Mohon tunggu...
Freddy Pattiselano
Freddy Pattiselano Mohon Tunggu... Dosen - Freddy adalah staf pengajar di Fakultas Peternakan Universitas Papua Manokwari

Dalam menjalan tugas pokok sebagai staf pengajar di Perguruan Tinggi, tiga fungsi uatama kami adalah (1) Pendidikan dan Pengajaran - Mengajar para mahasiswa; (2) Melaksanakan Penelitian sebagai bagian penting dalam menunjang tugas pokok; dan (3) Melakukan kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Paruh Bengkok sebagai Hewan Kesayangan

7 Februari 2023   23:07 Diperbarui: 8 Februari 2023   08:35 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika dilihat menurut status konservasinya, Eos cyanogenis - nuri sayap hitam (Rentan); Aprosmictus erythropterus - nuri raja Papua (Resiko rendah); Lorius lorry - kasturi kepala hitam (Resiko rendah); Cacatua galerita - kakatua koki (Resiko rendah).

Asal hewan peliharaan yang ada pun bervariasi dan menyebar di beberapa kabupaten, seperti di Manokwari (kakatua koki, kasturi kepala hitam, nuri sayap hitam), Tambrauw (kakatua koki), Bintuni (kasturi kepala hitam), Teluk Wondama (kakatua koki, nuri raja Papua), dan Numfor (kakatua koki). Secara tidak langsung asal daerah paruh bengkok ini menggambarkan wilayah penyebarannya di Papua Barat.

Persepsi pemelihara paruh bengkok tentang pentingnya melapor keberadaan hewan peliharaan nampak pada 63.2% pemelihara yang mendaftar secara resmi hewan peliharaannya di instansi teknis terkait (Dinas Kehutanan atau KSDAH) dan atau unit kerja yang menangani perijinan pemeliharaan satwa liar.

Ada 37% pemelihara yang mendaftarkan hewan peliharaan mereka secara sukarela aktivitas mereka dianggap sah dan tidak menyalahi aturan hukum yang berlaku. 

Lebih dari 58% pemelihara memperoleh hewan peliharaan mereka dengan cara membeli dari penjual hewan. Perolehan karena pemberian dan mendapatkan dengan cara berburu memiliki persentase yang sama yaitu 21%.

Data ini mengekspresikan bahwa tren perdagangan hewan liar di Manokwari cukup tinggi. Menurut Widodo (2005) daerah asal tangkapan, burung paruh bengkok yang diperdagangkan di Bali sekitar 18% berasal dari Papua.

Memang jika dibandingkan dengan daerah lain, skala perdagangan satwa di Manokwari mungkin masih tergolong kecil. Tetapi jika kondisi seperti ini dibiarkan terus berlanjut, dikhawatirkan intensitasnya akan sama dengan perdagangan satwa di daerah lainnya di Indonesia.

Hewan peliharaan diberikan pakan secara teratur dengan kriteria yang berbeda. Pemberian pakan dua kali sehari dilakukan oleh 42% pemelihara, pakan sekali diberikan untuk kebutuhan sehari 37% dan pakan selalu tersedia (jika habis ditambahkan) dilakukan oleh 21% responden.

Hampir semua peliharaan disediakan air minum, meskipun ada juga yang tidak memberikan air minum. Pemberian air minum menjadi penting karena mereka menyeadari bahwa semua mahluk hidup memerlukan makanan dan minuman, karena itu pakan dan air minum juga disiapkan bagi hewan peliharaan mereka.

Memelihara peruh bengkok sebagai hewan kesayangan saat ini cenderung meningkat di Manokwari. Implementasi peraturan perundangan yang berlaku perlu dilakukan sehingga pemahaman masyarakat tentang perdagangan dan pemeliharaan satwa secara ilegal dapat dicegah.

wlife_researchunipa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun