Mohon tunggu...
Freddy
Freddy Mohon Tunggu... Konsultan - Sales - Marketing - Operation

To complete tasks and working target perfectly. Leave path in a trail.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Metode "Just In Time", Solusi Kurangi Beban Stok dan Luasan Gudang

6 September 2019   21:01 Diperbarui: 11 September 2019   10:13 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak perusahaan yang telah menerapkan Just In Time memetik keuntungan dari penerapan metode ini. Baik dalam mengurangi inventori di gudang, mengurangi luasan area gudang yang dibutuhkan hingga peningkatan produktivitas kerja.

Hewlett Packard adalah contoh salah satu perusahaan di Amerika yang pertama kali mengadopsi Metode Just In Time di pertengahan tahun 1980-an. Awalnya Hewlett Packard melakukan uji coba di 4 (empat) divisi dalam perusahaannya untuk menerapkan Just in Time. Hasil uji coba di 4 (empat) divisi ini memberikan kontribusi yang baik, sehingga Hewlett Packard setuju menerapkan di semua divisi dalam perusahaannya.

slide2-jpg-5d7865ed097f36271e1de1a2.jpg
slide2-jpg-5d7865ed097f36271e1de1a2.jpg
Keberhasilan Metode Just In Time dalam mengurangi area gudang dan inventori juga diperoleh perusahaan-perusahaan di India yang telah menerapkannya, diantaranya :


slide1-jpg-5d78654b0d82306bd4142082.jpg
slide1-jpg-5d78654b0d82306bd4142082.jpg
Di Indonesia, saya belum bisa menemukan data dari suatu perusahaan yang membandingkan kinerja sebelum dan sesudah menerapkan Just In Time. Namun dari pengalaman saya bekerja di beberapa perusahaan, baik yang belum menerapkan Just In Time maupun yang telah menerapkannya; saya bisa menampilkan perbandingan dari segi kebutuhan luasan gudang dan stok inventori sebagai salah satu referensi :

slide3-jpg-5d78655b0d82306986548682.jpg
slide3-jpg-5d78655b0d82306986548682.jpg
Dari tabel diatas ini, Perusahaan A dan Perusahaan B adalah perusahaan yang tidak menerapkan Just In Time. Terlihat bahwa kebutuhan luas area gudang cukup besar, dari minimal 30% hingga 85% dari total keseluruhan bangunan, dengan menampung inventori untuk kebutuhan dari 1,5 bulan hingga 4 bulan. 

Sementara Perusahaan C adalah perusahaan yang telah menerapkan Just In Time. Kebutuhan luas area gudangnya hanya 9% dari total luas bangunan, dan tidak menyimpan inventori sama sekali.

Tentu kita akan bertanya-tanya dalam hati : tidak menyimpan inventori sama sekali, ini terlalu radikal. Bagaimana kalau ada permintaan konsumen mendadak?

Saya setuju bahwa nilai inventori Rp 0,- memang radikal, terlalu berani. Tapi memang kebetulan perusahaan tersebut memproduksi produk dengan masa kadaluwarsa yang sangat cepat, hanya 3-4 hari. Jadi justru tidak logis kalau menimbun stok untuk produk yg kadaluwarsanya 3-4 hari saja. Resiko kerusakan dan kerugian yang timbul juga pasti besar.

Inventori Rp 0,- adalah yang paling tepat di Perusahaan C, namun bukan berarti bahwa semua perusahaan yang menerapkan Just In Time wajib memiliki nilai yang sama = Rp 0,-. 

Kalau kita perhatikan kembali tabel pertama dalam kasus Hewlett Packard, dengan menerapkan Just In Time, 2 (dua) divisi nya berhasil menurunkan tingkat inventori hingga 75%. Dengan kata lain, kedua divisi tersebut cukup hanya menyimpan inventori sebanyak 25% dari sebelum menerapkan Metode Just In Time.

Bagaimana proses kerja Just In Time?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun