Mohon tunggu...
Freddy
Freddy Mohon Tunggu... Konsultan - Sales - Marketing - Operation

To complete tasks and working target perfectly. Leave path in a trail.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Selamat Datang Era Kutu Loncat

1 April 2021   23:35 Diperbarui: 26 Agustus 2021   22:20 1338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Alexandra dari Pixabay

Gen Z kurang suka bila dihadapkan pada proses panjang untuk mencermati masalah. Terhadap lingkungan pekerjaan, Gen Z membutuhkan lingkungan yang memberikan mereka kebebasan untuk berkreasi dan menyalurkan ambisi mereka yang besar. Kalau disuruh mengikuti pola promosi berjenjang berdasarkan lama bekerja dari satu posisi ke satu posisi diatasnya, Gen Y dan Gen Z tidak bisa mengikutinya.

Dengan karakter Gen Y dan Gen Z yang hampir mirip ini : menginginkan fleksibilitas, kebebasan untuk berkreasi & berambisi, tidak menyukai kondisi yang terbelenggu atau monoton & cepat bosan. Tidak heran kalau Gen Y dan Gen Z sering berpindah pindah kerja. Ini lah generasi pekerja yang saat ini jumlahnya mulai mendominasi pasar tenaga kerja.

Itu Gen Y dan Gen Z. Nah.., saya yang Gen X, apa ceritanya juga cenderung berpindah pindah kerja? Karakter saya memang kurang mewakili karakter Gen X : kurang optimis menghadapi tantangan, dengan kata lain lebih menginginkan kondisi yang stabil (datar?). Sambil menulis artikel ini, saya semakin percaya bahwa saya manusia Gen Y yang lahir kecepatan di dunia.. he he. 

Saya termasuk pribadi yang tidak cepat merasa puas, selalu menginginkan lebih, dalam waktu secepat-cepatnya. Tidak menyukai situasi monoton dan berharap selalu ada tantangan sehingga ada kesempatan untuk mengukir prestasi baru. Walaupun tidak umum di Gen X, saya percaya bahwa banyak juga manusia-manusia Gen X yang memiliki karakter mirip dengan Gen Y dan Gen Z yang tidak menyukai kondisi kerja yang monoton.

Jadi mungkin boleh saya disimpulkan dalam 1 (satu) kalimat pendek, apapun Generasinya, orang-orang cenderung menjadi kutu loncat karena : Tidak puas dengan kondisi yang ada. Baik kondisi tantangan pekerjaan, lingkungan kerja maupun remunerasi yang diperoleh. Jangan lupa, berdasarkan hasil survey, masalah gaji dan budaya kerja merupakan pertimbangan utama juga bagi Gen Y dan Gen Z' dan sebagian kecil Gen X... :) 

Lalu apakah kutu loncat itu hal yang positif atau negatif bagi perusahaan?

Dalam membahas baik buruk suatu hal, kita harus membuka hati kita terhadap semua aspek kemungkinan yang ada. Bukankah hampir semua segi kehidupan kita juga memiliki 2 (dua) sisi : baik dan buruk? Saya ambil contoh sederhana. Orang tua yang sangat menyayangi anak-anaknya, memanjakan anak-anaknya, tentu merupakan sisi yang baik. Anak-anak tidak akan kekurangan kasih sayang dari kedua orang tua yang sangat mencintai mereka. 

Namun di balik ini juga terdapat sisi negatif, anak-anak yang terlalu dimanjakan kehilangan daya juang mandiri nya. Mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang sangat tergantung pada orang lain, dan cenderung rentan mengalami depresi dalam menghadapi situasi yang sulit. Karena selama mereka bertumbuh, semua situasi sulit diatasi oleh kedua orang tua nya.

Benar kutu loncat itu buruk karena dalam jangka waktu pendek ia akan berpindah lagi ke perusahaan lain. Meninggalkan PR bagi HRD di perusahaan lama untuk mencari kandidat pengganti. Sungguh merepotkan. Tapi masuknya seorang kutu loncat tidak mungkin tidak membawa hal-hal baru "out of the box" bagi perusahaan dimana ia bekerja. Kutu Loncat tidak menyukai kondisi monoton, sehingga secara langsung membentuk cara kerja nya yang lebih dinamis. Jangan lupa, semakin banyak bekerja di banyak perusahaan, semakin banyak juga pengalaman dan wawasannya. 

Saya tidak ingin membela diri atas kecenderungan saya bekerja yang tidak lama di satu perusahaan selama masa saya berkarir profesional. Tapi dimanapun saya bekerja, walaupun tidak lama, saya meninggalkan prestasi. 

Dalam kurun 10 tahun belakang ini, 2 tahun saya bekerja di perusahaan consumer goods roti, kinerja penjualan bertumbuh 33% di tahun pertama dan 47% di tahun kedua. Tertinggi dalam sejarah perusahaan tersebut. Kemudian hampir 2 tahun saya bekerja di perusahaan lubrikan nasional, di masa kepemimpinan saya, di tahun pertama, penjualan tumbuh sekitar Rp 30M setiap kuartal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun