Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kritik Santun sebagai Elektabilitas Perubahan

10 Februari 2021   03:56 Diperbarui: 10 Februari 2021   04:40 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akibat dari kritik pribadi pejabat. Sumber. Kompas.com

Jika kita mau kritik begini dan begono tidak bisa, lalu apa yang mau kita kritik? Nah, cara untuk mengkritiki pelayanan fasilitas umum yang belum efektif dalam pelayanannya adalah melalui kritik santun. Hmmm, apa itu kritik santun? Kau jangan pancing saya untuk terus mempertanyakan segala sesuatu toh!

Kritik santun adalah sarana komunikasi yang disampaikan melalui tulisan. Ya, tulisan yang netran. Jangan seperti pemberitaan media sekarang yang tidak mengenal identitasnya lagi. Aiiiih, cukup sudah!

Netral. Apa itu netral? Netral berarti kita menyampaikan kritik secara seimbang. Karena rencana dan program apapun yang sudah didesain secara komprehensif dalam lembaga tertentu, selamanya takkan berjalan dengan pasti. Karena kita menjalani kehidupan dalam ketidakpastian juga. Ya, kita menjalani kehidupan dengan dualisme.

Apa itu dualisme? Dualisme artinya di dunia ini, yang pasti adalah kelahiran dan kematian. Lalu, yang tidak pasti adalah pilihan. Ya, karena dalam pilihan kita menggunakan komunikasi. Komunikasi yang kita layangkan kepada pejabat. Tapi, adakalanya ilmu dari Jacques Ellul bahwa," informasi adalah sarana propaganda."

Nah, itu masalahnya. Informasi yang kita dapatkan dari pemberitaan media, terkadang tidak melewati verifikasi. Apalagi di masa Pandemi ini, semua orang bisa menyampaikan informasi. Informasi juga disampaikan secara subjektif, bukan objektif. Akibatnya, kita berada di informasi simpangsiur akan segala informasi tentang pelayanan publik.

Daripada meliuk-liuk seperti ikan lele di kolam Pemancingan Pantai Indah Kapuk (PIK), mendingan saya menutupi coretan tak berfaedah ini dengan pesan ini.

Boleh kritik, asalkan kita tahu menempatkan diri. Karena di dunia ini tidak ada yang sempurna. Belum tentu kita berada diposisi mereka, kita pun bisa menyelesaikan segala problematika dalam regulasi apapun.

Selain itu, kita mau kritik juga takut UU ITE, lebih baik kita mengoreksi diri kita, lalu memperbaikinya, sebelum kritik kelemahan Pemerintah.

Terakhir, kritik santun sebagai pengganggu elektabilitas perubahan adalah kritik yang berlandaskan para arah dasar dan tujuan (ARDAS) 'Human Interest," atau nilai-nilai kemanusiaan. Karena kita semua tidak sempurna. 

Jadi, pelayanan apapun juga pasti tidak sempurna. Kritik santun melalui artikel receh sebagai pengingat atau alarm untuk kembali fokus pada makna dan tujuan dari pelayanan publik.

Sekian
Salam literasi dari anak perbatasan RI -- Timor Leste.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun