Otodidak adalah filosofi orang sukses. Orang sukses selalu belajar di mana pun. Mereka tidak membutuhkan ruang kuliah yang monoton. Mereka mencari sesuatu dengan ketidaktahuan. Ketidaktahuan akan melahirkan pengetahuan baru.
Ilmu pengetahuan ada di mana saja. Belajar adalah bagian dari kecerdasan bersenang-senang. Perkembangan IPTEK telah memudahkan kita untuk mencari informasi. Saya bukan pribadi yang anti dunia pendidikan. Tapi saya lebih mencintai dunia otodidak. Karena otodidak adalah guru sejatiku dalam mencari ilmu pengetahuan.
Manusia adalah makhluk gengsi. Apalagi manusia Indonesia. Masyarakat Indonesia dikenal sebagai pribadi yang gengsi karena memiliki label di belakang nama. Saya memilih untuk meninggalkan bangku perkuliahan pada semester empat.Â
Karena saya tidak mendapatkan apa-apa di Universitas. Ternyata setelah meninggalkan bangku perkuliahan, saya mengalami krisis identitas. Saya menghabiskan ratusan hari dalam suasana yang tidak pasti akan masa depanku.Â
Saya stress, bimbang untuk melangkah. Karena kemampuan hardskill dan softskill masih kurang. Pada satu titik, saya disadarkan oleh kata-kata dari Abraham Lincoln,"cara terbaik untuk memperkirakan masa depan adalah menciptakan."
Saya bangkit melahap ratusan judul buku, menulis, mendengarkan dan mengamati segala yang ada di semesta. Saya terus menenggelamkan diri ke dalam lingkaran orang-orang visioner akan masa depan. Saya pun membangkitkan alam bawah sadarku untuk berani melangkah.
Saya terus berlatih menulis secara otodidak. Cinta bersemi. Saya jatuh cinta dengan Sastra. Berawal dari cinta, saya memprediksikan masa depanku dengan mencoba berkarya. Pertengahan Maret 2020, saya menerbitkan novel perdana saya. Akhirnya keputusan saya untuk meninggalkan bangku perkuliahan tidak sia-sia.
Keberanian, komitmen dan konsisten (3 K) adalah senjata bagi saya untuk menciptakan jalan mainstream bahwa tanpa pendidikan formal yang tinggi, saya masih berdiri kuat di atas kakiku sendiri. Saya sudah menggenggam dunia dalam tanganku melalui setiap karyaku.
"Jadilah pemikir bebas dan jangan menerima apa pun yang kau terima sebagai kebenaran. Bersikap kritis dan evaluasilah apa yang kau imani." Filsuf Aristoteles.