militer di daerah perbatasan Ukraina sebagai uji coba kesiapan tempur selama tiga Minggu. Sergie pun menuduh NATO memindahkan pasukannya di dekat perbatasan Rusia.
Pemerintah Barat yang dipelopori oleh Amerika Serikat membantah tuduhan tersebut. Kekisruhan yang terjadi di perbatasan antara Rusia dan Ukraian menjadi topik pembicaan dunia Internasional saat ini.
Menteri Luar negeri Inggris, Dominic Raab telah meminta Rusia untuk mengakhiri pasukan militernya di perbatasan Ukraina. Karena keberadaan pasukan Rusia semakin mengkhawatirkan dunia.
Rentetan permasalah yang terjadi antara Rusia dan Ukraina disebabkan oleh keberadaan pasukan NATO dan aliasi pemerintah Barat yang telah membantu Ukraina.
Propangan demi propaganda dilancarkan oleh perang wacana ini. Memang komunikasi adalah sarana propaganda yang menguras emosi dan membangkitkan superego setiap orang untuk saling menyalahkan.
Masalah internal antara Putin dan Biden menyebabkan permasalahan yang lebih besar di semenanjung Timur Ukaraina. Perselisihan antar kedua pemimpin adikuasa ini diharapkan bisa reda dan mengurangi ketengangan di Timur Ukraina.
Ukraina yang awalnya berusaha untuk memerangi kelompok separatis di Donbaas, tidak mampu untuk menyelesaikan permasalah di dalam negaranya sendiri. Akibatnya, NATO dan Pemerintah Barat (Amerika Serikat) Â berusaha untuk turun tangan.
Niat baik dari NATO dan Amerika Serikat dipandang sebagai ancaman yang serius oleh Moskow. Terutama masalah sakit hati Putin kepada Joe Biden yang selama menjabat sebagai presiden Amerika Serikat sejak Januari lalu tidak pernah lunak kepada Putin.
Antara Rusia, NATO dan Amerika Serikat saling menyalahkan. Kita pun bingung untuk mempercayai pihak yang mana. Tetapi sebagai simpati kita untuk kekacauan yang terjadi di Ukraina, kita pun berharap, semoga Ukraina segera menyelesaikan masalah internal negaranya.