Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Membaca, Berproses, Menulis, dan Berbagi || Portal Pribadi: www.tafenpah.com www.pahtimor.com www.hitztafenpah.com www.sporttafenpah.com ||| Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kenali Bahaya "Common Sense" akibat Kepoin Status Orang Lain!

17 Januari 2021   01:12 Diperbarui: 17 Januari 2021   02:50 1477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kepoin hidup orang lain. Sumber;Pexels.com;

Zaman edan telah melahirkan karakter manusia yang selalu berambisi untuk mengetahui segalanya.  "Common sense" atau akal sehat digantikan oleh ambisi untuk melihat orang lain sebagai objek, sasaran pemuas birahi di jagat maya.

Ya, segala sesuatu yang dilakukan oleh orang lain, seakan-akan sudah mutlak kita harus mengetahuinya.

Tak ada lagi ruang privasi, bila kita sudah bersentuhan dengan arus teknologi. Apakah saya menyalahkan produk dari kapitalisme ini? Oh, tentu saja tidak kawan! Karena saya adalah penggila produk kapitalisme modern.

Lalu, apa sih korelasi judul tulisan "Kenali Bahaya "Common Sense" Akibat Kepoin Status Orang Lain!

Saya sarankan, lebih baik kamu skip saja deh, daripada kamu sakit hati, loh!

"Common sense" atau bahasa orang tua di kampung saya adalah "akal sehat." Ya, elaaaah kirain apa. Padahal artinya cuman akal sehat. Memang dalam  bahasa Indonesia tak ada  kata akal sehat? Bawa-bawain orang tua di kampung segala. Sudah gila, ya!

Gila demi pengetahuan empirik, tak apalah. Daripada gila kepoin status orang lain! Kawan, sebenarnya saya tidak tahu istilah kata "kepo" ini turunan dari bahasa apa? Yang terpenting, dalam ranah ini, saya tidak mengulik asal-muasal kata "kepo." Apalagi ada akhiran "in." Makin puyang kata orang tua di Panti Jompo.

Hemat saya, bahaya "common sense" atau akal sehat akibat kepoin status orang lain adalah tiada ketenangan batin.

Selain itu, ada "range" atau jarak antara relasi kita dengan sesama. Padahal kita semua adalah sahabat. Bila ditilik dari Filsafat Liyan.

Akal sehat  atau"common sense"  merupakan produk ilmu pengetahuan dari Filsuf Aristoteles. Di sini, saya tidak melibatkan indera untuk mengolah atau menata ajaran Aristoteles ya.

Fokus utama saya di sini adalah bahaya akal sehat "common sense" akibat kita selalu berusaha untuk mengetahui apa yang dilakukan oleh orang lain.  Kita menggantikan mesin teknologi untuk kepoin status kehidupan orang lain. Seolah-olah sesama kita tak ada ruang untuk menyimpan memori dan kehidupannya dari banalitas keseharian yang kian edan.

Kita melihat sesama sebagai musuh dan menjadikan sesama sebagai objek eksperimen kita di dalam dunia maya. Selama 24 jam, kita selalu kepoin atau ingin tahu apa yang dilakukan oleh orang lain? Dengan siapa orang lain berinteraksi? Jam berapa orang lain akan bepergian?

Kawan jangan menodai "common sense" atau akal sehat pemberian Sang Pengada untuk memonitor atau memoderasi orang lain. Maka, mari mengenali diri, termasuk mengenali kelebihan dan kekurangan kita.

Ilustrasi buday kepoin apa yang dilakukan oleh orang lain. Sumber;Pexels.com;
Ilustrasi buday kepoin apa yang dilakukan oleh orang lain. Sumber;Pexels.com;

Lebih baik, kita kepoin masa depan kita, daripada kepoin ruang privasi orang lain di jagat maya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun